Oleh : Maria Goreti Peni, S. Pd
Guru SMP Negeri 1 Tanjung Bunga
Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Flores Timur
Suluh Nusa, Tanjung Bunga – UNTUK mewujudkan suatu peradaban bangsa yang baik memang bukan sebuah perkara mudah. Salah satu factor yang memiliki peran paling penting dalam hal ini adalah sistem pendidikan yang berlaku di negara tersebut. Tanpa pendidikan yang baik dan berkualitas, mustahil peradaban bangsa dapat terbentuk dengan baik. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, tidak dapat kita pungkiri ada banyak persoalan yang harus dibenahi mulai dari pembentukan pola pikir masyarakat khususnya orang tua murid, managemen system pendidikan, hingga pada kualitas para pendidik atau guru di semua lembaga pendidikan.
Tenaga pendidik atau Guru adalah salah satu penentu kualitas proses tumbuh kembang murid secara holistik. Guru tidak saja memegang peranan penting menjadi pengajar tetapi juga menjadi pendidik yang ikut membentuk karakter murid. Guru sudah selayaknya memegang prinsip tergerak, bergerak, dan menggerakan dalam melakoni tugasnya untuk memanusiakan manusia. Untuk memaksimalkan semua itu, seorang guru harus memulai segala sesuatu dari diri sendiri sebelum membangun kerja sama dengan pihak lain di luar dirinya. Sebagai pemeran utama di sebuah lembaga pendidikan, seorang guru harus terus menjadi penggerak di komunitasnya.
Untuk menjadi guru penggerak, seorang guru harus memahami betul apa saja nilai-nilai dan perannya sebagai penggerak dalam dunia pendidikan. Nilai dari seorang guru penggerak adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.
Seorang guru penggerak dituntut untuk mandiri. Artinya guru harus memacu perubahan peningkatan kapabilitas dirinya tanpa harus menunggu dorongan dari pihak lain. Bahwa seorang guru harus sadar dan memahami benar tugas dan tanggung jawab kemanusiaannya sehingga ia tidak harus menunggu perintah atau bergantung pada dukungan orang lain. Nilai reflektif adalah yang paling sering diabaikan oleh guru padahal tanpa refleksi, seorang guru tidak akan mampu mengenal kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri. Refleksi diri artinya membuat evaluasi terhadap diri sendiri untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kekuatan atau kelebihan yang ada dalam diri sendiri. Dari merefleksikan diri, seorang guru juga harus mampu mengenal kekurangan diri dan berjuang untuk memperbaikinya ke arah yang lebih baik. Selain itu, guru juga dituntut untuk bisa berkolaborasi dengan semua stake holder pendidikan. Tidak bisa kita nafikan bahwa tidak sedikit guru yang bekerja dengan mengandalkan diri sendiri tanpa mau bekerja sama dengan pihak lain. Ketidakmampuan berkolaborasi dengan pihak lain inilah yang menyebabkan pendidikan kita terus berjalan pincang. Kolaborasi ini adalah bentuk kerja sama yang baik yang harus dibangun oleh guru dengan kepala sekolah, para rekan sejawat, komite sekolah, orang tua murid, bahkan dengan para murid sendiri. Nilai kolaborasi harus dimiliki oleh guru untuk mencapai output yang baik sesuai yang diharapkan bersama.
Seorang guru juga dituntut harus inovatif sesuai tuntutan atau kodrat jaman. Guru harus pintar melihat potensi dirinya sendiri dan peluang untuk mendukung ide-ide baru dalam mengembangkan prinsip merdeka belajar pada murid agar tidak ketinggalan zaman. Nilai yang terakhir adalah berpihak kepada murid. Guru adalah orang yang sudah terlebih dahulu melewati proses pendidikan dan kini saatnya melayani pendidikan orang lain yaitu murid. Bukan saatnya lagi semua proses pembelajaran itu berpusat pada guru. Guru tidak lagi terus memelihara arogansinya terhadap murid. Tidak semua aturan harus dibuat oleh guru tetapi berikan ruang lebih banyak kepada murid untuk berkreasi termasuk memberi pendapat. Salah satu cara untuk mencapai merdeka belajar adalah dengan memegang nilai ini sehingga focus proses pembelajaran adalah murid, bukan guru. Dalam proses pembelajaran, guru harus tahu apa saja kebutuhan murid dan berusaha membantu mereka untuk menggali potensi mereka masing-masing. Untuk mencapai merdeka belajar, murid harus melewati semua proses pendidikannya dalam keadaan nyaman, bahagia, dan merdeka tanpa tekanan apapun.
Selain nilai, guru penggerak juga harus menyadari apa saja perannya dalam dunia pendidikan. Bahwa ia harus menjadi pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid, harus mampu menggerakan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Semua peran dan nilai ini sangat terkait erat dan tak terpisahkan. Jika semua nilai dan peran guru penggerak ini dipahami dan diimplementasikan dengan baik oleh semua guru, maka kita kaya akan guru yang kompeten dan terampil untuk mengubah wajah pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Semua nilai dan peran guru penggerak ini sangat berkaitan erat dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Dalam filosofinya, Ki Hajar Dewantara sangat menekankan pada kemerdekaan belajar murid sesuai kodrat alam dan kodrat zaman, serta asas Trikon (Modul Pendidikan Guru Penggerak). Sekolah harus menjadi taman yang memerdekakan murid secara lahir dan batin. Beliau juga mengingatkan kita kembali bahwa guru hanya berperan sebagai pamong yang harus menuntun murid, bukan mengubah kodrat murid sebagai manusia. Guru harus terlihat oleh mata murid sebagai orang tuanya di sekolah, bukan sebagai orang yang harus dijauhi dan ditakuti. Maka kembali lagi, untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila yang mencakup enam aspek penting secara holistic, seorang guru dituntut untuk dapat memiliki dan menerapkan nilai-nilai dan peran guru penggerak. Semuanya saling terkait erat dan tak dapat dipisahkan.
Sebagai seorang guru, ke depannya kita harus terus menghidupi prinsip tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Dalam proses berkarya di bidang kemanusiaan ini, kita harus selalu melakukan refleksi diri, mengubah paradigma dan terus belajar sepanjang hayat mengembangkan diri secara konsisten untuk mencapai nilai-nilai guru penggerak agar misi menjadi bagian dari agen perubahan dan transformasi pendidikan Indonesia yang kita mulai dari sekolah dan daerah kita, dapat terwujud secara maksimal. Yang kita harapkan dapat membantu dalam pencapaian gambaran diri kita sebagai guru yang kompeten dan unggul di masa mendatang adalah perubahan pola pikir (mindset) dan niat kita sendiri untuk menjadi bagian dari tranformasi pendidikan di Indonesia ke depan. Selain itu, semua pihak terkait di komunitas sekolah mulai dari kepala sekolah, para rekan sejawat, orang tua murid dan para murid itu sendiri adalah mereka yang akan membantu kita dalam bentuk kolaborasi yang solid dalam mewujudkan tujuan bersama yaitu MERDEKA BELAJAR. Belajar bersama, bekerja bersama, dan merdeka bersama di bumi Indonesia Raya kita.
Salam dan Bahagia, Merdeka Belajar!