Orang Muda Kolimasang Sulap Ruang Kelas Tidak Layak Jadi Panggung Pentas Seni.
***
Ama Guru Kopong bilang, sepertinya sekolah harus membeli terpal ukuran jumbo.
Untuk apa, balas Ama Payong.
Terpal itu untuk menutup dua ruang kelas yang tidak layak di SMPN Panca Marga.
Ini, sekilas obral obrolan santai saat Ama Payong, seorang muda Kolimasang saat bertandang ke Rumah Rindu.
Ama Payong, seniman kampung ini datang ke Rumah Rindu untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah terkait pentas seni kolaborasi antara siswa/i SMPN Rumah Rindu, Mahasiswa PBSI-IKTL dan orang muda Kolimasang. Pentas seni ini sebagai hajatan puncak dalam rangkaian PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat)mahasiswa PBSI-IKTL selama tiga hari di Desa Kolimasang, Kecamatan Adonara.
Setutur bincang-bincang antara panitia PKM dan orang muda Kolimasang, Rumah Rindu menjadi medan pentas seni. Sebagai sekolah yang masih bayi di pangkuan Pemerintah Daerah, SMPN Panca Marga tentu memiliki keterbatasan. Jangankan panggung, kebutuhan ruangan sebagai sekolah yang ideal saja masih sebatas rindu.
Kendati demikian, pintu Rumah Rindu SMPN Panca Marga selalu terbuka bagi sesiapa saja yang berkehendak baik.Kerja sama SMPN Panca Marga dan orang muda Kolimasang sudah terawat baik sediakala.Pun silahturahim antara pihak sekolah dengan sang arsitek pentas, Ama Guru Zaeni boli yang juga mahasiswa PBSI IKTL sudah hangat sedari dulu.
Dengan modal semangat yang hangat dan kreativitas yang mumpuni, orang muda memberi diri tanpa hitung untung.Dua ruang kelas tidak layak disulap menjadi bagian panggung akhir pekan.Ini, modal sosial di Desa Kolimasang yang mesti dirawat.
Lalu, pupuk jenis apa untuk merawat modal ini?
Sekolah sebagai lembaga sebaiknya tak boleh jaim dengan masyarakat. Masyarakat sebagai salah satu tungku pendidikan sebaiknya tak boleh menjaga jarak. Seperti sebuah akronim lawas dalam lirik sebuah lagu daerah, Salam Suster(susah senang tode ruat)
(Angkutan Pedesaan)