suluhnusa.com_Mewujudkan masyarakat yang mampu mencintai alam dengan sesungguhnya, adalah tantangan terbesar pada era globalisasi sekarang ini. Pada masa yang lebih mengutamakan kehidupan individual, konsumtif dan modern dengan segala kenyamanan yang didukung peralatan serba elektronik, kadang membuat manusia melupakan hal terpenting dalam hidupnya yaitu habitat atau tempat hidupnya sendiri.
Namun sekarang telah banyak organisasi organisasi yang menyuarakan ‘back to nature’-kembali ke alam karena manusia mulai menyadari bahwa alam begitu penting dalam hidup manusia.
Sebut saja organisasi SGPL atau Sekehe Guru Peduli Lingkungan. SGPL bersama dengan PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) dan BPLH (Badan Pengelola Lingkungan Hidup) menyelenggarakan sosialisasi Adiwiyata bagi Kepala Sekolah se-Kota Denpasar mulai tanggal 10 Oktober 2013 sampai tanggal 17 Oktober 2013. Sosialisasi dilaksanakan secara bertahap yaitu dilakukan pada setiap kecamatan. Masing masing Denpasar Selatan, Denpasar Timur, Denpasar Barat dan Denpasar Utara.
Pelaksanaan Adiwiyata yang telah digulirkan setiap tahun pada sekolah mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup.
Adiwiyata berarti tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh secara ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita menuju keada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Lebih lanjut I Ketut Nama, guru SDN 1 Peguyangan , sekaligus Ketua Sekehe Guru Peduli Lingkungan Kota Denpasar, dalam sosialisasi Adiwiyata tanggal 17 Oktober 2013 di SD 6 Saraswati Denpasar, menjelaskan Konsep Tri Hita Karana dalam agama Hindu sangat relevan dengan Konsep Adiwiyata.
Tri Hita Karana sebagai salah satu ajaran agama Hindu yang termuat dalam Kitab Bagawad Gita (III.10) berarti tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Unsur unsur Tri Hita Karana meliputi Sang Hyang Jagatkarana (Tuhan), Buana (Alam Semesta) dan Manusia. “Dalam ajaran Tri Hita Karana memuat bagaimana semestinya manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya”, ungkap Nama.
Hubungan manusia dengan Tuhan diwujudkan dengan sujud bakti, membuat sesaji untuk yadnya yang menggunakan bahan-bahan dari alam diantaranya daun intaran, daunnagasari, daun beringin sebagai sarana pembersih saat upacara yadnya dilaksanakan, bunga, buah dan juga janur (daun kepala yang masih muda) . Yang kesemuanya itu berasal dari lingkungan.
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik dan harmonis. Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar saling asah, saling asih dan saling asuh,yang artinya saling menghargai, saling mengasihi dan saling membimbing.
Hubungannya dengan adiwiyata adalah bagaimana sekolah mampu bekerjasama dengan masyarakat di sekitar sekolah maupun organisasi organisasi yang dapat dilibatkan dalam mewujudkan sekolah yang berwawasan adiwiyata seperti contoh, kerjasama dengan Bank Sampah dalam mengelola sampah yang dihasilkan di kantin sekolah. Kerjasama dengan orang tua murid untuk melakukan kerjabakti penghijauan di lingkungan sekitar sekolah. Kerjasama dengan pengelola kantin untuk menyediakan makanan yang tidak mengandung 5P yaitu penyedap, pengawet, pemanis, pewarna, pengenyal, yang diharapkan diganti dengan bahan yang sifatnya alami.
Lingkungan sebagai habitat dari manusia itu sendiri berperan sangat besar dalam hal ini. Manusia sangat tergantung dengan lingkungan. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. Dalam hubungannya dengan adiwiyata, bagaimana manusia dapat mewujudkan sekolah yang indah dan sejuk dengan memelihara pohon, baik tanaman perindang maupun tanaman obat dan tanaman langka . Selain itu juga sekolah harus dapat mengelola sampah.
Karena sampah sudah menjadi masalah penting di kota-kota besar, termasuk Kota Denpasar. Sampah dari mulai memisahkan dan mendaur ulang sampah organik dan non organik sangat perlu dikelola dengan sebaik baiknya.
Ajaran Tri Hita Karana juga sangat relevan dengan pengelolaan irigasi pada organisasi subak di Bali, dimana keterlibatan manusia sebagai pengurus organisasi subak tersebut, alam yaitu pengaturan air untuk sawah dan Tuhan yaitu didirikannya Pura yang diperuntukkan untuk memuja Dewi Kemakmuran dan Kesuburan, Dewi Sri, yang sering disebut Pura Uluncarik atau Pura Bedugul.
SDN 1 Peguyangan sebagai salah satu calon dan satu satunya sekolah dasar yang diajukan dalam Adiwiyata tingkat Nasional tahun 2013, bersama 11 calon lainnya yang merupakan sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan di propinsi Bali sudah menerapkan pengelolaan sampah yang cukup bagus dengan melibatkan siswa sebagai organisasi pencinta lingkungan.
Adiwiyata bukan merupakan lomba yang hanya dilakukan pada saat itu saja, tetapi mempunyai prinsip partisipatif dan berkelanjutan yang artinya dilaksanakan secara terus menerus. Kegiatan penilaian dan pembinaan adiwiyata juga dilaksanakan setiap tahun.
Dengan demikian diharapkan nantinya setiap sekolah dapat disebut sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh secara ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita menuju keada cita-cita pembangunan berkelanjutan sebagaimana arti dari adiwiyata itu sendiri. (luh dias)