suluhnusa.com_Hampir setiap tahun terjadi kasus keracunan methanol dari alcohol illegal terus terjadi. Untuk itu, kesadaran masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran akan bahaya keracunan methanol harus dilakukan.
Bali dan Lombok seringkali terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan methanol dan arak oplosan.
Hal ini disampaikan oleh Dosen FK Universitas Udayana Denpasar, I Wayan Sudhana SpPD KGH, saat memberikan materi pada Seminar Sehari Peran Media Maassa untuk Sosialisasi Bahaya dan Cara Methanol di Denpasar, Senin 5 Mei 2015.
KLB tersebut tidak ditentukan oleh angka atau jumlah korban yang meninggal namun diketahui dari kejadian korban meninggal dunia akibat keracunan methanol.
“Banyak pasien yang datang ke rumah sakit sudah mengalami gejala klinis yang berat dan berbahaya akibat keracunan methanol atau arak oplosan,”jelasnya,
Menurutnya, KLB methanol tidak tergantung pada jumlah penderita yang ada tetapi lebih pada ledakan kasus itu sendiri.
“Sekalipun dari segi jumlah mungkin tidak sampai 10 orang pertahun. Tetapi bila ada satu saja keracunan methanol yang meninggal dunia maka ini disebut KLB. Dan di Bali seringkali kejadian itu muncul secara berkala,” katanya.
Saat ini memang sudah ada alat pencuci darah yang tersebar di seluruh Bali. Seluruh RSUD di Bali dan hampir semua rumah swasta sudah memiliki alat pencuci darah tetapi itu semua tidak menjamin jika penderita keracunan methanol bisa tertolong.
Di Bali dan Lombok sendiri, jumlah kematian mencapai 45 orang rata-rata. Sementara 13 orang mengalami kebutaan secara permanen dan atau kecacatan seumur hidup.
Sementara itu Yayasan Hope Indonesia berkomitmen untuk terus melakukan kampanye “Memerangi Keracunan Methanol” di Bali dan Lombok.
Deputy Country Director Yayasan Hope Indonesia Syafrudin M Perwira menjelaskan, kejadian keracunan methanol bukan hanya terjadi di Bali saja. Ada 4 daerah di Indonesia yang seringkali mengalami KLB yakni Bali, Lombok, Jawa Timur, Jawa Tengah. Dari tahun 2009 hingga sekarang sudah ada 93 kasus yang terpantau.
“Sementara masih banyak kasus yang tidak terpantau dan jumlahnya bisa sangat banyak,” ujarnya.
Langkah awal untuk meminimalisir dampak keracunan menthanol adalah memberika edukasi kepada masyarakat tentang bahaya methanol terutama bila dicampur dengan berbagai minuman beralkohol lainnya.
“Kita akan berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan langsung, kampanye di media, dan sarana lainnya dengan tujuan untuk mengurangi angka kematian dan penderita akibat keracunan methanol,”imbuhnya.
Selain itu, Yayasan Hope juga akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama industri rumah tangga terhadap penyulingan arak bahwa dalam kadar tertentu dan dengan suhu tertentu hasil penyulingan tertentu bisa tercipat methanol sehingga hal itu tidak boleh dilakukan.
Promosi juga dilakukan kepada para distributor, para pengambil kebijakan, pemerintah untuk membuat regulasi, aparat penegak hukum serta layanan kesehatan bagi para penderita.
“Seringkali seorang yang teracun methanol bukannya ditolong terlebih dahulu tetapi disidik sebagai tindakan kriminal,”pungkas dia.
Contoh kasus yang terbaru dan heboh awal Januari 2014 lalu yakni Seorang pemuda asal Australia keracunan methanol usai menenggak minuman beralkohol oplosan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Nama pemuda itu adalah Liam Davies. Dia merayakan Tahun Baru bersama seorang teman dan ayah temannya di Lombok. Di sana, Davies tiba-tiba merasa sakit setelah meminum segelas minuman beralkohol.
Davies kemudian diterbangkan pulang ke Perth pada Kamis (3/1) pagi. Setibanya di Perth, Davies langsung dirawat secara intensif di Rumah Sakit Sir Charles Gairdner dan akhirnya meninggal.
Diketahui bahwa methanol merupakan zat kimia beracun yang sangat berbahaya bagi tubuh. Namun seringkali methanol dicampurkan ke dalam minuman beralkohol oplosan agar dampaknya lebih terasa.
Efek keracunan methanol memang fatal. Dimulai dengan muntah-muntah, sakit kepala dan nyeri lambung, hingga jatuh koma, gagal hati dan yang paling fatal adalah kematian. Selain itu, korban keracunan juga bisa mengalami kebutaan, baik selama beberapa jam maupun kebutaan permanen.
Bulan Desember lalu, seorang pemuda asal Sydney mengalami kebutaan akibat keracunan methanol saat berlibur ke Bali. Kemudian pada Juni 2012 lalu, seorang turis asal Swedia juga mengalami kebutaan setelah meminum minuman mojito yang ternyata dicampur methanol di Lombok.
Sedangkan yang paling fatal, seorang pemain rugby ternama asal Perth, Michael Denton tewas akibat keracunan methanol saat berkunjung ke Bali tahun 2013 lalu. (kresia/sandrowangak)