Jiwaku melanglangbuana entah kemana, aku yakin di saat diriku belum diciptakan, aku adalah semilir angin yang memberikan rasa sejuk pada segala yang ada di dunia. Bisa jadi aku merupakan jiwa yang berhubungan erat dengan para leluhur yang telah menorehkan beragam penghargaan bagi bangsa ini. Atau, mungkin saja aku masih bersaudara dengan beberapa pangeran yang hidup di masa lalu dan kini. Barangkali, ya barangkali dulu saat aku masih serupa lembayung, aku memang memiliki ikatan darah dengan salah satu presiden dari bangsa ini. Barangkali, dulu aku adalah hembusan angin yang memasuki kisi-kisi jendela rumah kalian dan memberi kesegaran di setiap hirupan nafas penghuninya.
Aku seperti awan, yang datang mengendap lalu melingkupi tubuh-tubuh yang menggigil kedinginan hingga menjadi hangat. Bila embun merembes turun dan memasuki tiap pori-pori dedaunan, aku duduk termenung, menunggu agar daun itu tak layu, menunggu agar pohon itu tidak mati kekeringan. Aku berharap ada cinta yang bisa kuhantar ke peraduan para kekasih, aku menunggu mereka mencipta dengan desah nafas yang harmonis, sehingga tiap mahluk terwujud dari nurani yang putih, mereka tidak lagi menyimpan dendam, mereka tidak lagi menganggap dirinya benar, mereka akan mencipta harmoni yang indah pada dunia, dan dunia pada akhirnya bagai nirwana, di mana segala mahluk yang ada, hidup penuh kasih dan kedamaian.
Ya, aku yang dulunya adalah roh, kini telah mengejawantah menjadi bintang-bintang di langit, yang bersinar terang saat temaram malam tiba. Aku juga bagai dupa nan mewangi, menyengat hidung tiap insan yang menciumnya. Di sana, di antara kelopak-kelopak mawar, aku menyiraminya dengan tetes-tetes embun dini hari yang dingin dan kelu. Aku terus bertanya, bertanya pada siapa saja yang bisa menjawabnya, di manakah jiwaku? Apakah dia melayang terbang di balik jernihnya air terjun pegunungan? Atau mungkin saja dia menjadi bagian dari dirimu, di sana di dalam dadamu, kau merasa jiwaku dan jiwamu menyatu dalam kata yang tak pernah semu. Aku memang semu, sesemu gelombang lautan yang menawan namun sangat membahayakan. Aku akan tetap seperti aku, mencari jiwaku yang hilang yang merambah fatamorgana tanpa batas, tanpa jarak tanpa ilusi…
***