Kala Langit kota mu ku junjung
Ketika berkunjung
Ku dengar ratap bayi terkapar
Hati ku ditampar
Nurani keibuanku yang belum lagi ranum terangsang
Jiwaku perempuanku tergamang
Apakah salah bunda mengandung?
Adakah Dosa ayah membimbing?
Mengapa hawa telantarkan darah dari rahim?
Ku berlari sambil meratap lirih
Dalam isak bibir bergumam perih
Aku menggugat surganya
Benarkah telapaknya layak?
Pantaskah rahimnya disebut firdaus
Di mana hatinya yang tercipta peka
Tidakkah ia mendengar rintih darah dari rahimnya
Lagi-lagi butir bening merekah ku seka
Ku berlari bersama perih
Memeluk tangis bayi yang lirih
Di senja suatu kota ku merintih
Luka ini abadi
Di sini
Maret 2018
Adonara
Perempuan Tanpa Tinta