Pramuka dan Pendidikan Karakter di SMANSA Nubatukan



SULUH NUSA, LEWOLEBA – Beberapa waktu  lalu, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tekhnologi, Madiem Makarim  menetapkan Peraturan Mendikbud Ristek  Nomor 12/2024 tentang Kurikulum pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah yang menyatakan bahwa keikutsertaan siswa pada  kegiatan eskstra kurikuler termasuk Pramuka bersifat sukarela, bukan kegiatan wajib lagi.

Keputusan ini membuat Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Pol Drs. Krishna Mukti  langsung memberikan tanggapan melalui instagramnya.

Krisna tak ingin Pramuka mati karena kesalahan keputusan politik. Menurutnya, anak-anak tidak bisa diajak sukarela sebab mereka lebih rela menghabiskan waktu untuk menggunakan media sosial.

Dalam pandangan Krishna Mukti, dalam segala aktifitas  kehidupan sehari-hari, apalagi  anak-anak yang masih di bawah pengasuhan orang tua/orang dewasa termasuk soal kedisplinan hingga belajar membutuhkan paksaan.

Pendapat Irjen Pol Krishna ini berpijak pada pengalaman hidupnya sejak bangku SD-SMA, bahkan saat mengikuti pendidikan Akademi Kepolisian, Krisna sangat aktif mengikuti kegiatan Pramuka, sebagai suatu momen untuk pembangunan karakter terbaik dalam hidupnya. Dalam gerakan kepanduan Praja Muda Karana ini, Krishna Mukti mengaku belajar banyak hal, mulai dari disiplin, kerjasama, penghormatan, hingga kegembiraan. (https://www.tribunnews.com/nasional, 2 April 2024).

Mendikbud Ristek pun membantah penghapusan Pramuka dari kurikulum pendidikan Indonesia. Menurut Makarim, kegiatan Pramuka yang dulu bersifat ekstra kurikuler, namun dalam sistim kurikulum merdeka belajar,  ditingkatkan menjadi kegiatan ko-kurikuler (https://www.kompas.com/edu/read, 4 April 2024).

Dalam sumber yang sama, mengutip Wakil Ketua Komisi X DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti menyatakan, kegiatan Pramuka sangat penting, terutama bagi pembentukan karakter bagi pelajar maupun mahasiswa.

Mencermati ketiga pendapat tersebut, kendati  bernada polemik-pro kontra, namun mempunyai substansi yang sama.  Pendidikan kepanduan Pramuka merupakan bagian dari sistim pendidikan nasional yang sangat penting sebagai ajang pembinaan bakat, potensi dan pembangunan karakter dan displin bagi para siswa hingga mahasiswa.

Lantas bagaimana semangat aktifitas kepanduan Pramuka pada lembaga pendidikan SMAN 1 Nubatukan yang pada tahun 2024 memasuki usia matang  pada titik 40 tahun dengan  merayakan pesta Pancawindu? Pasti dengan nada optimis, menyatakan, kegiatan Pramuka sudah sangat maju dan bisa saja menorehkan berbagai prestasi yang digapai anak-anak Pramuka. Disadari, para siswa  yang memasuki masa bangku SMA, pasti aktif  dalam kegiatan Pramuka pada jenjang usia sekolah sebelumnya yaitu Siaga,  anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 7-10 tahun (usia SD/MIS), Penggalang, anggota berusia 11-15 tahun (SMP/MTs. Sedangkan Pramuka  Penegak adalah anggota berusia 16-20 tahun (SMA) dan Pandega (Mahasiswa/dewasa).

Menjadi menarik untuk membongkar memori yang tersimpan rapi dalam album para civitas akademika pada awal beridrinya SMAN Lewoleba terkait kegiatan  pendidikan kepanduan Pramuka. Penulis merupakan angkatan 3 antara tahun 1987-1990, maka tentu setting ceritra berkisar dalam kurun waktu itu.

Dengan segala keterbatasan, baik sarana-prasarana dan  kurangnya tenaga pendidikan, maka yang menjadi prioritas utama adalah melengkapi tenaga tenaga pendidik sesuai kebutuhan. Dengan demikian, dalam kurun waktu 1987-1990, kegiatan Pramuka sama sekali tidak ada dalam kegiatan ekstra kurikuler.

Hal ini dapat dimaklumi, karena ada belum tersedianya tenaga kependidikan sesuai kebutuhan. Ada mata pelajaran yang diampuh oleh tenaga kependidikan tidak sesuai basic-spesialisnya. Matematika kelas 1 diampuh oleh Pius Suban Raya, B.A. (kini Alm.), yang berbekal pengalaman mengajar di SMAK Lamaholot Witihama-Adonara, padahal  Pa Pius jabatannya sebagai pegawai tata usaha. Pada tahun berikutnya, datanglah Pa Guru Drs. Fransiskus Ola Key, berpendidikan speasialis Matematika, sehingga Pa Pius Suban Raya tidak lagi mengajar Matematika.

Pendidikan Jasmani dan Olahraga, diampuh oleh Drs. Abdul Madjid Lamahoda yang berbasik ilmu BK/BP  dan Drs. Bernardus Beda Keda (Guru BP/BK) sempat mengajar Pendidikan Moral Pancasila/Pendidikan Kewarganegaraan  sebelum hadirnya Pa Guru Drs. Kalat Ferdinandus.

Adalah  Drs. Syariffudin Songge, guru agama, yang menginisiasi dimulainya pendidikan Pramuka bagi siswa-siswi SMAN Lewoleba dan tentu atas persetujuan Kepala Sekolah Drs.  Klemens Seni (kini Alm.). Saat itu, salah satu  keluarga Pa Guru Songge yang lagi mengenyam pendidikan pada  salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta, namanya Harun Al-Rasyid, diminta untuk memberikan  materi kepanduan dengan memanfaatkan masa liburnya di Lewoleba.

Oleh karena itu, pola pendidikan kepanduan ini,  bukan terprogram secara reguler dengan jadwal yang tetap, namun boleh dikatakan pendidikan kilat. Pendidikan dilaksanakan hanya  satu kali saja selama tiga tahun menempuh pendidikan di bangku SMA.  Kurang lebih satu minggu, siswa-siswi dibekali ilmu kepanduan, baik teori maupun praktek/latihan keterampilan sampai puncaknya dihelat kegiatan perkemahan di pelataran halaman SMA dengan kondisi kemiringan kurang lebih 5 derajad.

Dalam pendidikan Pramuka ini, menggunakan fasilitas yang ada. Pembimbing dan siswa-siswi menggunakan pakaian bebas rapi, bahkan menggunakan kaos oblong.

Tidak ada seragam Pramuka dengan segala atribut dan kelengkapan seperti topi, dasi, kacu, tali, pluit, tanda jabatan, tanda kecakapan, tanda regu, bendera semafor dan lain-lain karena kegiatan dilaksanakan  secara mendadak. Tidak ada kesempatan bagi siswa untuk membelikan seragam Pramuka. Siswa-siswi hanya bermodalkan buku dan alat tulis guna  mencatat hal-hal penting  terkait ilmu kepanduan. Namun demikian, siswa-siswi tetap semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengikuti semua rangkaian kegiatan tanpa ada hambatan.

Pendidikan kepanduan Pramuka , bukanlah menjadi pengalaman perdana bagi siswa/i SMAN Lewoleba kala itu. Mungkin ada juga siswa yang mempunyai pengalaman level nasional, yaitu pernah mengikuti perkemahan tingkat Nasional pada jenjang pendidikan sebelumnya. Namun, materi yang diajarkan pada level Pramuka Penegak, tentu ada yang berbeda. Siswa-siswi yang mengikuti kegiatan dibentuk group-group antara laki-laki dan perempuan (Putra-Putri).

Latihan kepanduan ini hanya diajarkan oleh Harun Alrasyid dan didampingi oleh Pa Syarifuddin Songge dan beberapa siswa dipilih untuk menjadi pendamping. Boleh dikatakan, latihan secara spontan tanpa dilengkapi jabatan-jabatan sesuai struktur organisasi Pramuka.

Teori diberikan di sekolah sedangkan praktek dilaksanakan di seputaran kota Lewoleba. Ada materi merayap  di atas tali dengan  lokasi kegiatan di Rayuan Kelapa. Tali diikat diantara dua pohon kelapa dengan ketinggian kurang lebih 1,5 meter. Terkait merayap di atas tali ini, dilaksanakan juga di Wangatoa, dengan kualitas tantangan yang lebih besar risikonya. Seolah-olah ada kejadian banjir di kali Wangatoa, maka siswa-siswi menyeberang kali dengan merayap di atas tali dengan ketinggian yang cukup lumayan, kurang lebih 3 meter.

Hal ini sangat bersiko  dan memacu  adrenalin, kalau terjatuh maka tangan atau kaki bisa patah/keseleo dan badan bisa menederita luka/sakit. Apalagi saat itu cuaca Lewoleba cukup panas setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dari Sekolah-Rayuan Kelapa lalu ke Wangatoa.  Hal ini menuntut ketahanan fisik dan mental yang kuat di tengah teriknya matahari dan kondisi  badan yang sudah agak menurun karena terkuras tenaga dengan melakukan beberapa aktifitas fisik sebelumnya.

Selain itu, ada kegiatan fiking, mencari jejak dan  merayap di bawah kawat berduri  pada pagar milik biara dan asrama putri Susteran CIJ di depan Kantor Bupati Lembata. Pada sudut kiri bawah (bagian utara), tampak ada celah untuk merayap di bawahnya, namun hanya cukup untuk menyorongkan badan seusia anak SMA . Mungkin Panitia sudah survei sebelumnya.

Di sini butuh kehati-hatian, kalau tersalah, risikonya baju terobek dan bisa membuat luka di badan. Hal ini yang membuat hati dongkol. Lalu pada malam hari dalam kondisi gelap gulita, setiap anggota regu, baik putra atau putri  dilepas jalan sendiri-sendiri mengitari pemakaman di bilangan Rayuan Kelapa, dekat SMP St. Pius X Lewoleba.

Perasaan takut mencekam bergelayut dalam hati siswa. Dalam mithos yang berkembang, biasanya area kuburan menjadi daerah angker, banyak hantu dan setan bergentayangan yang sewaktu-waktu muncul secara tiba-tiba. Doeloe, area kuburan yang terpisah jauh dari pemukiman warga, dikelilingi pepohonan lebat dan semak-semak, maka tidak menutup kemungkinan ada binatang liar atau burung-burung malam bermukim di sekitarnya.  Ketika melintasi daerah itu di malam gelap,  bisa saja ada gerakan binatang, suara burung malam yang jarang terdengar, maka menimbulkan presepsi, ada setan atau hantu yang bergentayangan untuk menakut-nakuti dan mengganggu manusia, sehingga sangat menciutkan nyali bagi yang tidak kuat mental.

Apalagi, bagi masyarakat Jawa yang sangat percaya pocong, mayat berjalan dengan mengenakan seragam jenasah lengkap serba putih, yang sewaktu-waktu menampakkan diri secara  mendadak, membuat kaget dan sangat menyeramkan.

Pendidikan Pramuka kilat, mencapai puncak dengan perhelatan kemah di pelataran sekolah. Siswa membangun tenda menggunakan materi yang ada berdasarkan regu masing-masing. Acara puncak yang ditandai dengan api unggun, semua peserta dan pendidik, duduk lesehan mengelilingi api unggun. Kadang dalam posisi  berdiri seraya bergandengan tangan dan mendendangkan lagu-lagu perjuangan bernuansa Pramuka dengan semangat 45.

Lalu, kini terbersit dalam pikiran, seandainya tembang Kuda Laka Loli, Sedon Lewa Papan, Dende Reo-Adonara Doang Kae, Oa Kewa, Oa Lina, lagu, lirik dan gerakan Dolo Gampang Hala sudah viral di jaman itu, sulit dibayangkan suasana di malam gulita yang hanya diterangi lampu petromaks saat momen puncak perkemahan di bukit mungil nan gersang, yang oleh masyarakat Lewoleba dikenal dengan nama populer bukit Komak.

Pasti, suasana kegembiraan dan keceriaan terus mewarnai dalam nuansa nyanyian dan goyang dolo-dolo, bisa saja semalam suntuk, dolo sampe seni lau tawan. Saat itu, Pendidik pun bercuap-cuap, memberikan semangat, nasihat, membakar motivasi dan menyalahkan tekad untuk  terus berkiprah dalam organisasi kepanduan sebagai wahana membentuk mental dan karakter anak bangsa sebagai generasi pemegang tongkat estafet pembangunan   di masa depan.

Sesekali, pendidik tampil ibarat suara gembala, menyeruhkan suara para nabi dengan memberikan nasihat, wejangan karena aneka kenakalan anak-anak Pramuka yang dilakukan terhadap orang-orang terdekat, teman, Guru dan orang tua.  Kesalahan-kesalahan secara perlahan dibongkar, kendati tidak mengarah pada prbadi, namun sebagai siswa merasa diri bersalah bagai terdakwa yang diadili di hadapan api unggun.

Kesalahan bisa saja dilakoni saat kegiatan Pramuka selama sepekan atau kesalahan pada masa silam. Semua  rasa haru dan gembira yang membuncah, melebur menjadi satu, terbakar api ‘penyucian’ dan terbawa menghilang dari  bumi pijakan dan terbang tinggi menghilang ke angkasa raya bersama asap api yang menjulang.

Mungkin, ada tercipta kenangan-kenangan indah diantara pribadi-pribadi di selah-selah aneka aktifitas yang begitu padat? Tak tahulah. Yang pasti tersimpan dalam memori jiwa. Lantas, apatah pola pendidikan singkat selama sepekan dapat membawa pengaruh positip dalam pengembangan bakat, potensi, perubahan sikap mental dan pembangunan karakter untuk menghadapi tantangan ke depan yang begitu kompleks, masing-masing pribadi bisa mengambil hikmat dan makna yang terakumulasi pada pengalaman hidup saat ini.

Dari berbagai sumber dan pendapat orang yang berkecimpung dalam dunia kepanduan Pramuka serta pengalaman latihan selama sepekan, ada banyak pelajaran positif dan makna yang bisa diambil dari kegiatan Pramuka, di antaranya, (1) melatih Siswa menjadi lebih mandiri, melalui aneka kegiatan seperti perkemahan, siswa belajar mendirikan tenda, memasak dan mengatur hal-hal lain secara mandiri di bumi perkemahan  tanpa bantuan orang tua seperti ketika di rumah.

Banyak anak yang lahir besar dan bertunbuh dalam kehidupan sosial ekonomi yang berkecukupan, sehingga banyak anak tidak begitu terlatih untuk mengerjakan pekerjaan membantu orang tua di rumah. (tidak bermaksud untuk menggeneralisasi). Semua kebutuhan   dilayani orang tua, sehingga tercipta mental anak yang manja. Namun ketika aktif di Pramuka maka dengan sendirinya anak berusaha melakukan hal-hal secara mandiri bersama teman lainnya. (2) Memupuk semangat kerja sama dan gotong royong diantara teman-teman dalam group, sebagai  dampak ikutan dari sifat kemandirian; (3) Melatih disiplin; (4) Peduli sesama, dalam kegiatan Kepramukaan siswa sering diajak melaksanakan kegiatan bakti sosial atau membantu orang lain yang terkena bencana. Hal ini mengasah kepedulian siswa pada sesama, termasuk membangun rasa solidaritas in-group; (5) Latihan berorganisasi dan ekspresi diri termasuk membina kepemimpinan,  berarti siswa belajar dan berani mengemukakan ide, perpendapat  serta bisa mengambil keputusan dalam suatu tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan persoalan yang dihadapi. Manfaat jangka panjang, mempersiapkan siswa menjadi pemimpin masa depan bangsa  (6) Pembentukan kepribadian, watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur, cinta tanah air dan ketakawaan kepada TYMK; (7) Membantu menemukan minat dan bakat. Dalam aneka aktifitas kepanduan Pramuka, anak dapat menemukan bakat dan portensinya  serta mengembangkan kemanpuannya yang dapat diaktulaisasikan pada masa  mendatang.

Selain itu, manfaat lainnya dari kegiatan kepanduan Pramuka yaitu merupakan  bagian dari pendidikan kontekstual, mendidik dan mengajarkan anggota Pramuka untuk bisa mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam praksis kehidupan sehari-hari. Misalnya, merayap tali, berguna untuk menyeberangi kali/sungai akibat banjir, demikian fungsi kegiatan lainnya. Untuk itu, dalam sistim  pendidikan nasional dengan berbagai kurikulum yang diterapkan, pendidikan kepanduan Pramuka merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan potensi siswa.+++

***Angkatan 3 SMANSA NUBATUKAN

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *