LEMBATA, SULUH NUSA – ABRASI yang mengancam Pantai SGB Bungsu, Waikilok, Kecamatan Nubatukan, Lembata, sudah terjadi sejak puluhan tahun.
Terhitung sejak gempa tahun 2992 abrasi di pantai ini terjadi dan mengakibatkan jalan didaerah tersebut hampir putus karena gerusan air laut.
Abrasi di Pantai SGB Bungsu itu mulai terasa sejak 31 tahun lalu, setelah gempa bumi dan gelombang tsunami melanda Maumere Kabupaten Sikka tahun 1992 lalu.
Hal ini disampaikan warga Waikilok, Inyo Kobam kepada anggota DPRD Lembata, Paulus Makarius Dolu, saat reses DPRD Lembata, 22 Maret 2023.
“Kondisi jalan yang hampir putus akibat abrasi, mulai terlihat sekitar bulan Juli 2018 ini. Air lautnya naik sampai akhirnya seperti sekarang, jalan rusak”, ungkap Koban.
Setiap tahun selalu ada pepohonan yang tumbang gara-gara abrasi. Sejak 1992 sampai tahun 2023 ini sudah puluhan meter air laut merambat ke wilayah daratan dan menumbangkan banyak sekali pohon kelapa.
Untuk itu Koban meminta meminta agar pemerintah segera membangun Talud Penahan Abrasi Pantai karena hampir setiap tahun kerusakan bibir pantai kurang lebih satu meter. Rumah warga dan tanaman kelapa milik warga terancam abrasi.
Menanggapi aspirasi ini Paulus Makarius Dolu, S.Fil meminta Pemerintah Daerah agar segera berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulan Bencana membangun Talud Pengaman Pantai.
“Abrasi Pantai Sepanjang SGB Bungsu sampai Pantai Pada terjadi setiap tahun. Pemda harus segara merencanakan pembangunan Talud ini dengan berkolaborasi dengan BNPB”, ungkap Paul Dolu kepada usai reses kepada SulihNusa (weeklyline media network), 22 Maret 2023. +++hosea