suluhnusa.com – Kampung Wisata Jodipan di Kota Malang, Jawa Timur atau yang dikenal sebagai Kampung warna-warni yang dulu merupakan ‘permukiman kumuh’ sekarang menjadi lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan. Tiap akhir pekan diperkirakan jumlah pengunjung yang datang mencapai ratusan orang.
Salah satu warga Kota Kupang yang mengunjungi kampung Wisata Jodipan Kota Malang, Gregorius Takene, awal Nopember 2018 lalu merasa terkesan dan kagum dengan keindahan Jodipan.
Goris Takene menjelaskan dirinya bersama sejumlah pengunjung berkeliling gang-gang sempit di dalam kampung yang berada bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, sementara warga di sana tetap beraktivitas seperti biasa. Sesekali mereka mengambil foto suasana kampung ataupun ‘selfie’.
Para wisatawan itu, ada yang masuk ke dalam permukiman ataupun berfoto di atas jembatan dengan latar belakang Kampung Jodipan.
“Saya kagum dan menyukai rumah bercat warna-warni. Indah dan rapi, tak menyangka rumah ini ada di tepi sungai,” katanya.
Sekitar 107 rumah warga Jodipan tampak dicat dengan 17 warna, dengan gambar yang dilukis komunitas mural.
Inisiatif untuk mencat kampung ini muncul dari sejumlah mahasiswa mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammaidyah Malang yang tergabung dalam kelompok guyspro.
Sepulang dari Jodipan Malang, Goris Takene mulai berdiskusi dengan beberapa warga di Kelurahan Belo. Mereka ingin ‘menghadirkan Jodipan’, Kampung warna warni di Malang itu di Kupang-NTT. Diskusi ini muncul atas ide dan gagasan Lurah Belo, Benyamin Klau.
Tidak butuh waktu lama, Kelurahan Belo yang merupakan sebuah kelurahan di Pinggiran Kota Kupang, Kecamatan Maulafa, mulai berbenah. Mimpi menghias Belo seperti Jodipan sedikit demi sedikit terwujud.
Belo yang dulu dikenal dengan kelurahan tanpa nama jalan, kini berubah menjadi lebih berwarna. Beberapa dinding rumah dan gedung di Kelurahan Belo di cat berwarna dan dilukis dengan berbagai obyek. Berbeda dengan yang di Jodipan, lukisan lukisan di Kampung Belo mengedepankan lukisan edukatif bernuansa literasi. Tampak gambar anak anak sedang membaca.
“Lukisan bernapas Literasi ini untuk mendukung gerakan Belo Sebagai Kampung Literasi yang sudah dicanangkan sejak tahun 2016 lalu. Pemandangan Kampung Belo kini lebh berwarna dengan memiliki lukisan warna warni seperti di Jodipan Malang. Layak menjadi destinasi baru pariwisata dan berwisata selfie sambil berliterasi di Kampung Belo,” ungkap Goris Takene, saat menghubungi suluhnusa.com, 21 Desember 2018.
Lebih jauh Goris Takene menjelaskan setidaknya terdapat 130 kk di RT 18 RW 07 kelurahan Bello Kecamatan Maulafa. Sebagian besar warga RT ini bermukim di Bantaran sungai (kali) Neten Neneno.
Lokasi itu pada masa kepemimpinan Walikota Kupang Dan Adoe sempat dilarang untuk ditempati karena merupakan daerah rawan longsor di kelurahan Bello selain itu topografinya tanah terjal namun warga tetap menempati lokasi itu sehingga sampai saat ini menjadi satu satunya masyarakat padat penduduk di kelurahan itu.
Awal Tahun 2018 Lurah Bello saat itu Benyamin Klau mengatakan wilayah itu satu satunya daerah kumuh di kelurahan yang dipimpinnnya. Sehingga awal 2018 Benyamin Klau saat memunculkan ide utk lingkungan itu ditata menjadi lingkungan warna warni.
Dan pada November 2018 ide brilian Lurah Bello itu tetwujud atas dukungan dana 500 juta. Sumber program Nasional Kota Tanpa Kumuh yg dicairkan via dinas PU kota kpg.
“Dan kini menjadi kampung warna warni satu satunya di kota kupang bahkan di NTT,” tegas Takene. ***
sandro wangak