suluhnusa.com – Hari hari ini, nama Stephanus Ola Demon,ST ramai diperbincangkan di tengah masyarakat Adonara khususnya dan Flores Timur pada umumnya. Putra Lamanele, Ile Boleng Adonara yang lahir di Sandakan 9 September 1974 ini dikenal karena jasanya menghadirkan PT. Bumi Indah di Pulau Adonara Tanah Lamaholot, yang berperan besar dalam perbaikan jalan (hotmiks) di sekian titik jalan di Adonara, Solor, dan Flores Daratan yang sebelumnya mengalami kerusakan cukup parah.
Saya sendiri mengenal Stefanus Ola, untuk pertama kalinya tahun 2017, di Desa Lamahelan saat saya membawahkan materi tentang Jurnalistik untuk pelajar se Kecamatan Ile Boleng yang diselenggarakan Angkatan Muda Adonara (AMA) Kupang. Beliau kala itu hadir bersama rombongan Wakil Bupati Flores Timur, dan Camat Ile Boleng yang akan meresmikan Pondok Baca Lamahelan.
Kami bertemu untuk kedua kalinya, Jumat (25/5/18) di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Saya baru saja tiba, setelah mengakhiri Kegiatan Seminar Nasional yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Nasional, sementara beliau baru saja mengahadiri Kegiatan Tenaga Ahli dan Keterampilan (Takonas) dalam kapasitas sebagai Ketua DPD Takonas NTT, periode 2017- 2022.
Dalam obrolan kami kurang lebih 2 jam menunggu penerbangan Jakarta- Surabaya – Kupang, ada banyak nilai perjuangan yang kami petik. Jika hari ini, ia boleh berjaya mecicipi hasil kerjanya, itu karena perjuangannya yang berdarah darah di masa yang lalu. Segala kepahitan, sakit dan kesulitan dalam hidup telah dirasakan hingga kemudian menghantar masa bahagiannya kini.
Stef Ola, dilahirkan di Sandakan Malaysia dari rahim Ruth Sanfa (72) dan Bapa Bernadus Lewun Duhan (74). Anak ke 2 dari 4 bersaudara. Memasuki usia 5 tahun, ia dihantar ke kampung Lamanele, dan di asuh oleh keluarga dari Bapanya. Alasan menghantarnya kembali ke kampung saat itu karena Bapa dan Mamanya sibuk kerja di Malaysia. Ia tumbuh tanpa mendapatkan didikan secara langsung dari orang tuannya. Untuk kondisi ini, bagi Stef adalah ujian dan terus memampuhkan dia untuk bisa mandiri. Ditangan keluarga Bapanya di kampung halaman, ia mulai memasuki usia sekolah di SDK Pukaone, tamat 1988, SMP Swasta Ile Boleng, tamat 1991 hingga melanjutkan pendidikan SMA di SMA Kristen 1 Kupang, tamat 1994. Ada niatnya saat itu untuk masuk ke Seminari Hokeng dengan cita cita menjadi seorang Imam, namun niat ini gagal, karena proses pengurusan surat permandian dipersulit dengan alasan,bapa dan mamanya berada di Malaysia.
Masa masa sulit saat menempuh pendidikan SMA di Kupang menjadi catatan perjuangan yang menantang. Ia bahkan pernah lari dari rumah keluarganya dan engan untuk sekolah lagi. Beras tidak ada, makan tanpa lauk, tidak mendapatkan kiriman uang dari orang tua, ke sekolah dengan berjalan kaki, jadwal Feri yang tidak tentu yang menyulitkan pengiriman bekal makanan dari kampung, adalah warna warni sulitnya perjuangan hidup mereka saat itu. Bahkan pada suatu waktu, hngga 3 hari lamanya, mereka hanya bertahan dengan makan buah dan daun pepaya.
Kerasnya ini hidup membuatnya belajar sungguh dan rajin mengerjakan pekerjaan apa saja yang dipercayakan. Pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki bagi Stef adalah hal yang sudah biasa dan harus dijalankan dengan senang hati. Pada suatu waktu, Ia mendapat tantangan dari seorang senior namanya Yos Lega (almahrum). Yos Lega saat itu menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang. Ia menantang Stef Ola untuk maju menjadi Ketua OSIS di SMA Kristen 1 Kupang. “Kalau engko hebat, saya mau lihat, bisa menang tidak menjadi Ketua OSIS di SMA Kristen 1 Kupang dengan posisi engko sendiri berhadapan dengan mereka yang mayoritas” ungkap Stef Ola meniru kata kata Yos Lega saat itu. Stef Ola merasa tertantang dan ingin membuktikan bahwa ia bisa menjawabi tantangan itu. Dan hasil perjuangan kerasnya, ia terpilih menjadi Ketua OSIS SMA Kristen 1 Kupang di tahun 1993.
BACA JUGA: ADONARA TENGAH NEGERI HAYALAN DIATAS BAYANGAN