SULUH NUSA, LARANTUKA – Akhir Juli 2022 saya merilis sebuah tulisan dengan judul “Guru Pamong yang Setia Membimbing”.
Tulisan yang saya guratkan dalam blog pribadi itu berangkat dari ketertarikan saya pada Dahniar, S.Pd.,M.Pd seorang Guru Pamong pada Kelas 005 Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kategori I Universitas Negeri Makassar yang sangat setia membimbing kami sebagai Mahasiswa PPG.
Dalam tulisan itu saya menuliskan, Dahniar adalah sosok yang sangat setia mendampingi Mahasiswa. Sebagai Guru Fisika, Ia tidak berbicara panjang lebar, To the point. Sangat cermat, kritis. Setiap saran serta petunjuk yang diberikan selalu mencerahkan. Banyak hal hebat dalam pendampingan Guru Pamong bernama Dahniar,S.Pd.,M.Pd yang dapat kami rekam sebagai nutrisi menambah pengetahuan seputar pembelajaran inovatif.
Berikut saya sertakan link pada tulisan saya dimaksud; Guru Pamong Yang Setia Membimbing
Sebagai Guru IPA yang menyadari masih banyak keterbatasan, usai program PPG, saya masih terus membangun komunikasi dengan ” Guru Pamong Idola” Bu Dahniar. Sosok yang komunikatif itu memiliki segudang pengalaman yang sangat layak untuk dipelajari dan dijadikan sebagai inspirasi.
Guru IPA pada SMPN 5 Mandai Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan ini pada Tahun 2020 dinobatkan sebagai Duta Sains oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdyaaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Penghargaan Duta Sains memang layak Ia terima. Sosok yang sangat aktif bergiat seputar dunia sains. Sejak tahun 2013 hingga sekarang, Alumnus UNM Jurusan Fisika ini menjadi Ketua Komunitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kabupaten Maros. Komunitas yang beranggotakan kurang lebih 145 orang baik dari guru IPA ASN maupun guru Non ASN. Melalui forum MGMP ini, setiap bulannya selaku ketua komunitas, Bu Dahniar mencoba untuk terus memfasilitasi anggota komunitas mengupdate informasi khususnya yang berkaitan dengan tugas pokok sebagai guru IPA di sekolah.
Komunitas yang dipimpin Ibu Dahniar sejak tahun 2013 itu terus berkembang dan memberikan peran positif untuk peningkatan profesionalisme para guru di Kabupaten Maros khususnya dan Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya.
“Kami sering berkolaborasi dengan beberapa dosen Jurusan Pendidikan Fisika maupun Pendidikan Biologi dari institusi UNM untuk menjadi narasumber memberi pendalaman materi terkait konsep-konsep IPA yang akan dibelajarkan ke murid di jenjang SMP sesuai kurikulum yang berlaku. Di tahun 2023 ini, saya berencana berkolaborasi dengan Komunitas Guru Penggerak Kabupaten Maros untuk menjadi narasumber di komunitas saya (MGMP IPA Kab. Maros) dalam mendiseminasikan Kurikulum Merdeka. Hal ini bertujuan sebagai percepatan salah satu program Pemerintah yaitu Merdeka Belajar, Merdeka mengajar. Karena menurut saya, walaupun pemerintah sudah menyediakan sebuah aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang bisa membantu guru dalam memahami Kurikulum merdeka tersebut, namun belum cukup menjamin kualitas pembelajaran guru , apakah mereka betul-betul paham dengan semua topik yang ada di PMM,” kata Dahniar.
Selain bergiat di komunitas MGMP IPA Kabupaten Maros, istri dari Jismar, S.Sos.,MM (Lurah di Kelurahan Hasanuddin Kabupaten Maros) ini, aktif juga di organisasi Persatuan Pendidik IPA Indonesia (PPII) wilayah Sulawesi Selatan sejak tahun 2021. PPPI beranggotakan tidak hanya berasal dari guru IPA Se Sulawesi Selatan namun juga di dalamnya terdapat dosen-dosen Fisika, Biologi Kimia dan Pendidikan IPA dari beberapa Perguruan Tinggi (PT) yang ada di sulsel. “Sejak Kurikulum 2013 mulai diberlakukan, saya ikut terlibat sebagai Instruktur Kabupaten Maros yang mendampingi beberapa guru IPA maupun guru Mata Pelajaran lain dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di tingkat daerah. Di tahun 2019 , saya juga dipercayakan menjadi salah satu guru inti dalam Program Peningkatan Kompetensi Guru (PKP) yang merupakan program dari Ditjen GTK Pendidikan Dasar yang bekerjasama dengan P4TK IPA . Pada program ini saya kembali mendampingi beberapa guru IPA di daerah saya dalam menerapkan pembelajaran HOTS (High Order Thingking Skill),” tutur Dahniar.
Mantan Guru IPA pada SMPN 4 Bantimurung Maros pada tahun 2019 mengikuti Lomba Inovasi Pembelajaran yang diselenggarakan oleh Dirjen GTK Direktorat pembinaan Pendidikan dasar Kemeterian Pendidikan dan kebudayaan di Jogyakarya. Adapun judul Best Practice yang disertakan dalam lomba ini yakni “ Peningkatan keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik melalui pembelajaran eduwisata berbasis ekosistem karst”.
“Ide dari tulisan ini muncul setelah saya dapat pencerahan dari bapak ketua Program Studi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana (PPS) UNM yang kebetulan juga sering melakukan penelitian di daerah saya khususnya di kawasan Karst Bantimurung dan sering mengajak saya ikut terlibat dalam penelitian tersebut, karena wilayah tempat tugas saya yang dulu berada di kawasan Karst tersebut yang telah dinobatkan menjadi kawasan geopark dunia oleh UNESCO. Karena keterlibatan saya di beberapa kegiatan P4TK IPA , di Tahun 2020 saya dikukuhkan menjadi Duta sains P4TK IPA Kemendikbud, yang menjadi tongkat estafet P4TK IPA dalam mendiseminasikan beberapa programnya di tingkat daerah, salah satunya literasi sains,” kata Dahniar.
Karir Ibu tiga anak ini terus menanjak. Sejak tahun 2021, Ibu Dahniar ikut bergabung dalam Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan (Daljab) LPTK UNM sebagai guru pamong, yang bersama dosen mendampingi guru-guru IPA dari beberapa wilayah di Indonesia untuk mendapatkan sertifikat pendidik sebagai guru profesional.
“Tahun 2021, saya mendampingi dua (2) angkatan dan di tahun 2022 ini saya mendampingi tiga (3)angkatan. Saat kurikulum merdeka mulai didengungkan, saya mulai berkelana di internet mencari informasi terkait hal tersebut dan satu hal yang saya dapatkan bahwa kurikulum tidak berubah hanya dilakukan proses diversifikasi atau dimodifikasi berdasarkan keadaan wilayah , peserta didik dan keadaan sekolah. Hal tersebut dilakukan semata-mata bertujuan agar guru bisa merdeka dalam mengajar tidak lagi dibebani dengan tuntutan kurikulum yang mengharuskan semua muatannya tuntas dan diukur dengan sebuah asesmen yaitu Ujian Nasional. Dengan kurikulum merdeka, guru diberi kebebasan dalam memodifikasi pembelajarannya baik dari segi konten maupun proses dengan menyesuaikan dengan kondisi sekolah , kondisi murid dan kondisi lingkungan sekitarnya. Dengan mengakomodir perbedaan murid, maka murid dapat belajar dengan aman , nyaman dan bahagia. Dan, ketika murid sudah belajar dengan nyaman, maka pemahaman konsep murid dapat dengan mudah terjadi. Karena dengan konsep merdeka belajar ini , murid dapat belajar sesuai gaya belajarnya dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar dengan difasilitasi oleh guru dan sarana prasarana yang disediakan sekolah,”kata Dahniar.
Pandangan Guru Inspiratif kelahiran 13 Juni 1977 ini dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka yakni, bahwa terkait merdeka belajar dan merdeka mengajar, pemerintah sudah menyiapkan sebuah platform merdeka mengajar (PMM) , sehingga guru tidak perlu lagi dilatih secara langsung namun guru dapat belajar di mana saja dan kapan saja melalui platform tersebut. Namun hal tersebut tidak akan berjalan maksimal selama guru-guru di Indonesia belum melakukan perubahan mindseat (pola pikir), yang masih senang berada di zona nyaman belum mau menerapkan pola diversifikasi kurikulum yang ditawarkan pemerintah tersebut. Menurut Ibu Dahniar, perubahan mindseat itu akan mudah terjadi jika guru ikut bergabung dalam pendidikan guru penggerak. Dengan mengikuti pendidikan guru penggerak yang didalamnya banyak terdapat materi yang betul-betul mengupas tuntas pola pembelajaran yang berpihak pada murid yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.
“Saya mengajak guru -guru se Indonesia, khususnya guru IPA untuk dapat berpartisipasi dalam Program Pendidikan Guru Penggerak. Pada program guru penggerak, seorang guru yang mengajar tetap memiliki kesadaran untuk terus belajar,”kata Dahniar. +++maksi.masan.kian
Ibu