LEMBATA, SULUH NUSA – Senator muda Angelo Wake Kako (AWK), melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Lembata selama tiga hari sejak, 30 Maret sampai 1 April 2023. Selain bertemu warga di beberapa Desa, AWK menyempatkan diri untuk bertemu dan meminta restu kepada Leluhur Lembata di Rumah Induk Statement 7 Maret, di Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan.
Kunjungan kerja ini sebagai bentuk perhatian dirinya terhadap warga Kabupaten Lembata yang telah memberikan dukungan kepada dirinya selama menjadi Anggota DPD RI periode 2019-2024
Kedatangan AWK ke Lembata bukan baru pertama kali. Saat erupsi Gunung Api Ili Lewotolok juga AWK bersama rombongan berkunjung dan memberikan bantuan.
Disela sela sela kesibukannya AWK yang sebelumnya batal berkunjung karena cuaca pada bulan Februari 2023 kembali menemui warga Lembata di beberapa desa.
Hari pertama AWK berkunjung ke Desa Bungamuda dan Lamawara di Ile Ape dan Desa Todanara di Ile Ape Timur.
Selanjutnya Hari kedua, Jumad, 31 Maret 2023, AWK yang didampingi Ignatius Pati Ola, Aktivis dan Toko Pemuda dan Benediktus Roma, toko pemuda katolik di Kupang, memohon restu di rumah besar Statemen Tujuh Maret 1954 di Desa Hadakewa usai tatap muka dengan para guru di SMP Sinar Swasembada. AWK menutup kunjungan kerja di Lembata dengan melakukan panen jagung di Desa Aulesa, 1 April 2023 besama Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa.
Menurut AWK kunjungan ke rumah statement 7 Maret 1954 sebagai bentuk penghormatan terhadap para pejuang, para leluhur dari seluruh Lembata yang sudah memperjuangkan Lembata sebahai daerah otonom jauh sebelum pemerintah pusat berpikir tentang otonomi.
Kunjungan AWK ini juga meminta restu kepada dirinya dalam mengawal perjuangan nasib masyarakat NTT dan Lembata yang lebih baik.
Sementara itu, saat bertatap muka dengan Kepala Sekolah, Ketua Yayasan dan para guru di SMP Swasta Sinar Swasembada Hadakewa AWK terlihat serius menyimak semua kisah pengabdian para guru di sekolah tersebut.
Maria Christina Anisiata, salah satu guru yang diberi kesempatan untuk berbicara mengungkapkan kisah perjalanannya selama 40 tahun mengabdi menjadi guru honor.
“Pengabdian saya menjadi guru honor sudah 40 tahun. Selama itu sudah banyak n hal yang kami alami bersama sekolah ini (SMP Sinar Swasembada-red). Kami tidak pernah berpikir untuk menjadi sejahtera. Dalam pikiran kami adalah mengajar dan mendidik anak anak bangsa yang memiliki masa depan dan berakhlak baik. Dengan keterbatasan saya mengabdi saja. Sebagai manusia kerap putus asa karena berjuang memperbaiki nasib tidak pernah berhasil. Menjadi guru honor adalah salib yang harus kami pukul”, tutur Maria.
Ia membeberkan sejak tahun pertama mengabdi di sekolah ini dirinya bersama para guru terus berusaha agar sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Persekolahan Sinar Swasembada ini tetap hidup. Dan terbukti SMP Sinar Swasembada sudah berumur 53 tahun dan 2020 lalu merayakan pesta emas 50 tahun.
Selain itu SMP Swasembada Hadakewa saat ini tidak ada guru negeri yang mengabdi di sana. Sebanyak 13 guru swasta dan dibiayai dari honor Komite yang dipungut dari anak anak Rp. 50 ribu perorang perbulan.
“Uang memang menjadi beban. Tetapi bukan berarti kami mengutamakan uang dalam pengabdian. Saya waktu datang pertama mengabdi pergi potong Lamatoro untuk bikin kursi dan meja. Waktu itu tanpa lemari dan kami bikin lemari dari bambu. Semua itu keterbatasan itu kami jalani sebabai bentuk pengabdian kami kepada dunia pendidikan”, kisah Maria disaksikan Kepala Sekolah Bernadus Daniel Ola dan Ketua Yayasan, Arkadius P. Ruing.
Ia yakin sekalipun dalam kesulitan yang tak berkesudahan selalu ada harapan dan yakin selagi guru guru belum mati, SMP Swasembada tidak akan pernah mati.
“Kami masih hidup dan selalu punya harapan untuk berusaha sekolah jangan mati. Kami datang tanpa upah dan tetap bertahan. Dulu murid kami pergi cari untuk dapat sekoah di sini. Bahkan karena kesulitan uang sekolah beberapa orangtua wali murid pernah membayar uang sekolah dengan seekor ayam dan beberapa tandan pisang. Kami Terima dan kami bagi dengan guru guru” ungkap Maria.
Maria lalu menutup pembicaraanya dengan bertanya Apakah yang mengabdi untuk membentuk anak anak bangsa dan mendapat penghargaan itu hanya sekolah negeri dan swasta tidak?
Mendengar keluhan dan pertanyaan itu, AWK mengapresiasi dan sekaligus memberi motivasi bahwa menjadj guru adalah pengabdian yang harus diberi ruang penghargaan oleh pemerintah, terlebih guru honor.
Dirinya merasa bangga dengan ketekunan para guru di SMP Swasembada yang walau serba terbatas masih terus mengadi demi masa depan anak bangsa.
“Memang peroslan guru menjadj topik utama di dunia pendidikan. Ada wacana pemerintah untuk menghapus guru honor. tetapi itu tidak mungkin terjadi. Guru menjadi pilar masa depan anak anak bangsa. Penghapusan guru honor hanya isu”, tutur AWK.
Ia menekankan fenomena didunia pendidikan zaman ini yang kerap. Menjadi tantangan para guru.
“Guru menjadi tidak penting kalau hanya mentransfer informasi. Karena dalam HP jauh lebih lengkap informasinya. Ini tantangan dunia pendidikan kita. Guru harus menjadi lebih penting dalam membangun karakter anak. Guru yang membimbing dengan hati. Itu mahal. Era digitalisasu 4.0 menuntut guru harus teguh menjadi pembimbing karakter anak. Karena nanti pada era 5.0 perubahan akan terjadi kembali bukan lagi bertumpuh pada teknologi tetapi pada manusia. Karakter manusia. Akhlak menjadi utama. Ini tantangan kita”, turunnya.
Selain itu, AWK menekankan Lingkungan sekolah harus menjadi lingkungan yang nyaman bagi siswa. Dalam konteks lembaga pendidikan, sekolah swasta harus juga menjadi perhatian pemerintah. Segala kesulitan lembaga pendidikan dalam membangun masa depan anak bangsa pasti ada jalan keluar dalam mengatasi semua kesulitan.
“Saya benar benar merasa ada kekuatan dan bangga ketika mendengar kisah para guru disini. Saya juga basic guru. Guru matematika. Saya merasakan benar apa yang dirasakan oleh para guru di sini. Dalam keterbatasan tetapi masih punya mimpi untuk membangun sekolah ini dari tingkat TK, SD sampai SMA. Saya benar bena salut”, ungkapnya.
Sementara itu terkait ketiadaan guru ASN di SMP Sinar Swasembada dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Anselmus Ola Bahi.
Kepada SuluhNusa, di ruangan kerjanya, 31 Maret 2023 sore, Ansel Bahi menjelskan pemerintah selalu punya perhatian terhadap dunia pendidikan baik sekolah swasta atau negeri.
Menurut Ansel, penempatan guru ASN di sekolah berdasarkan kebutuhan sekolah tersebut.
“Ya benar. SMP Sinar Swasembada tidak ada guru ASN di sana. Bukan berarti kita menutup mata. Dulu ada. Kepala sekolahnya ASN akan tetapi dipindahkan atas permintaan sendiri. Dan untuk menempatkan guru atau kepala Sekolah ASN di sekolah swasta misalnya SMP Sinar Swasembada kalau ada permintaan dari Yayasan melalui surat kepada Dinas Pendidikan”, ungkap Ansel.
Untuk diketahui SMP Sinar Swasembada adalah sekolah swasta yang sudah berumur 53 tahun dan saat ini memiliki 146 siswa dengan jumlah guru pegawai sebanyak 13 orang. +++sandrowangak