SULUH NUSA, ALOR – SEKOLAH Lapang Kearifan Lokal (SLKL) yang digagas Direktorat Jederal Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali digelar tahun 2024. Platform yang digagas sejak tahun 2021 ini, kembali digelar di beberapa titik di Indonesia termasuk di 14 Pulau terluar di tiga Kabupaten Alor, Sikka dan Flores Timur, Provinsi NTT.
Pemerintah Kabupaten Alor melalui Dinas Kebudayaan, mengapresiasi kegiatan ini saat bertemu tim SLKL Kemendikbudristek 2024 Kabupaten Alor, 20 Mei 2024.
Plt. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor, Mesak Tapua Blegur, S.Pi yang didampingi, Abraham M. J. Panduwal, Kabid Adat dan Budaya, mengapresiasi positip sekaligus memberikan dukungan menyukseskan pelaksanaan kegiatan ini.
“Kita apresiasi dan memberikan dukungan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pemerintah pusat melalui Dirjen KMA Kemendikbudristek yang sudah memilih Alor menjadi lokasi kegiatan SLKL”, ungkapnya.
Pelaksanaan kegiatan SLKL ini didahului dengan temu kenali bersama calon pandu budaya yang direkrut Pemerintah Kabupaten Alor..
Pattar Febriandy Gunawan, S.Ant didampingi Pandu Harbiansyah, S.Pd dan Ahmad Rizky Zulfikar, S.kom menjelaskan pada prinsipnya calon pandu budaya usai dibekali melalui SLKL diproyeksikan sebagai aktor kebudayaan untuk melakukan Temu Kenali, yaitu proses menggali kembali kekayaan masyarakat adat memicu kembali 10 objek pemacu kebudayaan.
Lanjutnya, 10 objek pemacu kebudayaan, yakni manuskrip, tradisi lisan, adat, seni, ritual, bahasa pengetahuan tradisional, teknologi tradisonal, permainan, dan olaharga tradisional.
Sekolah Lapang berfokus pada pengetahuan kekayaan budaya yang ada hubungannya Panga lokal.
Sehingga para Pandu Budaya memiliki sarana untuk menampilkan masyarakat adat. Pada masa lalu, dengan pengetahuan dan teknologi tradisional masyarakat adat mampu menyangga kekayaan pangan lokal. +++Sandro.wangak