LEMBATA, SULUH NUSA – GUNUNGĀ Api Ili Lewotolok yang meletus besar 29 November 2020, masih saja aktif mengeluarkan material vulkanik sampai saat ini. Sudah empat tahun berlangsung. Terbaru selama dua hari berturut turut, 23 dan 24 Marey 2023, telah terjadi letusan sebanyak 412 kali.
Laporan Kantor Pengamatan Gunung Api ili Lewotolok periode 23 Maret 2023, mengamati 87 kali letusan dengan tinggi 400-500 m dan warna asap putih dan kelabu dan jumlah hembusan 97 kali.
“Letusan disertai gemuruh dan dentuman lemah,sedang hingga kuat”, tulis Laporan PGA Ili Lewotolok periode pengamatan pkl. 00.00 – 24.00, 23 Maret 2023.
Sementara itu Laporan di hari berikutnya, 24 Maret 2023 pada periode yang sama terjadi peningkatan letusan yang signifikan termasuk hembusan.
Gunung jelas, kabut 0-I, hingga kabut 0-II. Asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 200-700 m di atas puncak kawah.
“Teramati 108 kali letusan dengan tinggi 300-700 m dan warna asap putih dan kelabu dengan lava pijar lk 350-500 m.dpck, Letusan disertai suara gemuruh/dentuman lemah hingga kuat. Letusan hembusan terjadi 120 kali. Dan teramati pula jumlah hiburan 1 kali”, tulis PGA Ili Lewotolok dalam laporannya.
Pengamat PGA Ili Lewotolok di Waipukang mencatat jumlah letusan dan hembusan periode pkl. 00.00-24.00 wita, pada tanggal 23 dan 24 Maret 2027 berjumlah 412 kali.
Selain itu letusan Gunung api Ili Lewotolok, 24 Maret 2023 membawa abu vulkanik di sekitar desa Waowala sampai ke Perumahan Podu, kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata.
Dalam salah satu rekomendasinya PGA menghimbau masyarakat menggunakan masker untuk menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik dan pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Kepala PGA Ili Lewotolok, Stanislaus Arakian, menjelaskan sejak meletus tahun 2020 ditemukan ciri khas gunung Ili Lewotolok adalah letusan hembusan sehingga dikategorikan sebagai gunung api tipe Strombolian.
Arakian menjelaslan, Gunung Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur dikategorikan sebagai Gunung Api Aktif tipe Strombolian bersama 8 Gunung Api Lainnya.
Delapan Gunung api itu tipe Strombolian itu adalah Gunung Api Ili Lewotolok, Gunung Api Batutara, Gunung Api Raung, Gunung Api Slamet, Gunung Api Anak Krakatau, Gunung Api Agung, Gunung Api Sinabung dan Gunung Api Semeru.
Fuad, salah satu pengamat Gunung Api Merapi pun membenarkan keterangan ini. Bahkan Fuad menyebutkan di Lembata ada dua gunung api tipe strombolian yakni Gunung Api Ili Lewotolok dan Gunung Api Batu Tara.
“Nama Strombolian diadopsi dari letusan gunung berapi bernama Stromboli di Italia”, tutur Fuad.
Baik Arakian maupun Fuad menjelaskan, beberapa letusan gunung berapi di Indonesia, seperti Gunung Raung di Bali dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara dapat dikategorikan sebagai tipe Strombolian yang mengeluarkan lava yang cair tipis, tekanan gas yang sedang, material padat, gas, serta cairan.
Letusan tipe ini tidak terlalu kuat, tetapi bersifat terus menerus, berlangsung dalam jangka waktu yang lama, serta tak dapat diperkirakan kapan berakhir.
Sampai berita ini ditulis masih terdengar gemuruh lemah, sedang dan kadang kuat. Malam hari masih teramati api di puncak Gunung Ili Lewotolok. Walau demikian, masyarakat di sekitar Gunung masih beraktivitas seperti biasa sembari tetap waspada seiring gunung Ili Lewotolok yang masih berstatus level II Waspada.+++sandrowangak
Informasi Lengkap tentang Aktivitas Gunung Api di Seluruh Indonesia bisa cek di link Magma Indonesia : https://magma.vsi.esdm.go.id/