Ku dapati waktu berputar kian menggebu ,
Kala muram jadi buram
Binar pelita daya di lorong hidup
Tanpa bernama , ku coba menebak
Kelam berlalu di terpa angin lalu
Biarlah
Biarkan bayang dalam wujud menyergap bulir
Pada semedi malam di bawah julingan bintang
Di askar ambang cahaya rembulan
Biarkan ku kenang tanpa sebab
Pujangga setengah tua
Menaruh ranum pada bukit subuh
Menjelang pagi sebelum dan sesudah malam pulang
Dari riak tegas suaranya
Menghalau kumbang bermekaran
Nadanya menyonggok tak kelewat batas
Apatisnya berlakon puisi ala kuno dari bak orang puitis
Tak selesai oleh sebab rajutan kisah ini
Masih saja berlabu kisaran pengetahuan
Gumaman bibir usang
Bahwa penjara bukan kunci
Menutup lembar
Bukan tembok penghalang membatasi serbuan tinta lokal
Melainkan penjara ialah sekolah terhebat
Oleh ajaran waktu
Tempat imajinasi berdikari
Bersama angan dalam redup penuh maju
Iya . .
Pujangga usang menaruh iba pada miliaran tuduhan
Menerjang kawan dalam sabar tanpa goyah
Itu kubanggakan dari sekian ceritamu
Dalam ukiran tangan berkatub butir hidup
Walau tak seindah kata pada nafas katamu
Namun kucoba mensurgakan kataku
Pada biru awan dan putih kabut
Agar angin mendengar dan menghembuskanmu keluar
Pada bumi nian yang menanti suaramu
Pada sekelompok jiwa yang merindu tawa dan lawakmu
Meski saja kau tetapku sapa tom & jerry
Tapi ketahuilah bahwa padamulah
Tempat teraman ku belajar banyak hal
Sekaligus tempat menimba motivasi terbaik
Dan aku amat menghormati engkau
Engkau pujangga setengah tua
Fanny Stefani
(Puisi ini ditulis untuk mengenang Sandro Wangak ketika sedang dalam penjara di Lapas Lembata)
penjara, bkan kunci menutup lembar…
tmpat berdikari imajinasi
terimakasih Fanny