suluhnusa.com – Bello sejak dulu dikenal sebagai salah satu kampung penghasil sayur-mayur ke sejumlah pasar di Kota Kupang.
Membangun Intelektual Petani Kampung Bello atau sekarang dikenal sebagai Kelurahan Bello merupakan salah satu Kampung di pinggiran Kota Kupang ibu Kota Propinsi NTT.
Kampung Bello merupakan daerah pinggiran yang mana mayoritas penduduknya adalah petani serta peternak, dikenal sebagai pemasok kebutuhan sayur diseluruh Kota Kupang. Kehidupan masyarakatnyapun masih kental dengan menjaga adat istiadat.
Atas dasar kondisi kehidupan ekonomi serta kehidupan budaya masyarakat di Kampung Bello itulah, pada tahun 2016 silam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia menjadikan Bello sebagai salah satu penyelenggara kegiatan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) dan gerakan Kampung Literasi.
Dengan satu tekat sesuai dengan program Pemerintah Pusat agar dapat mendorong serta meningkatkan minat belajar serta baca masyarakat agar dapat menuntaskan buta aksara di tanah air. Cerita datangnya berbagai program pendidikan masuk ke Kampung Bello tidak serta merta tetapi berkat upaya dari semua warga masyarakat yang mau mendukung setiap program pemerintah. Terutama para tokoh masyarakat penting di Bello.
Demikian disampaikan Lurah Bello Ben Klau, SE kepada media ini usai menghadiri perlombaan Kampung Litarasi di Bello 17 Agustus 2017 lalu.
“Saya kira ini semua karena dukungan masyarakat terutama dukungan besar datang dari Bapak Goris Takene Ketua RW 03 yang membangun Taman Baca Masyarakat (TBM) di kampung kami beberapa tahun silam sampai sekarang ini,” tandas Lurah Bello.
Goris Takene, begitu nama salah satu tokoh di kampung Bello yang memiliki kepedulian tinggi terhadap taraf hidup masyarakat di lingkungannya terutama di bidang pendidikan.
Kepada media ini di kediamannya pekan lalu Goris menuturkan, ide membangun TBM berawal dari melihat kondisi lingkngan sekitar dimana ada sejumlah anak yang tidak bisa dari beberapa keluarga yang tidak bisa menamatkan Sekolah Dasar karena keterbatasan ekonomi orangtua. Harapannya supaya dengan adanya buku-buku di TBM meskipun tidak sekolah tetapi warga di kampungnya itu bisa membaca untuk menambah pengetahuan.
Awal merintis TBM kata Goris, dari buku bekas yang dimiliki juga dari sejumlah saudaranya. Tetapi setelah empat tahun ini banyak bantuan datang baik dari pemerintah maupun dari keluarga-keluarga yang hidupnya berkecukupan.
Hasil dari rintisannya itu tidak diduga kini ada satu orang anak dari keluarga kurang mampu bisa kuliah karena dukungan dari salah satu Sekolah Tinggi Swasta di Kota Kupang, yang peduli terhadap kehidupan anak-anak di kampung itu yang tidak bisa melanjutkan sekolah, karena keterbatasan ekonomi. Siang itu, Jumat 18 Agustus 2017, kami menemui Goris di rumahnya yang dipenuhi buku.
Ada 2000 judul buku tersusun rapi di tiga buah rak di rumahnya. mulaiai dari buku cerita anak, Pertanian, novel sastra, hingga ensiklopedia.
Lewat buku, Goris ingin membangun intelektualitas masyarakat khusunya di Kelurahan Bello yang ia mulai dari masyarakat kurang mampu di lingkungannya. Kampung Bello atau sekarang dikenal sebagai Kelurahan Bello terleta kilometer dari pusat kota Kupang.
Berbatasan dengan Kabupaten Kupang, membuat akses masyarakat Desa Sukawangi terhadap buku sangat sulit.
”Kalau mau baca buku harus ke perpustakaan daerah di Kota Kupang, ongkosnya Rp 30.000 pergi dan pulang,” ujar Windi Tuan salah satu pengunjung TBM saat itu.
Tergerak ingin mengatasi masalah itu, pada awal 2014, Goris membuka taman bacaan masyarakat di rumahnya. Masyarakat bisa membaca dan meminjam buku kapan saja, tanpa membayar sepeser pun. Pada awalnya, buku-buku yang ada di taman bacaan merupakan buku koleksi Goris kala kuliah.
Semakin lama, buku-buku itu pun bertambah dari berbagai pihak yang peduli terhadap kebiasaan membaca. Dengan adanya taman bacaan, masyarakat menjadi dekat dengan buku. Suasana di Kampung Litarasi pun kental dengan kebiasaan membaca buku. Siang itu, empat anak asyik membaca buku di teras rumah yang dibangun Goris.
Beberapa anak lain memilih meminjam buku dari taman bacaan untuk dibaca di rumah. Kini, taman bacaan itu sudah memiliki 1000lebih anggota. Tak hanya anak-anak, pemuda dan orangtua pun kerap membaca buku dari taman bacaan Gading Taruna yang dibangun Goris.
Melihat perkembangan taman bacaannya, Goris berharap, buku-bukunya dapat membangun intelektualitas masyarakat karena buku merupakan gudang ilmu. Anak-anak pun berani mempunyai cita-cita setinggi langit.
[goe/sandrowangak]