suluhnusa.com – Rabu pagi (28/11), Kota Larantuka sangat cerah. Saat tiba di Aula OMK Larantuka, saya menyaksikan banyak orang telah berkumpul. Ada anak sekolah, orang tua murid, guru, kepala sekolah, pengawas, tokoh agama, tokoh masyarakat, jurnalis, dan semua undangan lainnya. Semuanya tampak antusias.
Acara inti belum dimulai karena beberapa undangan khusus belum hadir. Meski begitu di dalam ruangan acara telah ramai. Ada sekelompok anak sekolah yang menunjukkan kebolehannya dalam bidang seni seperti musik Kolintang, musik tradisional gong dan gendang, berbagai jenis tari-tarian, dan pembacaan puisi.
Saat tamu khusus telah tiba, ada lagi kelompok anak sekolah lainnya yang menyambut para tamu tersebut dengan tarian khas masyarakat setempat dalam alunan gong-gendang.
Menurut informasi Muhamad Sole Kadir, Pengurus Agupena Flotim, pengisi acara itu merupakan siswa-siswi dari berbagai sekolah di Flotim. Tiap sekolah memiliki keunggulan masing-masing. Saat diminta untuk mengisi acara, mereka bersedia dan melakukannya dengan total, tanpa ada imbalan sama sekali. Luar biasa semangat yang mereka miliki.
Satu per satu acara terus mengalir. Setelah tamu khusus memasuki ruangan acara, Indonesia Raya dikumandangkan bersama. Kemudian berdoa agar acara berlangsung lancar dan memberi banyak manfaat bagi sesama.
Asya’ri Hanafi, Ketua Panitia Harlah ke-12 Agupena tingkat nasional diberi kesempatan untuk menjelaskan kenapa acara seperti itu perlu dilakukan dan menggambarkan kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama kurang-lebih satu bulan.
Selanjutnya, Ketua Agupena cabang Flotim, Maksimus Masan Kian memberikan sambutan pembuka. Beliau sudah dikenal sangat energik saat berbicara. Itulah magnet yang membuat audiensi makin betah mendengar, selain juga karena bobot pembicaraanya memang penting. Saya termasuk salah seorang yang akan betah mendengarnya.
Ketua Agupena Flotim menceritakan perjuangan mereka selama kurang-lebih dua tahun, hingga diapresiasi oleh banyak pihak. Itulah yang menbuat pengurus Agupena pusat mempercayakan mereka sebagai penyelenggara hajatan akbar tersebut.
Hal itu diamini oleh Ketua Agupena pusat, Naijan Lengkong. Mereka sangat kagum dengan keaktifan teman-teman Agupena Flotim dalam menjalankan gerakan literasi. Tidak hanya membaca dan menulis buku di kalangan guru, tapi juga menggerakan semua elemen masyarakat dalam berliterasi. Impaknya tidak hanya untuk guru dan murid di sekolah, tapi meluas hingga ke masyarakat paling bawah. Sudah puluhan pondok baca berbasis masyarakat terbentuk, dan masih banyak indikator lain terkain hal itu.
Mendengar dan menimbang berbagai kisah Agupena Flotim selama ini Anton Hadjon, Bupati Flotim berkali-kali menyampaikan apresiasi dan rasa syukurnya, karena tugasnya memajukan daerah telah dibantu banyak orang, khususnya Agupena Flotim.
Karena itu, Bupati Anton Hadjon memutuskan, semua kegiatan yang berkaitan dengan pengambangan diri guru dan siswa atau kegiatan yang berkaitan dengan literasi, Pemkan Flotim wajib melibatkan Agupena dalam pelaksanaannya. Agupena Flotim sudah teruji cukup lama dan terbukti konsisten dalam menjalankan karyanya meskipun selama ini belum banyak ditopang oleh Pemkab.
Tidak main-main, saat itu juga Bupati Flotim mendeklarasikan daerahnya sebagai kabupaten literasi. Semua hadarin berdiri dan bertepuk tangan setelah mendengar keputusan tersebut.
Kegembiraan itu makin memuncak saat acara pemotongan kue Harlah ke-12. Rasa gembira itu energi yang tidak terkira. Itulah yang akan membuat Agupena Flotim dan stakeholder lainnya makin bersemangat dalam gerakan literasi. Mereka harus mampu mempertahankan julukan kabupaten literasi itu dengan menjadikannya sebagai rutinitas. Tidak mudah memang, tapi saga yakin Agupena Flotim bisa menjadi pemantik dan pengarah yang baik bagi sesama masyarakat di sekelilingnya.
Acara diakhiri dengan sebuah talkshow yang tidak kalah menarik. Apalagi dipandu oleh Ama Pion Ratulolly, suasana makin meriah dengan menghadirkan berbagai narasumber dari Propinsi dan Jakarta.
Hal utama yang mereka bicarakan saat itu lebih fokus menjawab pertanyaan, “Apa yang harus dilakukan Agupena Flotim sebagai konsekuensi dari deklarasi Kab. Flotim sebagai kabupaten literasi?”
Selain itu, saat itu juga kami mendiskusikan tentang prospek menulis buku masa kini. Ada keraguan penulis, bila bukunya terbit, apakah banyak orang yang akan membelinya?
Berdasarkan hasil sharing pengalaman dari berbagai penulis, dapat disimpulkan bahwa: Penulis buku tidak usah takut. Pasti laku, meskipun butuh waktu yang lama. Pelan-pelan. Bila gerakan literasi telah membudaya, kesadaran dan keinginan membeli buku akan bertumbuh dengan baik.***
Saverinus Suhardin
Guru Penulis, tinggal di Kupang