suluhnusa.com_Setiap pembaca yang membaca karya kita harus terpicu untuk merasakan getaran-getaran dari kekuatan sebuah puisi yang dibacanya. Ungkap Sastrawan Kawakan NTT, Yoseph Yapi Taum.
Lalu suara itu melengking tajam. Ingin menggetarkan ratusan telinga yang sedang merespapi setiap ayat puisi sedang dilafal.
“Arakiannnnnnn”…Lengking suara panjang. Getar menyeruak. Itulah suara Penyair, ‘penyihir rasa’ Putri Suhartini.
Penggalan puisi berjudul Balada Arakian karya Dr.Yoseph Yapi Taum yang dibacakan oleh Putri Suhartini membuka acara peluncuran buku antologi sastrawan NTT dan diskusi sastra serta pembacaan puisi pada Kamis 8 Oktober 2015 pkl.19.00 – 22.00, di Universitas Flores, Ende.
Diskusi sastra dan pembacaan puisi ini merupakan serangkaian kegiatan Festival Sastra dan Temu II Sastrawan NTT di Ende. Kegiatan ini digelar atas kerjasama Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Yayasan Universitas Flores.
Tiga buku antologi karya sastawan NTT yang diluncurkan pada acara itu antara lain, antologi Puisi, Antologi Cerpen dan Antologi Ulasan Buku Karya Penulis NTT. Buku Antologi Puisi dan Antologi Cerpen bertemakan lokalitas seperti dipersyaratkan kantor Bahasa NTT.
Hadir dalam acara tersebut, sastrawan, penyair dan penulis NTT yang karyanya termuat dalam ketiga buku antologi tersebut, Rektor UNIFLOR bersama beberapa dosen dan para mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UNFLOR.
Muhammad Luthfi Baihaqi,S.S.,M.A Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT yang meluncurkan ketiga buku Antologi ini, dalam sambutannya menyampaikan bahwa momentum temu sastrawan ini sebagai ajang menghimpun sastrawan NTT yang tersebar di semua daerah di Provinsi NTT.
Kantor Bahasa NTT telah menyelenggarakan kegiatan Festival Sastra dan Temu Sastrawan I NTT pada tahun 2013 di Ibu Kota Provinsi NTT, Kupang dan menghasilkan beberapa buku antologi cerpen dan puisi karya sastrawan NTT di antaranya, Kematian Sasando, Senja diKota Kupang dan Ratapan Laut Sawu. Atas rekomendasi Festival Sastra dan Temu Sastrawan I NTT di Kupang tahun 2013, Kantor Bahasa NTT kembali menggelar Festival Sastra dan Temu Sastrawan II NTT tahun 2015 di Ende sejak tanggal 5-10 Oktober 2015 di Universitas Flores,Ende.
Setelah acara peluncuran, dilanjutkan dengan bedah ketiga buku antologi tersebut dan diskusi lesehan dengan nara sumber, Perintis sastra NTT, Gerson Poyk dan Dr.Yoseph Yapi Taum yang dimoderatori oleh Yohanes Sehandi.
Gerson Poyk, dalam diskusi menyampaikan, seorang sastrawan hendaknya memiliki kepekaaan yang tinggi di tengah kehidupan sosial yang sangat kontradiktif.
Sastra, demikian Poyk, bisa memperbaiki intuisi kreatif seseorang. Oleh karenanya seorang pemimpin yang menyukai sastra akan lebih mudah mengatasi kemiskinan di Indonesia, misalnya di NTT, ucap beliau sedikit mengggurau.
Dr.Yoseph Yapi Taum, menekankan kepada para penyair NTT, hendaknya lebih mengedepankan ketergetaran dalam menulis sebuah puisi.
“Setiap pembaca yang membaca karya kita harus terpicu untuk merasakan getaran-getaran dari kekuatan sebuah puisi yang dibacanya,” ungkap Yapi Taum
Demikian pula,seorang penyair juga harus mengawali sebuah karya dengan sebuah perasaan yang ekspresif. Sastra adalah sebuah panggilan jiwa. Sastra keluar dari diri kita masing-masing. Oleh karenanya teruslah merawat imajinasi, serius mempertajam intuisi kreatif dan tetaplah di jalan seni sastra.
Ronald Lein, Anggota Agupena Flotim yang karyanya berupa puisi dan termuat dalam buku antologi puisi sastrawan NTT menyatakan sangat mengapresiasi moment langka yang sudah digelari oleh Kantor Bahasa NTT. Kegiatan ini boleh menjadi cambuk bagi para penulis karya sastra pemula di Nusa Tenggara Timur.
Amber Kebelen,
Wakil Ketua Seksi Dokumentasi dan Publikasi Agupena Flotim,
bereng-lanan@yahoo.com–0823 0182 8022