suluhnusa.com – Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema, pada Rabu, 26 September 2018 sore mengelar kegiatan Ekobrik di Dusun Welo Desa Painapang Kecamatan Lewolema,Kabupaten Flores Timur.
Ekobrik, sebuah istilah yang mungkin masih asing ditelinga warga pada umumnya dan siswa pada khususnya. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang tercemar oleh sampah plastik.
Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema, coba memperkenalkan ekobrik yang dapat menjadi acuan dalam menjaga kebersihan lingkungan dari sampah plastik.
Menurut Maksimus Masan Kian, Pembimbing Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema, Ekobrik menjadi salah satu cara yang jitu mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah plastik.
“Lewat kegiatan ekobrik yang adalah sebuah cara sederhana mengolah sampah plastik bernilai seni, mampu mengatasi pencemaran lingkungan. Kita ketahui, sampah plastik tidak bisa terurai. Kalaupun terurai, membutuhkan waktu ratusan tahun.Maka perlu diolah, salah satu alternatifnya adalah dengan menggiatkan aksi ekobrik,”kata Maksi.
Ia menambahkan, bahan yang digunakan dalam kegiatan ini sangat sederhana. cukup botol aqua bekas, sepotong kayu dan kumpulan sampah plastik.
“Anak-anak ditugaskan membawa botol aqua bekas dan sepotong kayu dengan diameter tutupan aqua. Kami memusatkan kegiatan di rumah warga. Tepat jam 15.00 anak -anak sudah berkumpul. Dalam 4 kelompok, mereka disebar ke arah timur, barat, utara dan selatan mencari mengumpulkan sebanyak-banyaknya sampah plastik yang asa di Dusun Welo Desa Painapang. Kurang lebih satu jam mengumpulkan sampah plastik mereka kembali ke kelompok dan mulai bekerja. Cara kerjanya sederhana. Kumpulan sampah plastik, dilipat menjadi kecil atau padat, selanjutnya dimasukan dalam botol aqua. Dengan bantuan kayu, kemudian sampah ditekan ke dalam botol hingga padat. Bisa diatur selang seling warna sampah yang menambah unsur seni. Pekerjaan yang ringan tidak butuh biaya yang mahal, juga tidak memerlukan fasilitas yang mewah. Syaratnya hanya kemauan,”kata Maksi.
Maksi sepakat bahwa, literasi tidak hanya membaca buku dan menulis,tetapi membaca alam,dan lingkungan sekitar. Membaca dunia,”tegasnya.
Siswa yang rata-rata baru pertama kali mengenal apa itu ekobrik, nampak antusias. Yanti Kelen, salah satu anggota Komunitas Literasi mengaku sangat bangga mendapat pengetahuan dan pengalaman baru.
“Ini pengalaman pertama yang luar biasa. Dibuku atau di televisipun saya belum pernah nonton atau lihat aktivitas seperti ini. Kami mengerjakan dengan senang hati dan hasilnya menarik.Tanpa kami sadari, sampah yang tadinya terlihat kotor dan tidak bermanfaat setelah dimasukan dalam botol aqua, memberi warna yang menarik. Saya suka sekali,”kata Yanti.
Sementara itu, Siku Ruron Warga Dusun Welo yang halaman rumahnya digunakan sebagai tempat kegiatan ekobrik mengaku sangat senang dan bangga sebab tidak banyak orang dan tidak semua sekolah melakukan kegiatan positif seperti ini.
“Saya berterima kasih sudah gunakan halaman rumah kami untuk kegiatan positif ini. Di luaran sana, banyak anak seumuran kamu yang berkeliaran tanpa arah. Tidak ada kreasi dan inovasi. Saya bangga sekali dengan kegiatan ini, ditambah lagi kamu sudah terampil menulis membuat nilai tambah untuk kamu,”kata Siku Ruron.
Dari 4 kelompok yang ada, sedikitnya 25 aqua yang berhasil diisi dengan sampah. Satu botol menampung sekian banyak sampah. Jika saja gerakan ini dilakukan secara massal, lingkungan akan bebas dari pencemaran sampah plastik.Usai menyelesaikan karya, anak-anak diarahkan untuk masing-masing menulis opini dengan teman “Dampak Buruk Sampah Plastik di Lingkungan” kegiatan baru berakhir tepat pkl 17.30.***
Asy’ari Hidayah Hanafi