SULUH NUSA, LEMBAGA – Liburan semester kali ini saya gunakan untuk “bale leu”; pulang kampung di Leuwayan.
Sebuah kampung di Kedang, Lembata. Dari ibu kota kabupaten Lembata, Lewoleba, desa Leuwayan dapat digapai dengan melewati jalan negara Trans Lembata ke arah timur pulau Lembata.
Dari Lewoleba hingga Balauring, ibu kota kecamatan Omesuri jalan Trans Lembata bebas hambatan. Jalan yang sebagaian besar baru selesai diaspal ini begitu mulus. Anda dapat memacu kendaraan tanpa takut terperosok lubang.
Namun selepas Balauring menuju Leuwayan, jalan yang sudah diaspal banyak yang terkupas. Ada beberapa titik yang rusak parah dan menuntut kewaspadaan pengendara karena jalan diselimuti kerikil yang berserakan.
Dalam perjalanan ke Leuwayan kita disuguhi pemandangan yang indah. Ada beberapa tempat yang tidak boleh dilewatkan untuk memanjakan diri menikmati keindahan alam pulau Lembata. Selepas Lewoleba, ada pantai Hadakewa. Pantai yang berada di desa Hadakewa ini telah ditata menjadi destinasi wisata yang menyediakan kuliner khas hasil laut.
Bergerak terus ke timur, di pinggir pantai Lewolein, ada lopo-lopo yang berjejer di pinggir jalan. Anda boleh beristirahat memandang teduh dan jernihnya teluk Lewolein sembari menikmati ketupat dan ikan bakar.
Beranjak ke Baja, beberapa titik akan menarik Anda berhenti sejenak memandangi bentangan alam dari ketinggian dan biru laut dengan latar gunung Ile Lewotolok yang terus mengepulkan asap.
Sebelum memasuki desa Balauring, tepatnya di tanjung Wengutuq, Anda boleh istirahat sejenak memandang teluk Balauring, rumah-rumah suku Bajo dan gunung Uyelewun yang menjulang kokoh menyambut setiap orang yang datang ke Kedang. Tempat ini juga spot yang menarik untuk foto. Masuk desa Balauring, Anda boleh melewati kesempatan memanjakan mata dengan biru laut di pelabuhan jeti Balauring.
Kembali ke kampung membawa saya nostalgia dengan masa kecil dulu. Mengenang kembali situasi dan kondisi kampung saat itu. Dan bila dibandingkan, Leuwayan saat ini berbeda jauh. Perkembangan kampung yang terkenal sebagai desa budaya ini luar biasa. Begitu banyak perubahan yang terjadi. Ada banyak kemajuan yang telah dicapai.
Penerangan, misalnya, Leuwayan yang dulu hanya diterangi pelita kini telah dialiri listrik yang menyala siang-malam. 24 jam. Walau kadang onar, nyala-padam tidak jelas, paling tidak orang Leuwayan sudah bisa nonton televisi dan cas HP di rumah sendiri. Bisa beli kulkas dan buat es batu untuk dijual. Semua berkat kehadiran listrik.
Begitupun jalan. Jalan raya dari dan menuju Leuwayan yang dulu berbatu-batu dan berdebu kini telah diaspal. Jalan dan lorong-lorong dalam kampung pun telah dibuka dan disemenisasi. Akses menuju dusun Rian Au dan Lale Ramuq sudah mudah. Kendaraan roda dua maupun roda empat bisa memasuki wilayah dua dusun yang berada di atas bukit ini.
Saya menghabiskan lima hari di kampung. Ada banyak aktivitas yang saya lakukan selama di kampung. Tetapi yang paling berkesan adalah menikmati pantai. Ya, kampung Leuwayan memang terletak di pinggir pantai bagian utara pulau Lembata.
Pantai memang memiliki daya tarik tersendiri. Pantai selalu menawarkan keindahan. Pantai merupakan tempat yang pas untuk melepas penat. Di pantai orang bisa memandang lautan luas. Di pantai, orang boleh memilih untuk bersantai. Menikmati angin yang selalu menerpa wajah. Atau merasakan hangatnya tubuh dibasuh air laut.
Pantai adalah tempat favorit saya saat kecil dulu. Ke pantai adalah agenda tetap di masa kecil dahulu. Mandi laut lalu berjemur sembari menunggu nelayan pulang melaut adalah aktivitas yang rutin. Di pantai, bersama teman-teman kami menghabiskan waktu seharian. Mandi sepuasnya tanpa takut kehabisan air. Dan baru pulang ke rumah saat malam menjelang.
Moment yang tidak terlewatkan di pantai Leuwayan adalah menyaksikan sunset. Aktivitas satu ini sayang kalau ditinggalkan. Panorama eksotis saat matahari terbenam memang memanjakan mata setiap orang yang memandangnya. Saat matahari pelan-pelan merayap turun, sebelum ditelah bumi, langit yang memerah jingga adalah panorama alam terindah untuk dinikmati. Perubahan warna langit dari biru menjadi kemerahan sungguh memakau siapa saja.
Di Leuwayan, ada banyak tempat menyaksikan keindahan panorama senja. Dan salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan mentari saat senja hendak menjemput malam adalah tugu Tatong. Tepat di sebelah gapura masuk desa Leuwayan ini, Anda bebas menikmati moment mentari ditelan cakrawala hingga tenggelam di laut Flores.
Selama menunggu matahari tenggelam, menikmati sore dengan semilir angin senja terasa kurang lengkap bila tidak ditemani kopi, teh, atau cemilan. Tapi jangan takut. Saat ini, di samping tugu Tatong Om Toni Amuntoda sedang membangun sebuah lopo yang menyediakan semua kebutuhan untuk menemani Anda menikmati sunset. Sebuah paket komplet sunset: menyaksikan sunset sambil menyeruput kopi, atau menyeduh teh.
Liburan kali ini punya kesan tersendiri bagiku. Mandi laut dan menikmati senja di pantai membawa saya mengenang saat kanak-kanak. Di pantai Leuwayan, saya menyelami kisah-kisah masa kecil dahulu.
+++geradus.kuma.