SULUH NUSA, LEMBATA – KONDISI remaja putri Meiy Chatlin Witak (13) korban kekerasan penyiraman air keras orang tak dikenal belum sepenuhnya pulih. Korban yang sebelumnya dirawat di ruanngan bedah kamar Kelas III dipindahkan ke ruangan ICU RSUD Lewoleba untuk mendapat perawatan yang intensif.
Sesekali Meisya masih memanggil nama Indah witak, kakaknya yang ada di samping sembari memberikan tetesan air melalui sedotan. Mata kirinya benar benar tidak bisa dibuka. Masih tetutup. Dokter belum bisa memastikan kondisi kornea dan selaput matanya, masih menunggu dua atau tiga hari ke depan.
Hal ini disampaikan dr. Syafira, yang merawat kondisi Meisya dan meminta keluarga terus mendampingi korban sembari menjelaskan dirinya terus berusaha untuk memastkan kondisi mata Korban sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
Kondisi kedua mata Meisya memang belum dapat dibuka. Mata kiri yang paling parah kondisinya nyaris mengalami kebutaan total setelah diduga disiram menggunakan air keras ke wajahnya pada Senin, 14 Oktober 2024 pagi. Saat ini Meya Chatelin Witak terbaring lemah di ruang ICU RSUD Lewoleba didampingi kakaknya Indah Witak yang terus menangis melihat kondisi adiknya. Mulutnya juga masih berdarah dan pecah pecah. Ia masih terbaring lemas di tempat tidur. Untuk minum saja masih diitetes dengan sedotan.
Sejauh ini pelaku penyiraman air keras masih belum ditemukan, dan polisi masih berupaya melakukan pencarian.
Kapolres Lembata, I Gde Eka Putra Astwa, melalui Kasat Reskrim, Iptu Donni Sare, SH, MH, mengungkapkan penyidik polres Lembata sudah melakukan olah TKP dan menemukan beberapa barang bukti.
“Infonya (Barang Bukti-Red) ada, hanya kita musti pastikan dulu , diambil keterangan para saksi baru sinkronkan dengan barang bukti”, ungkap Doni Sare.
Sampai dengan berita ini ditulis, Unit PPA Polres Lemnata terus melakukan pemeriksaan terhadap puluhan saksi termasuk Guru Wali Kelas Korban.
Jhon Batafor, anggota DPRD Lembata dari Fraksi Partai NasDem yang sempat menjenguk korban di RSUD Lewoleba mengatakan, yang paling utama saat ini adalah berpikir soal keselamatan korban.
Ia berharap, tim dokter dapat menangani korban secara baik dan memulihkan kondisinya dan jika memungkinkan dapat dilakukan donor kornea untuk memulihkan penglihatan korban.
Ia bahkan berjanji akan menggerakkan komunitas dan relasinya untuk mencari donor kornea guna membantu korban.
“Soal biaya kita bisa bantu cari, yang terpenting dia bisa melihat. Apalagi kalau dirujuk ke Bali, saya akan bantu dengan segala upaya saya yang penting adik nona bisa lihat kembali,” kata Jhon Batafor.
Meisya adalah warga Kelurahan Lewoleba Selatan, RT. 23.RW 009 menjadi korban kejahatan orag tak dikenal di bilangan Kota Baru, Kota Lewoleb, Lemnata, Nusa Tenggara Timur. Korban yang adala siswi Kelas II SMPN I Nubatukan ini sejak dua tahun lalutinggal dengan Indah Miranti Witak, kakanya di Kelurahan Lewoleba Selatan RT 21. Ia dikenal pendim. Tidak biasa banyak bicara.
Saat ini polisi masih memburu pelaku kejahatan luas biasa ini sementara Korban masih menjalani perawatan intensif di Ruangan ICU RSUD Lewoleba sembari menunggu keputusan dokter aoakah akan dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar atau mendapat penanganan lebih lanjut.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Wenseslaus Ose Pukan, kepada wartawan usai menjenguk Meisya, meminta aparat penegak hukum Polres Lembata mengejar pelaku kejahatan ini.
“Kejadian ini meresahkan. Kejadian ini luar biasa karena baru pertama kali di Lembata dan menyasar anak anak sekolah. Dunia pendidikan terancam. Polisi harus kejar pelaku sampai dapat”, ungkap Ose Pukan.
Meisya yang sejak Sekolah Dasar tinggal bersama kakak perempuannya ini saban hari ke sekolah jalan kaki. Naas baginya, 14 Oktobet 2024, dia jalan kaki dari rumah tinggalnya ke sekolah melewati bilangan Kota Baru.
Informasi beredar di media sosial warga Lembata, Meisya adalah putri David Witak, warga Kelurahan Lewoleba Selatan, yang setiap hari berjalan kaki ke sekolahnya di SMPN 01 Nubatukan.
“Tadi pagi ketika jalan kaki ke sekolah, pas di perempatan SDN Kota baru dia disiram air keras ke wajahnya oleh orang tak dikenal. Pelaku berboncengan dengan sepeda motor beat warna merah. Setelah siram anak Meysha, pelaku kabur melalui lorong di depan bp Ben Making ke arah barat. Pelakunya memakai jilbab dan masker sehingga tidak dikenal. Kita berharap segera ditangkap dan diproses”, tulis pesan berantai di berbagai WAG Warga Lembata.
David Witak, yang ditemui di RSUD Lewoleba mengaku kaget dengan kejadian yang menimpa anak sulungnya ini.
“Saya kaget karena saya hidup tidak ada musuh. Saya cinta damai tapi kenapa anak saya jadi korban kejahatan”, ungkap David.
Menurut pengakuan Saksi mata yang diceritakan David Witak, ayah Korban, air keras itu disimpan dalam kantong plastik.
Ketika ditanya air keras yang disimpan dalam kantorng tersebut, David mengaku mendengar informasi dari cerita tukang ojek yang menjadi saksi mata bahkan ada teman Meisya juga melihat kejadian itu.
“Bahkan temannya itu kena percikan air keras. Saya mendengar informasi dari tukang ojek yang melihat kejadian itu”, ungkap David.
Menurut David, Meisya anak yang pendiam. Ia tidak punya musuh. Ia masih duduk dj kelas II SMPN Nubatukan.+++sandro.wangak