ROTE, SULUH NUSA – JARAK tempuh yang harus dilalui untuk mengeyam pendidikan di SMAN I Rote Barat Daya sejauh 8 KM. Sekalipun jauh siswa ini tetap semangat mengatasi kendala yang dihadapi. Pagi pagi sekali, Ia menunggang Kuda dari rumah menuju sekolahnya.
Dia adalah Rio Jonatan Adu, siswa Kelas XII MIPA SMAN 1 Rote Barat Daya, 2 Mareh 2023, pagi tadi ke sekolah dengan menunggangi kuda kesayangannya.
Perjuangan Rio Jonathan ini seolahbseolah menampik perdebatan dan polemik publik NTT mengenai uji coba pemberlakuan jam masuk sekolah bagi SMAN-SMKN di Kota Kupang.
Apa yang dilakukan Siswa SMAN 1 Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, ini memantik perhatian publik dengan aksi yang tidak biasa dan inspiratif.
Informasi yang dihimpun media ini, supaya tidak terlambat ke sekolah, Rio Jonatan Adu harus menunggangi kuda karena sepeda motor miliknya mogok, sementara jarak dari rumahnya ke sekolah berjarak sekira 8 kilometer.
Aksi siswa dari wilayah terselatan Indonesia ini pun menuai apresiasi dari berbagai pihak, termasuk kepala sekolahnya.
“Saya sebagai Kepala Sekolah, saya salut dengan keputusan dan perjuangan siswa tersebut. Tentu ini dia lakukan agar tidak terlambat sekolah, dan kelak bisa menggapai cita-citanya. Walaupun pihak sekolah harus kerja ekstra untuk mengamankan kuda milik Rio,” tulis kepala sekolah sebagaimana dikutip dalam pesan yang disebar pada sebuah grup aplikasi WhatsApp.
Budaya Menunggang Kuda di Rote
Menunggangi kuda di Rote menjadi pemandangan harian. Bahkan menunggang kuda menjadi sudah menjadi kebudayaan masyarakat Rote.
Kebiasaan menunggang kuda secara massal, kerap sudah jarang ditemui di Indonesia kecuali dalam lomba pacuan kuda.
Namun berbeda di pulau Rote Ndao, NTT, yang merupakan satu-satunya kabupaten terselatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu. Warga di sana masih menjaga tradisi menunggang kuda secara massal dalam acara adat.
Tradisi menunggang kuda, atau dengan bahasa setempat disebut Hus, dilakukan pada saat upacara adat mengantar keluarga untuk masuk rumah baru, yang dimulai dari rumah lama.
Sebelum menunggang kuda secara massal dimulai, para tetua adat dan kerabat akan menggelar upacara adat di rumah tinggal lama, dan dilanjutkan dengan konvoi rombongan kuda hingga rumah baru.
Sesampai di rumah baru, kepala suku akan membacakan doa untuk meminta kehadiran para leluhur, agar melindungi dan mendukung keluarga yang akan menempati rumah baru ini. +++goe.takene