Pujangga Setengah Tua

Beranda » Sastra » Pujangga Setengah Tua

Ku dapati waktu berputar kian menggebu ,
Kala muram jadi buram
Binar pelita daya di lorong hidup
Tanpa bernama , ku coba menebak
Kelam berlalu di terpa angin lalu

Biarlah
Biarkan bayang dalam wujud menyergap bulir

Pada semedi malam di bawah julingan bintang
Di askar ambang cahaya rembulan

Biarkan ku kenang tanpa sebab
Pujangga setengah tua
Menaruh ranum pada bukit subuh

Menjelang pagi sebelum dan sesudah malam pulang

Dari riak tegas suaranya
Menghalau kumbang bermekaran
Nadanya menyonggok tak kelewat batas
Apatisnya berlakon puisi ala kuno dari bak orang puitis

Tak selesai oleh sebab rajutan kisah ini
Masih saja berlabu kisaran pengetahuan

Gumaman bibir usang
Bahwa penjara bukan kunci
Menutup lembar
Bukan tembok penghalang membatasi serbuan tinta lokal

Melainkan penjara ialah sekolah terhebat
Oleh ajaran waktu
Tempat imajinasi berdikari
Bersama angan dalam redup penuh maju

Iya . .
Pujangga usang menaruh iba pada miliaran tuduhan
Menerjang kawan dalam sabar tanpa goyah
Itu kubanggakan dari sekian ceritamu

Dalam ukiran tangan berkatub butir hidup
Walau tak seindah kata pada nafas katamu
Namun kucoba mensurgakan kataku

Pada biru awan dan putih kabut
Agar angin mendengar dan menghembuskanmu keluar

Pada bumi nian yang menanti suaramu
Pada sekelompok jiwa yang merindu tawa dan lawakmu

Meski saja kau tetapku sapa tom & jerry
Tapi ketahuilah bahwa padamulah
Tempat teraman ku belajar banyak hal

Sekaligus tempat menimba motivasi terbaik
Dan aku amat menghormati engkau

Engkau pujangga setengah tua

Fanny Stefani
(Puisi ini ditulis untuk mengenang Sandro Wangak ketika sedang dalam penjara di Lapas Lembata)


Share your love
Suluh Nusa
Suluh Nusa

bagaimana engkau bisa belajar berenang dan menyelam, sementara engkau masih berada di atas tempat tidur.?

One comment

  1. penjara, bkan kunci menutup lembar…
    tmpat berdikari imajinasi
    terimakasih Fanny

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *