Ia kembali menyapa bumi dengan rinai
jemari dedaun melambai lambai
Namun mentari mengintip malu-malu
Memagut mesra pucuk benalu
Kabut beranjak melenggang lalu
Tanpa permisi memisahkan malam yang berlalu
Digenang tenang katamu semalam
Ku dapati sepatah kata yang kau isyaratkan pada malam
Kau beri nama begitu indah
Nama yang ku semat sebagai nafas mendesah
Ku bawa berlalu
Terima kasih “lelaki biasa”
Julukanmu memagut ragu berbisa
Palugodam 08 Januari
Aku kau namai
“Perempuan Tanpa Tinta”