suluhnusa.com – Hari itu 10 Januari 2019, tiga orang pentolan Forum Peduli Pembangunan Lembata (FP2L) melakukan protes kepada pemerintah Lembata. Mereka tidak setuju dengan pengembangan Pulau Awalolong atau Pulau Siput sebagai sebuah destinasi pariwisata. Apalagi selentingan informasi beredar bahwa Pemerintah Lembata akan membangun Hotel Terapung di Pulau Awalolong atau Pulau Siput.
Alex Murin, Cs menggunakan mobil Pick Up warna putih dengan beberepa spanduk yang isinya protes terhadap pengembangan Pariwisata Pulau Siput. Mereka tiba dikantor Bupati Lembata, di kawal Satpol PP dan aparat kepolisian. Bahkan pihak kepolisian Resort Lembata, menurunkan dua unit mobil watercanon.
Sayangnya, aksi protes ini tidak berjalan sesuai rencana karena generator yang hendak digunakan untuk menghidupkan pengeras suara rusak. Beberapa kali terlihat sopir mobil memperbaiki generator tersebut tetapi tidak berhasil.
Kondisi ini membuat aksi protes berubah menjadi aksi dialog. Alex Murin, Cs diarahkan masuk ke ruangan keja bupati Lembatas tdi lantai dua kantor Bupati, dan melakukan dialog. Beberapa pejabat eselon dua juga turut hadir dalam sesi dialog FP2L bersama Bupati Lembata Eliazer Yentji Sunur tetsebut.
Bupati Lembata, Eliazer Yentji Sunur, sesekali melempar senyum kepada awak media yang hadir saat itu bahkan juga ke aktivis FP2L. Yentji Sunur terlihat tenang.
Dalam dialog tersebut, FP2L bukan saja melakukan protes terhadap pengembangan Awalolong atau Pulau Siput tetapi juga soal Jembatan Wai Ma. Ada lima hal yang menjadi fokus protes FP2L yakni, mereka tidak setuju dengan Pengembangan Pariwisata Pulau Awalolong, Mengkritik Pembangunan Jembatan Wai Ma, Protes terhadap pembangunan Rumah Jabatan Bupati yang baru, Mengktirik pembangunan drainase dalam Kota Lewoleba, dan protes Pembebasan Lahan di dua kecamatan pemekaran masing masing 40 ha.
Dalam penjelasanya, Yentji Sunur menegaskan sebagai bupati, dirinya digaji untuk bekerja membangun masyatakat dan daerah. Bahkan dirinya harus berani mengambil keputusan. Berani mengambil kebijakan untuk memacu pembangunan di Lembata
“Untuk itu saya melakukan pelbagai terobosan dengan beragam risiko untuk memacu akselerasi pembangunan di daerah ini. Jika sekarang saya bekerja untuk membangun daerah ini, maka jangan dihalang-halangi. Karena sisa waktu untuk membangun Lembata tinggal 3 tahun saja. Saya ini digaji untuk bekerja. Makanya saya bekerja untuk masyarakat dan daerah ini. Saya juga tidak mau terima gaji buta karena itu akan merugikan masyarakat dan daerah ini. Untuk itu, kalau saya bekerja, maka masyarakat harus dukung supaya Lembata bisa maju,” tandas Bupati Sunur.
Tapi kalau saya bekerja sesuai visi dan misi, bekerja sesuai mekanisme dan aturan namun saya malah dikejar dengan pelbagai cara, dengan isu-isu yang negatif, maka itu kontra produktif dan berdampak kurang bagus terhadap pelaksanaan pembangunan daerah ini.
Sunur lalu meminta semua komponen masyarakat termasuk FP2L agar ikut berkontribusi dalam membangun daerah ini. Jika ada kritikan, ada usul saran atau pun pendapat tentang membangun daerah ini, maka silahkan disampaikan kepada pemerintah, bahkan langsung kepadanya. Ia pasti mendengar karena pada hakikatnya pemerintah mendengar semua hal, asalkan disampaikan secara baik-baik.
“Kalau kita selalu berdialog seperti ini, maka itu baik adanya. Kita bisa dialog kapan saja dan dimana saja. Saya juga selalu membuka ruang untuk itu. Semakin banyak masyarakat menyampaikan aspirasinya dan terlibat dalam setiap program pemerintah, itu akan berdampak baik pada daerah ini. Itu pasti. Saya dengan gaya saya, FP2L dengan style yang ada, mari kita bekerjasama, membangun daerah ini” ujarnya.
Terkait pembangunan kolam apung di Pulau Siput, Sunur mengatakan, pemerintah kabupaten telah mengantongi izin dari pemerintah propinsi. Izin pembangunannya diusulkan ke jenjang propinsi, karena wilayah laut mulai dari nol mil merupakan wewenang propinsi. Pemerintah propinsi merestui pembangunan kolam apung karena mendukung program inovatif daerah ini.
Tapi, tandas Bupati Sunur, pembangunan kolam apung itu semuanya pro lingkungan. “Siapa bilang akan dibangun hotel di sana (pulau siput). Itu isu yang menyesatkan. Pemerintah tidak membangun hotel di tempat itu. Yang dibangun hanyalah kolam apung, jetty apung dan fasilitas lainnya,” tandas Sunur.
Lebih jauh Sunur menjelaskan, konsep pariwisata yang dibangun di pulau siput adalah Pariwisata yang melibatkan masayarakat. Kita tidak jual pulau itu. Masayarakat tetap bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Mereka bisa tetap mencari siput dengan alat tradisional. Ini juga akan memacu pertumbuhan ekonomi masayarakat. Keterlibatan masayarakat misalnya, bisa membuka dan menjual kuliner Siput di Pulau Siput. ***
sandro wangak