suluhnusa.com_Masa penerimaan siswa baru telah berakhir . Di wilayah Denpasar, pengumuman penerimaan siswa baru di Sekolah Dasar tanggal 22 Juni.
Untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama tanggal 4 Juli 2015 sedangkan siswa yang memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan sudah diumumkan pada tanggal 27 Juni 2015.
Setelah diterima di sekolah yang diharapkan maupun tidak diharapkan dengan segala tetek bengek dan masalah dalam penerimaan siswa baru mulai dari operator online yang kurang siap, aturan tiap sekolah yang tidak seragam dan membingungkan orang tua, sampai biaya yang beraneka ragam dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal, termasuk (mungkin) dugaan pungutan liar dari sekolah yang ‘nakal’, kemudian menunggu untuk mulai tahun ajaran baru dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS)
Dalam kalender pendidikan yang biasanya dikeluarkan oleh dinas pendidikan setempat yang merujuk pada Undang Undang Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, keputusan bersama beberapa menteri tentang cuti bersama serta edaran gubernur tntang cuti bersama yang berkaitan dengan upacara dan beberapa hari raya yang diperingati secara lokal, pada tahun pelajaran 2015/2016 masa MOS diadakan selama tiga hari.
Namun beberapa sekolah sudah mulai mengumumkan MOS akan diselenggarakan satu minggu bahkan sudah ada beberapa sekolah yang mulai mengadakan pra MOS .
Asal Mula MOS
Masa Orientasi Sekolah (MOS) adalah kegiatan umum yang dilakukan di sekolah sekolah guna mengenalkan siswa pada keadaan sekolah secara umum termasuk visi misi, budaya, tata tertib, lingkungan fisik, kebijakan kebijakan, dan segala komponen yang mendukung termasuk para senior dan guru – guru.
Secara hakiki, MOS bertujuan mengenalkan siswa pada sekolah yang akan menjadi tempat bernaungnya dalam beberapa tahun kedepan. Ungkapan, tak kenal maka tak sayang, barangkali sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana MOS seharusnya dilaksanakan.
MOS muncul sejak jaman kolonial tepatnya di Sekolah Pendidikan Dokter Hindia, STOVIA (1898-1927) Kegiatan MOS berlanjut pada masa Geneeskundinge Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran (1927-1942).
Istilah yang digunakan pada saat itu adalah ontgroening atau “membuat tidak hijau lagi”, Artinya, MOS dimaksudkan untuk ‘mengisi’ siswa baru agar mengenal sekolahnya.
MOS banyak ditentang semenjak era 60-an sampai sekarang, karena pelaksanaan MOS berorentasi pada kekerasan fisik maupun psikis namun sayangnya seperti kita tahu MOS tetap dilakukan bahkan pernah memakan korban seperti kejadian meninggalnya seorang siswa dalam kegiatan MOS di Yogyakarta.
Bergeser dari Tujuan Semula
Kegiatan MOS sudah jauh bergeser dari tujuan semula. MOS bukan lagi fokus pada pengenalan sekolah tetapi terkadang sudah menjadi ajang mempermalukan dengan alasan menjalin keakraban bahkan ajang balas dendam dari para senior.
Betapa tidak. Dalam kegiatan MOS para siswa diminta berpakaian yang tidak wajar, seperti rambut dikepang sepuluh, memakai tas karung goni atau karung tepung dengan tali raffia, memakai sepatu dengan tali berwarna warni, memakai topi koran, dll.
Belum lagi barang bawaan yang terlalu mengada ngada seperti pisang yang setengahnya matang dan setengahnya lagi mentah, beberapa makanan yang tidak disebutkan namanya tetapi hanya diberi gambaran dengan kode tertentu, misalnya minuman aku dan kamu (susu dancow), makanan p cincin kurang (makanan Pringles) dll.
Siswa juga sering diperlakukan secara tidak adil oleh para seniornya yang notabene anggota OSIS (Organisasi Intra Sekolah) sebab ada peraturan yang pernah beredar dan diterapkan dalam kegiatan MOS oleh para senior yaitu peraturan pertama ; senior selalu benar, peraturan kedua ; jika senior salah maka kembali ke peraturan pertama.
Dan ini bukan omong kosong. Pengalaman beberapa siswa yang mengikuti kegiatan MOS mengalami ketidakberdayaan sebab tiba tiba harus melakukan sesuatu hukuman tanpa sebab atau kesalahan yang sengaja dicari cari.
Mungkin beberapa kegiatan diatas bermanfaat untuk menjalin keakraban antara senior dan junior atau diantara para siswa baru, tetapi manfaat yang didapatkan tidak lebih banyak dari pada kerugian moril yang dialami siswa dan orang tua.
Sebab bukan hanya siswa yang sibuk, tapi orang tua juga dibuat kalang kabut dengan kegiatan MOS yang diikuti sang anak. Membantu mncari barang barang ang diperlukan sudah tentu, sebab si anak sudah kelelahan dengan kegiatan di sekolahnya.
Kembalikan MOS pada tujuan semula
Ada banyak hal yang bisa dilakukan sekolah untuk mengembalikan MOS pada tujuan semula. Pada tujuan yang positif dan jalan yang positif. Yang pertama, kembalikan MOS pada kegiatan yang harus dilakukan guru, bukan oleh siswa dalam wadah OSIS.
Hal ini bisa mengurangi efek balsa dendam yang turun menurun dari senior ke junior. Setelah itu buatkan kegiatan yang bermanfaat . Diantara kegiatan pilihan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut .
1. Ceramah
Kegiatan ini bisa dilakukan oleh beberapa narasumber misalnya Kepala Sekolah dengan materi terutama visi dan misi sekolah serta aturan dan budaya yang menyangkut sekolah bersangkutan, peluang peluang yang bisa didapat dari sekolah, dll.
Selain itu bisa diisi oleh kepolisian dengan materi yang sedang marak maraknya dalam lingkungan anak muda, narkoba, tata tertib berlalu lintas dsb. Bisa juga dari pemuka agama, ulama, pendeta dan lain lain yang dapat menanamkan bagaimana sikap dan budi pekerti yang seharusnya . Tentu ceramah bisa membosankan, tetapi narasumber harus mempunyai kreatifitas bagaimana menyampaikan materi sesuai audiens.
2. Workshop
Kegiatan ini bagus dilakukan untuk membimbing siswa membuat semacam karya tulis atau karangan tergantung tingkat pendidikan. Setidaknya siswa baru bisa menuliskan cita citanya sendiri, harapan harapannya memasuki jenjang pendidikan yang baru. Syukur syukur dapat bisa menghasilkan karya tulis yang bermutu.
Setidaknya dengan kegiatan ini, siswa mengetahui bagaimana menghasilkan karya tulis yang paling sederhana. Bisa juga kegiatan ini diisi dengan mmbuat kliping mengumpulkan artikel tentang pendidikan dan sebagainya.
3. Bakti masyarakat
Siswa bisa diajak untuk minimal berjalan dari suatu tempat ke tempat yang lain sambil memunguti sampah plastik. Setidaknya mereka belajar untuk membersihkan lingkungan. Atau untuk siswa SMA dan SMK bisa diajak untuk bakti masyarakat yang lebih luas lagi seperti ke desa desa atau kelurahan, mengadakan baksti sosial dengan sumbangan baju bekas dan lainnya.
Dengan kegiatan siswa belajar mengabdikan diri untuk masyarakat, mengenal lingkungan sekitar, mengembangkan sikap sosial dll. Dalam bakti masyarakat ini juga bisa diisi dengan mengunjungi panti asuhan atau panti jompo. Jika jumlah siswa baru cukup besar bisa diatur sedemikian rupa sehingga bisa dilakukan bergantian.
4. Menonton film
Kegiatan ini pasti menyenangkan . Menonton film bukan sekedar film. Film yang dimaksud disini adalah film bernilai sejarah atau documenter. Tujuannya bukan sekedar hiburan tetapi lebih pada mengambil nilai dari sebuah film , membangkitkan rasa cinta tanah air, mengmbangkan rasa kebangsaan dan persatuan serta nasionalisme.
5. Doa bersama (persembahyangan)
Kegiatan ini baik dilakukan saat penutupan MOS. Bahwa semua kegiatan ditutup dengan rasa syukur kepada Tuhan.
Beberapa kegiatan diatas hanya sedikit dari banyak pilihan kegiatan positif yang bisa dilakukan dalam MOS . Daripada mempermalukan siswa dengan pakaian dan barang bawaan yang ‘aneh’ alangkah baiknya jika diganti dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Salam MOS ! (luh dias)