kita hanya berjarak beberapa inci
bahkan mungkin tidak sama sekali
dengus nafasmu kudengar
sepasang matamu yang liar
melewati celah tanpa suar
aliran takdir seringkali membawa kita pada sisi yang berbeda
demikian rindu tercipta
lalu putik putik ingatan menjelma
di tiap sudut pada huruf yang kueja
genapkan aku, hai kamu
di lorong puisi yang kesunyian
tempat berbaring segala risau
biarkan tubuh tubuh puisi menggeliat dan berhamburan
mereka lahir dengan segala warna
kegilaan, pertarungan dan romantisme
aku di dalam mu atau kamu di dalamku
siapa lagi yang peduli ?
widya astuti