Idul Fitri, Umat Islam Berjejer Menanti Kedatangan Umat Katolik

Home » Berita » Seni Budaya » Idul Fitri, Umat Islam Berjejer Menanti Kedatangan Umat Katolik

suluhnusa.com_ Kisah indah Idullfitri Dari Desa Honihama-Adonara Timur. Umat Islam sejak pagi berdiri berjejer di sepanjang jalan didalam kampung menanti kedatangan umat Katolik

Seumpama sebuah Taman, jika hanya ada satu bunga, maka taman itu tidak nampak indah.

Menjadi indah, jika didalam sebuah taman terdapat lebih dari satu bunga. Sama halnya juga dengan Agama di dalam sebuah Kampung. dua agama di dalam satu Kampung itu terlalu indah.

Sebuah ungkapan dari Rasyid Payong dalam sambutannya sebagai Imam Mesjid Al-Mutakim Honihama, Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur pada selasa 29 Juli 2013 dalam acara Idul Fitri 1 Syawal 1435 hijriyah secara bersama antara umat Beragama Islam dan Katolik di Desa Tersebut.

Honihama adalah sebuah Kampung di Di Pulau Adonara terletak paling timur dari Kecamatan Witihama. Secara Administratif, dikenal dengan Desa Tuwagoetobi.

Di tempat ini, tolerasi antar umat beragama masih sangat terasa. Wujud tolerasi antar umat beragama akan kita jumpai dalam berbagai bentuk acara kebersamaan salah satunya adalah pada perayaan hari besar keagamaan seperti paskah dan Idul Fitri.

Pada hari raya paskah, Umat yang beragama Islam akan Menyambangi Umat katolik untuk memberikan salam, Ucapan selamat serta berjabatan tangan,dan sebaliknya pada saat Idul Fitri Umat dari Agama Katolik akan Menyambangi Umat yang beragama Islam untuk memberikan selamat dan berjabatan tangan.

Pilihan tempat untuk melaksanakan Paskah dan Idul Fitri bersama adalah ditengah – tengah kampung, biasanya dihalaman balai Pertemuan dusun yang terdapat halaman yang luas.

Umat Katolik di Desa Honihama berbaris dengan rapih untuk menyalami umat islam yang merayakan Idulfitri (foto: maksi masan kian)
Umat Katolik di Desa Honihama berbaris dengan rapih untuk menyalami umat islam yang merayakan Idulfitri (foto: maksi masan kian)

Toleransi antar umat beragama (Islam dan Katolik) dikampung ini merupakan sebuah tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh tokoh –tokoh agama Katolik dan Juga Islam.

Pelaksanaan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 hijriyah tahun 2014 tingkat Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur, terlaksana di dusun tiga (3) Lewolein.

Umat beragama Islam sejak pagi berdiri berjejer di sepanjang jalan didalam kampung menanti kedatangan umat Katolik. Saat Umat Islam sudah siap, Umat Katolik yang sebelumnnya sudah berkumpul dihalaman Gereja berjalan pelan dalam posisi barisan dan berjabatan tangan dengan semua umat Islam yang sudah berdiri siap.

Momentum jabatan tangan antara Umat Islam dan Umat Katolik memberikan makna saling memafkan lahir dan Batin antara satu dengan yang lainnya. Umat meyakini bahwa dalam kehidupan bersama pada setiap harinya, pasti sebagai Manusia Lemah ada salah dan Keliru yang pernah dibuat antara satu dengan yang lain.

Kurang lebih Seribu dua Ratus (1.200) Umat hadir dalam acara Idul Firti bersama, baik umat dari Mesjid AL- Mutakim Honihama dan umat dari tiga belas (13) komunitas Basis Gerejani St.Yudokus Honihama. Umat yang hadir Laki –laki dan Perempuan, dari yang tua hingga anak- anak.

Hadir dalam acara itu, Kepala Desa Tuwagoetobi, Imam Mesjid Al- Mutakim Honihama, Ketua Dewan Stasi St. Yudokus Honihama, Tokoh – Tokoh Adat.

Klemens Kopong Miten Ketua Dewan Stasi Honihama dalam sambutannya menyampaikan bahwa tolerasi antar umat beragama di Honihama sudah merupakan sebuah tradisi.

Baginya, tradisi yang ada merupakan sebuaah hal yang membanggakan dan harus terus dipertahannkan. Dengan kerukunan antar Umat beragama yang kita pupuk, dan kita bangun, akan membawa kita dalam sebuah kehidupan yang aman, damai, dan akan membawa hidup ke arah yang lebih baik,ungkapnya.

Sementara itu, Audaktus Lawe Ama selaku Kepala Desa Tuwagoetobi Dalam sambutannya mengungkapkan bahwa Tak Ada Gading yang tak Retak. Saling memaafkan antar Manusia itu penting dalam kehidupan kita bermasyarakat.

Dalam Kehidupan kita sehari –hari, manusia tidaklah luput dari khilaf, keliru dan salah antara satu dengan yang lain.Olehnya, momen hari ini sangat bermanfaat untuk bagaimana kita memupuk kerukunan dalam hidup bersama di dalam sebuah lewo (Kampung).

Pada kesempatan ini pula, saya mengajak semua masyarakat Desa Tuwagoetobi untuk bisa meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan di Desa demi kemajuan bersama.

Acara Idul Fitri Bersama juga dimeriahkan dengan Tari Perang yang diperagakan oleh Anaka – anak dan orang Dewasa, tarian Sole Oha yang meruapakan tariaan Adat Adonra juga pembacaan Syair Lamaholot yang dibawakan oleh anak- anak.(maksimus masan kian)

Bagikan:

Sandro Balawangak
Sandro Balawangak

Bagaimana engkau bisa belajar berenang dan menyelam, sementara engkau masih berada di atas tempat tidur?

31 Comments

  1. Seperti inilah yang kita harapkan terjadi di negara kita, kebersamaan dalam perbedaan.

  2. Ini sebuah model silaturahmi yg terus terpelihara di daratan Flores Timur khususx tanah Adonara sejak dulu kala.

  3. Luar biasa ….semoga toleransi yg terbina baik ini…menjadi conth daerah lain…salut

  4. Proficiat “wujud kerukunan” yg tentu dipelihara sejak lama. Juga di Kampung halaman saya, Kolimasang. Saya sedih mendengar, bahw sudah 2 tahun ini wujud kerukunan demikian tak terjadi lagi, entah di saat Lbaran atau Natal. Nampaknya ada PIHAK LAIN yg sengaja menadakan hal yg dwariskan oleh orangtua sejak lama ini

  5. Indahnya kebersamaan.
    Kami Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Dengkeng 02 09 Wedi Klaten; nderek mahayu bagyo dalam salam realisasi PASEDULURAN SAKLAWASE (Persaudaraan Abadi)…

  6. Pupuk terus kerukunan hidup beragama di desa kita,agâr menjadi contoh buat orảng lain.

  7. Nilai kerunan yg harus dimiliki oleh setiap warga negara Indoneisa, perlu dicontoh….

  8. Inilah namanya orang yg Beragama !agamanya masing2 membawa kedamaian ! Terberkatilah orang yg Beragama seperti ini !

  9. Amin. Hidup damai itu indah. Jika kita tdk bersahabat dalam iman, maka setidaknya kita besahabat sebagai manusian seprti ini. Selamat siang Tuhan memberkati.

  10. Salut buat ntt, lesterikan budaya ini u anak cucu, hal ini memiliki nilai kerukunan antar umat beragama yg sangat tinggi, sebar luaskan berita ini biar fpi buka dia pung biji mata, bhw keruknan antar umat sangat penting.

  11. Ehmmm ,, aku angkat tangan kalo melihat indahnya perbedaan di tanah NTT,, hanya di sini terjadi yakk, sangat luar biasa , semoga tidak hanya tradisi semata tetapi ada makna yg sangat dalam yg di tanamkan buat anak-anak ,,, salam damai

    • Jhg@ bro klo bukan dari mayoritas yg memberikan contoh yg baik.tidak mungkin minoritas melakukan hal seperti ini. Intinya udahhhhh ini hidup.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *