SULUH NUSA, LEMBATA – Tulisan ini merupakan Kata Pengantar (Prolog) Buku ‘Lembata Dalam Pergumulan Sejarah & Perjuangan Otonominya’ karya Thomas B. Ataladjar.
Keseluruhan Buku Ini
Buku ini terdiri dari 25 bab. Kita sudah seharusnya memberikan apresiasi yang tinggi atas kerja keras sang penulis, Magun Thomas Ataladjar. Magun telah berhasil menyusun semacam “percakapan awal” tentang Lembata. Kalau ada kekurangan, esok hari nanti kita akan lengkapi lagi. Buku ini, tentu saja, bagi orang yang kurang terlalu suka belajar dan membaca sejarah, akan melelahkan. Kenapa? Bisa saja, antara merasa membaca mitos, dongeng serta menyimak kenyataan yang hidup masyarakat Lembata dan pemerintahannya kini. Saya telah membaca buku ini dengan saksama. Jika diperkenankan maka saya lebih suka membagi narasi buku ini dalam 6 (enam) bagian.
Pertama. Narasi yang menggambarkan Lembata di zaman Nirleka (bab 2). Penulis menjelaskan kepada kita, sejarah umat manusia, termasuk orang Lembata yang terlibat pula dalam zaman Nirleka. Bahwa, tradisi suku-suku di Lembata khususnya dan Flores umumnya, tak ada satu sukupun yang mewariskan tradisi melalui tulisan. Semuanya diwariskan lewat tutu marin (kisah tutur atau cerita lisan) secara turun temurun. Penulis berhasil membawa kita untuk menerawang “di manakah” orang Lembata di masa zaman prasejarah berdasarkan geologi maupun arkelogi. Semuanya mirip dengan suku bangsa lain.
Jaman prasejarah manusia, juga dikenal sebagai sejarah pra-sastra (pre-literary history) adalah periode antara penggunaan perkakas batu pertama oleh hominin. Itu kira-kira 3,3 juta tahun yang lalu, hingga penemuan sistem penulisan. Termasuk, penggunaan simbol, tanda, dan gambar yang muncul sangat awal di antara manusia, meskipun sistem penulisan paling awal diketahui muncul 5.300 tahun yang lalu. Itupun butuh ribuan tahun agar sistem penulisan diadopsi secara luas. Dalam beberapa budaya manusia, sistem penulisan tidak digunakan sampai abad ke 19, dan, di beberapa wilayah, bahkan tidak sampai sekarang. Oleh karena itu, akhir prasejarah sangat berbeda di beberapa tempat (McCall etc. 1973).
Kedua. Era migrasi leluhur orang Lembata (bab 3 s/d bab 7). Penulis berceritera tentang : migrasi leluhur, Sina Jawa, Seranggoran, juga tentang suatu negeri bernama Lapan Batan atau Krokopukan, keberadaan Awalolong, dan konsep tentang Lerawulan Tanaekan. Migrasi manusia awal adalah ekspansi manusia purba dan modern yang melintasi benua. Itu diyakini telah dimulai sekitar 2 juta tahun yang lalu. Inilah ekspansi hominin yang keluar dari Afrika, dari Homo erectus. Migrasi ini diikuti oleh manusia purba lainnya termasuk Homo heidelbergensis, yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu.
Kemungkinan besar merupakan nenek moyang Denisovan dan Neanderthal. Hominid awal dikatakan telah “melintasi jembatan darat yang akhirnya tertutup air” (History Alive, pub. 2004, TCI; Harvati, et al. 2019).
Ketiga. Era yang berhubungan dengan keberadaan sistem pemerintahan lokal dan dengan bangsa-bangsa barat (bab 08 s/d bab 13), misalnya Portugis dan Belanda (Miller, 1996). Pada bagian ini kita dapat menikmati ceritera tentang Kedang & Lebala,Lomblen Negeri Kafir, khusus Lamalera sebagai pintu masuk pertama agama Katolik di Lembata, Lomblen di era Kolonial, Perang Blasting Lera Gere, dan Paji Demong (Laurensius Molan, 2012).
Keempat. Era kemerdekaan RI, sampai terbentuknya Provinsi NTT dan Kabupaten (Daerah Swatantra) Flores Timur pada tahun 1958, kemudian menjadi Daerah Tingkat II. Pada tahapan ini, orang Lembata sangat “hebat”. Di saat itu, Provinsi NTT dan Daerah Swatantra Flores Timur, belum terbentuk. Hebatnya! Orang Lembata berani “menuntut” terbentuknya daerah otonom lewat “Statement 7 Maret 1954”. Sejarah ini dilanjutkan dengan ceritera tentang : Titian Panjang, perjuangan Rakyat Lembata, kisah men-Dobrak Isolasi Lembata, Lembata Singkirkan Lomblen, Mubesrata, dan Memorandum 1999.
Kelima. Bagian ini berceritera tentang daerah otonom yang sudah menjadi kenyataan, di bab 21 dan bab 22. Ada tema tentang 7 Bulan Langkah Maraton, Menuju Lembata Mandiri, dan sekelumit tentang : Mereka Yang Memimpin Lembata.
Keenam. Bagian ini, bab 23, melukiskan Potret Budaya Lembata. Apa itu kebudayaan? Bahwa orang Lembata mempunyai kebudayaan. Budaya, yang selain memiliki nilai intrinsiknya, budaya memberikan manfaat bagi sosial dan ekonomi yang penting. Dengan pembelajaran hidup yang lebih baik, toleransi yang meningkat, dan peluang untuk berkumpul dengan orang lain. Benar, bahwa budaya meningkatkan kualitas hidup kita dan meningkatkan kesejahteraan kita secara keseluruhan, baik untuk individu maupun komunitas. Di bagian akhir buku ini, diselingi tulisan Viktus Murin tentang Peran Moral-Historis Pemuda untuk Otonomi Lembata di bab 24.
Apakah Sejarah Itu Penting ?
Sejarah (termasuk “Sejarah Lembata”) adalah topik yang mungkin dapat dianggap membosankan untuk dipelajari. Mari kita jawab pertanyaan kuno ini: Apa itu sejarah? Mengapa sejarah itu penting? Sejarah adalah pengetahuan dan studi tentang masa lalu. Kisah masa lalu yang terbentuk karena “ingatan kolektif”. Sejarah adalah kisah tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan berpotensi mengungkapkan ke mana kita pergi.
Mengapa kita mempelajari sejarah? Pentingnya sejarah, karena itu penting bagi kita semua, agar kita dapat memahami diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Ada sejarah dalam setiap bidang dan topik, dari kedokteran, musik, hingga seni. Buku ini adalah sejarah tentang “orang Lembata, perkembangan kehidupan prasejarah hingga terbentuknya dan penyelenggaraan pemerintahan Lembata”.
Dengan mempelajari sejarah maka kita akan lebih banyak memahami;
1. Dunia kita – karena sejarah memberi kita gambaran yang sangat jelas tentang bagaimana berbagai aspek masyarakat – seperti teknologi, sistem pemerintahan, dan bahkan masyarakat secara keseluruhan, mulai dari masa lalu sehingga kita memahami bagaimana hal itu berfungsi sebagaimana adanya sekarang.
2. Masyarakat dan orang lain – mempelajari sejarah memungkinkan kita untuk mengamati dan memahami bagaimana orang dan masyarakat berperilaku. Sejarah memberi kita data yang digunakan untuk membuat hukum, atau teori tentang berbagai aspek masyarakat.
3. Identitas – sejarah dapat membantu memberi kita rasa identitas. Inilah sebenarnya salah satu alasan utama mengapa sejarah masih diajarkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Sejarawan telah dapat mempelajari tentang bagaimana negara, keluarga, dan kelompok dibentuk, dan bagaimana mereka berevolusi dan berkembang dari waktu ke waktu. Saat seseorang mengambil tanggung jawab untuk menyelami lebih dalam sejarah keluarga mereka sendiri, mereka dapat memahami bagaimana keluarga mereka berinteraksi dengan perubahan sejarah yang lebih besar.
4. Masalah saat ini – sejarah membantu kita untuk memahami masalah saat ini dengan mengajukan pertanyaan yang lebih dalam tentang mengapa keadaan seperti itu. Bagaimana pelbagai hal berdampak pada pembentukan dunia kita dan sistem pemerintahan dan politik kita saat ini?
5. Proses perubahan seiring waktu – jika kita ingin benar-benar memahami mengapa sesuatu terjadi – di bidang atau bidang apa pun, maka kita perlu mencari faktor-faktor yang terjadi sebelumnya. Hanya melalui studi sejarah orang dapat benar-benar melihat dan memahami alasan di balik perubahan ini, dan hanya melalui sejarah kita dapat memahami elemen apa dari sebuah lembaga atau masyarakat yang berlanjut terlepas dari perubahan yang terus menerus.
Ke Depan?
Lebih atau kurang, buku ini ditulis oleh seorang sejarawan. Seorang sejarawan adalah orang yang mempelajari dan menulis tentang masa lalu dan dia harus dianggap mempunyai otoritas di atasnya. Sejarawan prihatin dengan narasi metodis yang berkelanjutan dan penelitian peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan umat manusia; serta studi tentang semua sejarah dalam waktu. Jika individu prihatin dengan peristiwa sebelum sejarah tertulis, maka individu tersebut adalah sejarawan prasejarah.
“Sejarawan” menjadi pekerjaan profesional pada akhir abad ke 19 ketika universitas riset bermunculan di Jerman dan tempat lain (Herman, 1998).
Tentu saja, kerja Magun Thomas mempunyai keterbatasan metodologis. Tetapi itulah histografi. Historiografi adalah studi tentang metode sejarawan dalam mengembangkan sejarah sebagai disiplin akademis, dan lebih luasnya adalah setiap karya sejarah tentang subjek tertentu.
Historiografi terhadap topik tertentu, Lembata – dari Zaman Nirleka Sampai Kini, sudah cukup mencakup bagaimana sejarawan mempelajari topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu (George, 2008; Joseph et all, 2004; 2008).
Di akhir pengantar saya ini, saya ingin mengutip pepatah Michael Chrichton, demikian : “Jika Anda tidak tahu sejarah, maka Anda tidak tahu apa[1]apa. Anda adalah daun yang tidak tahu bahwa itu adalah bagian dari pohon. “
Oleh karena itu terhadap buku ini, Anda dan saya harus bilang, seperti kata Winston Churchill : “Semakin jauh Anda melihat ke belakang, semakin jauh Anda melihat ke depan.” !
Kupang, 27 Nopember 2022