
suluhnusa.com – Catatan hari kedua, Guru Kampung Tidak Ingin Makan ‘Apel’ Rusak, bagian kedua. Bahwa, pada catatan bagian pertama dalam proses belajar-mengajar pun, Pemkot Malang mengajak guru membuat materi pembelajaran kreatif dan inovatif. Guru-guru diajari membuat materi menarik di gedung Pusat Sumber Belajar Digital yang berlokasi di Kantor Dinas Pendidikan Kota Malang.
Di sana, ada sejumlah komputer dan pemandu teknologi informasi (TI) yang akan membantu guru membuat materi pembelajaran terbaik.
Di pusat belajar digital ini, guru dibebaskan mengakses internet untuk kepentingan pendidikan, sepuasnya. Pusat pembelajaran ini biasanya dimanfaatkan guru-guru yang sulit mengakses internet karena jaringan internet di sekolah kurang mendukung.
Kota Malang hidup dari pendidikan. Setiap tahun, puluhan ribu mahasiswa baru datang untuk belajar di 14 universitas negeri dan swasta di Kota Malang. Mereka berasal dari dalam dan luar Kota Malang.
Malang adalah kota pendidikan, tempat orang mengasah intelektualitas di segala bidang. Intelektualitas tidak datang dengan sendiri. Kecerdasan dibangun bahu-membahu antara masyarakat dan pemda.
Tidak ada siswa yang tidak bawah tas
Dan pada hari kedua kami di Charis National Academy, 20 Maret 2018. Kami, saya dan Azam Putra Lewokda, awali cerita tentang suasana pagi hari di Charis National Academy. Siswa dengan penuh semangat dan wajah ceria datang ke sekolah. Terlihat, siswa sangat siap untuk mengikuti pelajaran hari itu. Masing – masing siswa membekali dirinya dengan sumber buku, peralatan praktek, alat alat olahraga, alat alat musik dan bahan serta alat yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Tidak ada siswa yang tidak bawah tas. Semua bawah tas. Dan sebagian besar, tasnya lebih dari satu. Gambaran akan keseriusan untuk mau belajar. Nampak beberapa orang tua mengantar anaknya digerbang sekolah. Beberapa orang tua juga menemani anak hingga ke pintu kelas, membantu membawa tas atau barang bawaan lainnya dari siswa.
Ada yang berseragam, namun ada yang berpakian biasa. Mereka hadir di sekolah menyesuaikan kegiatan apa yang dilakukan hari itu di sekolah. Jika ada praktek mereka sudah menyiapkan semua bahan praktek, jika ada pelajaran olahraga mereka membawa alat olahraga juga jika ada pelajaran musik, mereka sudah melengkapi dirinya alat alat musik yang mereka minati.
Semua dilakukan tanpa paksaan. Anak bersama dengan orang tua menyiapkan semua hal yang dibutuhkan anak di sekolah. Semua ini mendukung peran guru sebagai motivator, dan fasilitator. Hal yang dihindari dalam proses belajar di Charis National Academy adalah pembelajaran dengan metode ceramah. Ini metode yang dilarang, karena menutup ruang bagi anak untuk berekspresi.
Sekolah Itu = Pasar, Jual Beli Potensi Antar Siswa
Ruangan kelas memang menjadi tempat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) namun, tidak menjadi satu satunya. Tempat lain selain di ruang kelas yang dapat dijadikan sebagai arena belajar adalah di halaman sekolah.
Seperti terlihat pagi ini, di halaman Sekolah Charis National Academy Malang. Siswa memanfaatkan halaman sekolah sebagai area belajar. Kami menemui siswa kelas VIIIA. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok. Tanpa dampingan guru, mereka sendiri mendesain, menskenariokan tugas yang diberikan kepada mereka.
Tugas mereka adalah membuat fragmen singkat tentang nilai – nilai karakter pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Terlihat mereka sangat kompak. Peran dibagi masing – masing secara merata. Sebagian siswa sebagai aktor atau pelaku dalam fragmen dimaksud, dan yang lainya melakukan dokumentasi.
Dokumentasi video selanjutnya akan diedit bersama dan dipersentasikan di dalam kelas dan menjadi bahan pelajaran yang didapat bersama antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.
Ini gambaran, guru dan siswa di Charis National Academy yang tidak hanya mengandalkan buku dan sumber internet dalam belajar, namun potensi potensi siswa bisa menjadi referensi dalam belajar itu sendiri.
Mereka lakukan tugas itu dengan senang hati. Diantara mereka saling menghargai, membangun kekompakan dan kerjasama dalam tim untuk sama sama menyelesaikan tugas yang diberikan.Model belajar seperti ini telah merangkum rana kognitif (akademik), afektif (sikap) juga psikomotorik (keterampilan).
Berdongeng, meningkatkan imajinasi siswa
Di selah selah pembelajaran, siswa Sekolah Dasar (SD) Charis National Academy mengisinya dengan mendengarkan dongeng. Diyakini, dongeng membantu siswa berkreasi dan berimajinasi.
Siang ini, di Ruang Perpustakaan, siswa SD kelas IIIb mendengarkan dongeng “putri salju” yang dibawahkan oleh Ibu Yvonne Oril Sumilat. Pustakawan SD Charis. Ibu Ivon, sambil membaca, meperagakan peran tokoh dalam dongeng tersebut.
Siswa dengan tenang mengikuti cerita Ibu Ivon. Semua terhanyut dalam cerita. Usai mendongeng ia menanyakan peran tokoh, karakter tokoh dan isi dongeng. Siswa berebutan menjawab pertanyaan yang diberikan. Diakhir sesi ini, siswa diminta menyampaikan makna dibalik dongeng “putri salju”
Kami turut menikmati dongeng yang dibaca dari koleksi buku di perpustakaan Charis. Diakhir kegiatan mendongeng, bersama Ibu yang sudah 12 tahun mengabdi di Charis ini, pose bersama dengan mengacungkan salam favorite, salam literasi. Semoga kami tidak membawa ‘apel’ rusak dari Kota Pendidikan sebagai kado untuk dunia pendidikan Flores Timur. ***
maksimus masan kian