suluhnusa.com – Mencegah agar generasi milenial tak terpapar paham radikalisme dan terorisme, hanya bisa terwujud melalui peran orang tua sebagai pendidik awal di dalam keluarga. Khususnya bagi kaum ibu terlebih dengan tak terbendungnya perkembagan teknologi informasi (TI) yang nyaris tanpa terfilterisasi.
Hal itu diungkapkan Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster saat menjadi narasumber dalam workshop Perempuan Agen Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme bertajuk ‘Peran Perempuan Bali Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme Melalui Kearifan Lokal Bali” digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali di Grand Bali Beach, Denpasar, Kamis (15/8).
Sehingga menurutnya kaum ibu sangat penting untuk memahami tentang perkembangan teknologi informasi terkini. Pasalnya lanjut dia, saat ini penyebaran paham radikalisme sebagai ladang tumbuhnya aksi terorisme secara terselubung menggunakan berbagai platform teknologi informasi utamanya media sosial
“Selain kita harus memantau aktivitas mereka di dunia maya, juga harus ditanamkan kepada putra-putri kita nilai-nilai budi perkerti luhur terkait kebangsaan dan kepedulian sosial supaya mereka tumbuh sebagai pribadi yang mencitai bangsa dan negaranya,” jelasnya.
Hal ini pula sejalan dengan nilai kearifam lokan Bali tentang tugas orang tua khususnya ibu sebagai akar dari keluarga dalam memberi pendidikan awal bagi putra-putri mereka supaya tumbuh menkadi seorang suputra. Seorang anak yang menghormati orang tua mereka, berguna bagi lingkungan masyarakat serta mengabdi untuk nusa dan bangsanya.
“Selain mereka dipantau, putra-putri kita harus sering diajak berkomunikasi dari hati ke hati. Kita harus berperan sebagai sahabat terdekat mereka, supaya ketika mereka ada permasalahan berani curhat kepadavorang tuanya. Karena kalau orang lain, belum tentu mereka akan mendapatkan informasi dan nasehat yang baik,” ujarnya.
Sememtara narasumber kedua, Setyo Pranowo yang mengangkat tema ‘Kebijakan dan Strategi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia’ mengatakan agar generasi milenial tidak terpapar paham kradikalisme maka penting ditanamkan kembali tentang wawasan Pancasila serta keberagaman dalam kehidupan berbangsa di Indonesia.
Selain itu lanjut dia, sejak awal para generasi milenial perlu diperkenal akan tanda-tanda tertentu dari kelompok penganut paham radikalisme.
Di antaranya, kelompok ini tidak menghormati adanya keberagaman, fanatisme berlebihan dengan memaksakan keyakinan mereka terhadap kelompok lain, menutup diri dari pergaulan dan menghalalkan kekerasan dalam mencapai tujuan kelompok mereka.
“Ini supaya putra-putri kita peka terhadap lingkungannya, sehinga segera tanggap jika ada hal-hal aneh di lingkungan sekitar mereka,” tegasnya.
A.Pratama