suluhnusa.com_Desember. Hujan turun. Selepas kemaru suntuk. Ada rahmat juga kutukan. Doa khusyuk selepas jatuh terantuk. Ini bukan takdir terkutuk. Satu Desember, ada kutukan, juga doa khusyuk. Bukan untuk mereka yang terkutuk, sebab sebelah mata itu ada di Surga.
Memang ada kutukan jutaan mulut mencaci tentang para ODHA-Orang Dengan HIV AIDS. Tak luput pula ada jutaan hati menoreh khusyuk untuk para sahabat ODHA. Biasanya demikian, riwayat hari AIDS Sedunia. Ada kata kutukan juga ada doa khusyuk. Tahun ini di Denpasar.
Hari ini, Satu Desember, ragam kata juga rupa laku meretas asa dan harapan para ODHA.
Sekedar contoh dari rupa kata juga ragam laku itu, tanggal 1 Desember adalah hari peringatan akan kewaspadaan kita dalam mencegah penularan virus HIV. Sebab, hanya sebuah hari peringatan, maka mesti kita lebih meningkatkan kewaspadaan tehadap HIV/AIDS. Tidak mesti dilakukan dengan memberikan ucapan selamat. sekali lagi, 1 Desember itu merupakan hari peringatan AIDS sedunia, bukan hari selamatan atau syukuran karena AIDS sudah menjangkit dunia.
So, jangan memberi ucapan selamat. akan tetapi ada beberapa LSM atau pegiat termasuk pembaca, tidak sadar lalu memberi ucapan selamat Hari AID Sedunia. Bahkan ada yang merayakan seperti perayaan ulang tahun atau perayaan syukuran lainnya.
Memang ucapan selamat selalu saja refleks dilakukan oleh setiap orang. Lazimnya, selamat Hari AIDS sedunia ya. Dipikir-pikir dengan otak miring sedikit memang agak aneh. Dunia terjangkit AIDS kok diberi ucapan selamat. coba bayangkan, ketika ucapan selamat itu ditujukan kepada sahabat ODHA, gimana perasaannya?
“Selamat Hari AIDS ya kawan,”-bayangkan kalimat ucapan ini ditujukan kepada ODHA. Apa kata dia.? Sederhana memang, Kok bias – tega-teganya memberikan ucapan selamat kepada orang yang terjangkit penyakit yang sangat berbahaya itu dengan ucapan selamat merayakan. Sebuah ucapan yang kejam bukan.?
Oleh karena itu, mestinya hari peringatan AIDS sedunia itu dilakukan tidak dengan memberikan ucapan selamat tetapi dilakukan dengan memberikan peringatan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit berbahaya tetapi ODHA bukan manusia yang membahayakan.
Dan ini sudah disadari oleh banyak pegiat AIDS. KPA sendiri sudah sejak lama mencetuskan sahabat ODHA-jadikan ODHA sebagai sahabat. Nah, kalau sudah dijadikan sahabat, mestinya tidak memberikan selamat kepadanya ketika HAri AIDS ini tiba.
Saat ini ada diseluruh Indonesia, beberapa sahabat ODHA sudah menyadari sungguh untuk ikut terlibat dalam memberikan kesaksian bagaimana sulitnya menjadi ODHA kepada siapapun, dimanapun dan kapan pun. Kesaksian Sahabat ODHA ini mesti dijadikan sebagai sebuah peringatan terhadap siapapun untuk tidak boleh mengikuti jejak mereka.
Seperti tercatat rapi, 2012 saat peringatan Hari AIDS sedunia, Asosiasi Pekerja Kapal Provinsi Bali menghadirkan sepasang ODHA untuk memberikan kesaksian dihadapan puluhan wartawan di Sanur Bali. Asosiasi ini menyadari bahwa ODHA memiliki hak untuk mencintai dan dicintai, hak untuk memiliki dan dimiliki.
Awalnya pasangan iru di kira ODHA, belakangan setelah kesaksian baru diketahui bahwa ternyata, si Wanita bukan ODHA, hanya sang pria yang ODHA. Aneh. Ajaib. Dan heran. Kesan puluhan wartawan saat itu.
Mereka memang merasa memiliki. Mereka tidak membedakan. Sang pria yang ODHA memang mencintai wanita yang bukan ODHA itu. Dan Wanita berparas manis itu sungguh merasa memiliki Pria itu.
Pria itu, sebut saja namanya, Silverius, pria asal Timor Leste mengungkapkan dirinya mencintai Gadis Bali, Wulandari (bukan nama sebenarnya), karena kejujuran saat perkenalan pertama. Silverius menyatakan cinta kepada Wulandari dengan mengaku bahwa dia ODHA. Lamarlah aku dengan ODHA-mu.
Berkah dating tanpa diduga. Cinta disambut mata tertutup. Hati terbuka untuk ODHA. Luar biasa memang. Wulandari sungguh tidak menyangka dirinya menerima cinta Silverius, Pria ODHA asal Timor Leste itu. Tidak ada yang salah. hak Wulandari untuk menerima Silverius tanpa syarat.
“Memang cinta haru tanpa tetapi dengan syarat. Tetapi kami menyadari bahwa dia (Silverius-Red) adalah ODHA maka kami tetap menjaga kesehatan secara teratur, dengan Yoga meditasi dan ARV,” kisah Wulandari.
Silverius pun merasa hidup lebih baik. Lebih berkualitas. AIDS memang tidak merubah hidupnya menjadi lebih baik. Tetapi orang-orang di sekitarnya yang menerima, terutama Wulandari- yang menerima apa adanya membuat Silverius memiliki harapaan hidup seribu tahun lagi.
Keduanya lalu memfokuskan kehidupannya untuk membahagiakan anak-anaknya kelak. Cinta yang dia punya diberi pada anaknya. Tidak terlarut pada kesalahan dan terus maju menatap masa depan, Silverius dan Wulandari mesti menjadi motivasi dan inspirasi bagi orang lain.
Menurut Silverius, Wulandari tidak menanyakan berapa lama terinfeksi, Bagaimana bisa terinfeksi dan siapa yang menularkan HIV. Motivasi untuk terus hidup bersama membuat keduanya rutin berkonsultasi dengan dokter dan juga petugas KPA.
Untuk tahun 2013, hari AIDS sedunia diberi peringatan Cegah HIV dan AIDS! Lindungi Pekerja, Keluarga dan Bangsa. Bahwa Pencegahan HIV & AIDS di Lingkungan Kerja, Meningkatkan kinerja dunia usaha, masyarakat dan pemerintah serta melindungi kesehatan keluarga menuju kesejahteraan bangsa; Perlindungan terhadap hak untuk mendapatkan akses serta menciptakan lingkungan yang kondusif, bebas stigma dan diskriminasi, menjadi bagian dari peringatan tersebut.
Memang secara khusus peringatan HAri AIDS 2013 berfokus pada pencegahan infeksi baru melalui penguatan keluarga dan perlindungan terhadap pekerja. Konsep “Getting to Zero: Zero New HIV Infection. Zero Discrimination. Zero AIDS–related death” tetap diusung sebagai panduan dan acuan dalam pelaksanaan peringatan HAS karena memang hasil yang ingin dicapai adalah konsep ini.
Provinsi Bali pada tahun 2012 Ketua Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali, Jero Gede Suwena Putus Upadesha bersama KPA Provinsi Bali mengagas agar dalam awig-awig desa atau aturan desa untuk peduli terhadap krama adapt yang terinveksi HIV/AIDS. Berdasarkan data yang dihimpun Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Bali, terdapat 21 desa pakraman di Bali yang rawan HIV dan AIDS di
Sementara itu, Penyebaran virus HIV/AIDS di Bali begitu cepat. Pada 2010 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 4.210 orang. Sementara pada 2011 jumlahnya meningkat menjadi 5.222 pengidap. 2013 Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Bali jumlah kasus kumulatif HIV dan AIDS dari tahun 1987 sampai bulan Juli 2013 tercatat 8.003. Kasus ini menyasar kalangan usia produktif sekitar 50 persennya, pada usia 20-29 tahun.
Banyak pesan agar semua pihak dapat mengacu pada teori A, B, C, D dan E untuk memerangi HIV/AIDS. A, kepanjangan dari Abstinence yang artinya jangan melakukan. Jika sudah terlanjur melakukan maka selanjutnya adalah B atau Be Faith Full atau harus saling percaya, setia kepada pasangan.
Selanjutnya adalah C atau Condoms alias kondom. D itu adalah Don’t Drugs atau jangan menggunakan narkoba dan E adalah Education atau cari sebanyak-banyaknya informasi soal penyakit ini.
National Technical Officer Australia Indonesia Partnership, Surya Anaya menegaskan jika HIV/AIDS kini telah ditemukan obatnya. Namanya Anti Retro Viral (ARV). Tapi tak menyembuhkan dan harus diminum seumur hidup. (Sandro Wangak)
[button color=”green” size=”big” link=”https://suluhnusa.com/wp-content/uploads/2013/12/Data-Kasus-HIV-Sampai-Agustus-2012.pdf” target=”blank” ]Download Data Kasus HIV Sampai Agustus 2012.pdf [/button]