suluhnusa.com – Pada kegiatan yang digelar di Aula Widya Sabha Mandala FIB UNUD, Putri Suastini Koster yang sangat konsen terhadap bidang seni ini banyak berbagi pengalaman untuk menyemangati mahasiswa.
Menurutnya, kunci sukses itu adalah totalitas.
“Adik-adik yang saat ini kuliah di Fakultas Sastra, ayo asah kemampuan menulis, apapun itu bentuknya, bisa puisi atau tulisan lainnya. Jangan sampai, anak sastra tak bisa menulis,” ujarnya selaku narasumber pada Dialog Budaya Nala Cintya Mani yang digelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Sabtu, 1 Desember 2018.
Iapun berharap anak Sastra Bali jeli menangkap peluang terkait kebijakan pemerintah dalam pemertahanan Bahasa Bali.
“Pemerintah sudah membuat regulasi, ini kesempatan untuk anak Sastra Bali. Buat kegiatan kreatif seperti lomba menulis sastra di atas lontar atau buka kursus Bahasa Bali. Ini peluang bagi adik-adik,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Putri Koster juga menyinggung keberadaan FIB Udayana yang memegang peran penting dalam upaya pelestarian budaya. Bahkan, dia menyebut fakultas ini sebagai pionir bangkitnya kesenian di Pulau Dewata.
Ia berharap, ke depannya peran tersebut dapat terus ditingkatkan agar mampu mencetak SDM yang berada di garda terdepan dalam pelestarian seni dan budaya.
Pada kesempatan ini, Putri Koster menyempatkan diri tampil membawakan Puisi ‘Sumpah Kumbakarna’ dengan penuh penghayatan dan teknik vokalisasi yang mumpuni. Ia sangat menyukai puisi karya penyair Dhenok Kristianti itu karena makna filosofinya begitu mendalam.
“Puisi Sumpah Kumbakarna memiliki makna mendalam, yang mengingatkan siapa saja untuk mencintai dan membela negaranya tanpa syarat. Inilah yang dilakukan tokoh Kumbakarna, bahwa meski dirinya tidak suka dengan perbuatan kakaknya, Rahwana, yang menculik Dewi Sinta, namun ketika Kerajaan Alengka diserbu pasukan Sri Rama, maka dengan langkah kesatria, Kumbakarna pun pasang badan untuk membela negaranya,” ujarnya usai membawakan puisi.