SULUH NUSA, BANGKOK – Tulisan saya menantang Saudara Huzaifa Dadang (HD) untuk berdebat terkait Ad ART PGRI yang mengatur tentang Kongres Luar Biasa PGRI tidak direspon malah mengirimkan tulisan Saudara Dudung Nurullah Koswara.
Secara pribadi saya tidak mengenal Dudung Nurullah Koswara. Namun dalam bayangan saya, jika Saudara Huzaifa Dadang yang berani tanda tangan Surat Pemberitahuan secara Ilegal untuk Kongres Luar Biasa PGRI itu sampai menggunakan tulisannya sebagai referensi, mungkin saja Dudung Nurullah Koswara ini bukan orang biasa-biasa.
Saya penasaran dengan profil Dudung Nurullah Koswara (DNK) . Karena tidak mengenalnya, saya lalu mengetikan nama Dudung Nurullah Koswara di google. Ada beberapa rekam digital yang dimunculkan teknologi pencarian ini yakni, MUI Klarifikasi Dugaan Pelecehan Akidah oleh Ketua PGRI Sukabumi, Ketua PGRI Sukabumi Dituduh Nistakan Agama, FPI dan GMNI Datangi, Terkait Penistaan Agama, MUI Panggil Ketua PGRI Kota Sukabumi.
Mendapatkan sejumlah rekam digital terkait DNK ini, saya kemudian bertanya, Agama saja dinistakan, lalu apakah kita masih mempercayai tulisan-tulisannya? Saya ulangi lagi ya, Agama saja Ia nistakan, lalu apakah kita masih mempercayai tulisan tulisannya?
Pertanyaan di atas menjadi pintu masuk untuk satu persatu tulisannya yang beredar akan saya jernihkan. Saya mulai dari tulisannya dengan judul “Jangan Memecah Alam Guru”. Salah satu tulisan yang dikirim HD ke saya kemarin pagi, Rabu (25/10/23).
Penulis, DNK memilih judul Jangan Memecah Alam Guru. Judul ini tidak mewakili isinya, sebab isi dan tulisan ini memecah Alam Guru. Mari kita lihat paragraf pertama,
“Kasihan organisasi guru yang tidak diundang Kemdikbud Ristek dalam giat khusus tgl 25 sd 27 Oktober 2023, terkait organisasi profesi guru. Belasan organisasi profesi guru diundang”.
Agar menjadi jernih dan diketahui bersama bahwa PGRI melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 1215/ B/ HK.03.01/2023 tentang Tim Kerja Pembinaan Organisasi Profesi Guru, Pendidik Lainnya, dan Tenaga Kependidikan, Organisasi Profesi PGRI ada yang diwakili oleh Dudung Abdul Qodir, S.Pd., M.Pd dan Catur Nurrochman Oktavian, M.Pd. Pada tanggal 25 sampai dengan 27 Oktober 2023 bukan tidak diundang, tetapi giliran PGRI belum dijadwalkan bersamaan dengan Organisasi Profesi lainnya. Bukan berarti tidak diundang.
Selanjutnya pada paragraf kedua dan ketiga saya kutip sebagai berikut,
“Mengapa Kemdikbud Ristek tidak mengundang organisasi guru yang katanya paling besar. Mengapa ada organisasi profesi guru yang masih kecil dan baru malah diandalkan Kemdikbud Ristek?
Mengapa organisasi guru tertua, terbesar, tersolid tidak diundang? Ini persoalan serius yang tidak diketahui para guru anggota. Mengapa Kemdikbud Ristek tidak mengundang? Hanya “mereka” yang tahu”
Pertanyaan mengapa PGRI tidak diundang, jawabannya bahwa jadwal bersama PGRI belum. PGRI telah ditetapkan sesuai Surat Keputusan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 1215/ B/ HK.03.01/2023 tentang Tim Kerja Pembinaan Organisasi Profesi Guru, Pendidik Lainnya, dan Tenaga Kependidikan. Jadi bukan persoalan serius yang harus dibesar-besarkan.
Mari kita jernihkan paragraf-paragraf berikut agar jangan memecah belah alam guru Indonesia.
“Sahabat guru Indonesia, orangtua kita adalah Kemdikbud Ristek/Ditjen GTK. Bila kita tidak diundang dan tidak harmoni sangat anomalis. Pemerintah adalah “Ibu Pertiwi” para guru Indonesia”
Saudara DNK, Posisi PGRI dan Kemendikbudristek itu mitra kerja tidak mengenal yang namanya Orang Tua. Justru yang lebih tepat sebagai orang tua kita adalah Dewan Pembina PGRI. Saudara menuliskan kita tidak diundang dan tidak harmoni sangat anomalis. Indikasi tidak harmoni itu pada bagian mana, coba Saudara paparkan datanya. KemendikbudRistek justru sangat terbantu dengan gagasan PGRI terkait upaya bersama membantu guru Indonesia.
PGRI dan Kemendikbudristek itu mitra kerja. Persoalan bukan tidak diundang, tetapi belum dijadwalkan! Saudara menuliskan Pemerintah adalah “Ibu Pertiwi” para guru Indonesia” bagian ini Saudara tidak perlu meragukan PGRI, sebab salah satu tujuan awal lahirnya PGRI, adalah untuk mempertahankan dan menyempurnakan Negara Republik Indonesia.
Paragraf berikutnya,
“Semoga ke depan tidak ada lagi giat organisasi guru dari Kemdikbud Ristek yang tak mengundang orprof guru. Caranya? Harus ada pemimpin baru yang tidak membuat tiga perpecahan”
Saudara DNK, PGRI pasti diundang. Tidak perlu ajarkan caranya. Apalagi sampai mengklaim pemimpin baru yang tidak membuat perpecahan. Saudara saja yang pecah. Kami yang lain tidak. Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd saban hari berkeliling Indonesia untuk menyapa para guru, menyatukan para guru dan menjaring aspirasi untuk diperjuangkan. Melalui tulisan, Saudara mengatakan memecah belah, namun fakta di lapangan Ketua Umum PB PGRI semakin dicintai dan solid mendukungnya.
Bagian terakhir mari kita lihat bersama tiga paragraf berikut ini,
“Jangan “pecah” dengan Kemdikbud Ristek, dengan pengurus organisasi guru daerah, dengan tubuh para pengurus pusat. Ini buah kepemimpinan yang buruk. Sangat buruk”
Saudara DNK, indikator mana saja yang kemudian saudara membuat tulisan jangan “pecah”? Kamu saja yang pecah. PGRI tidak. PGRI Organisasi yang independen. Dengan KemendikbudRistek adalah mitra. Kalau hubungan ke Organisasi di daerah, saudara jangan meragukan Prof. Unifah Rosyidi, M.Pd. Dirinya setiap hari ada di lapangan. Sekali lagi saya informasikan kepada Saudara DNK ya, bahwa Ibu Ketua Umum PB PGRI itu, setiap hari ada di daerah, memberi semangat dan menghidupkan organisasi dari daerah yang satu ke daerah yang lain dan sosoknya semakin dicintai. Gaya kepemimpinan Ibu Ketua Umum itu adalah gaya kepemimpinan yang baik. Sangat baik.Tulus Melayani, ikhlas mengabdi.
“Ekor mengikuti kepala. Kepalanya borok, maka badan akan terbawa borok dan pecah. Saatnya mencari pemimpin baru yang menyatukan, jauh dari pola adu domba dan senang dipuji belaka”
Saudara DNK, PGRI dalam kondisi baik-baik saja. Mosi tidak percaya kepada Ibu Ketua Umum PB PGRI tidak terbukti. Niat mengadu domba tidak direstui oleh Tuhan dan semesta.
Pemimpin disenangi dan dipuji karena kerja nyatanya. Bu Unifah itu dikritik, difitnah, dihina, dijelek-jelekin ia terima saja selama ini. Ia diam dalam karya nyatanya bersama para guru di lapangan.
Pemimpin yang hanya menerima pujian, temperamental dan marah marah saat dikritik adalah pemimpin yang “terganggu” jiwanya. Waspadalah. Duhai Allah yang maha baik. Selamatkan organisasi guru.
Sampai diakhir paragraf tulisan ini, pembaca bisa menyimpulkan, siapa yang “terganggu” pikirannya, lalu merasuk masuk ke “terganggu” jiwanya. Allah Maha Tahu, dan Allah baik pada Orang Baik.
Jadi kesimpulan saya, tulisan Dudung Nurullah Koswara dengan judul “Jangan Memecah Alam Guru”, lebih tepatnya diganti dengan judul “Tulisan untuk Memecah Alam Guru”.
Dugaan kami semoga tidak salah, bahwa tulisan DNK, dengan konten seputar PGRI hanya dengan niat memecah Alam Guru Indonesia, memecah PGRI, merongrong kepemimpin Ketum PB PGRI Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd.
Saya kasih tahu DNK ya, PGRI itu ibarat pohon. Saat pucuknya digoyang angin, kami di daerah baik propinsi maupun Kabupaten Kota dan Kecamatan adalah akarnya. Kami di daerah akan semakin solid mendukung pucuk pimpinan kebanggaan Prof. Unifah. Kami akan lawan siapapun dengan sepenuh jiwa dan raga kami.
Bagian akhir tulisan ini saya mau tanya, Saudara Dudung Nurullah Koswara ini Dewan Pembina PGRI pada PGRI tingkat mana Bang? He..he…harus jelas identitasnya di PGRI. Salam dari NTT. +++
Bangkok, 25 Oktober 2023
Maksimus Masan KianTimur • Ketua Kabupaten PGRI Flores Timur