Suluh Nusa, Lembata – Meningkatnya kegempaan yang terjadi di Gunung ili Lewotolok, Kabupaten Lembata, NTT sejak erupsi pembukaan 27 November 2020 dan erupsi besar 29 November 2020, memicu tembusan solfatara atau tembusan asap gas belerang di lereng gunung tersebut.
Menurut Pantauan PGA Ili Lewolotok dari Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, Lembata, terlihat tembusan solfatara atau asap gas ini terpantau bukan hanya pada malam hari tetapi juga terjadi pada siang hari.
Seperti terpantau pada 10 Febuari 2021, malam. Selain terjadi erupsi stromboli juga muncul cahaya akibat tembusan gas di lereng bagian timur tenggara.
Kepala PGA Ili Lewotolok, Stanislaus Arakian kepada Suluh Nusa (weeklyline media netwok), membenarkan adanya tembusan solfatara ini.
“Tembusan solfatara di bagian lerengnya. Kalo visual siang juga keliatan,” ungkap Arakian.
Menurut Arakian, tembusan solfatara atau asap gas ini mengeluarkan oksida belerang. Dan ini dipicu karena kegempaan akhir akhir ini sejak erupsi.
Kegempaan saat ini, kata Arakian, masih fluktuatif, di mana sering terjadi peningkatan karena energi letusan ili Lewotolok masih belum habis.
Untuk itu status gunung Ili Lewotolok masih berstatus siaga Level III dengan radius bahaya sejauh 3 kilometer dari kawah.
Arakian menambahkan kondisi ini harus disikapi dengan kesiapsiagaan warga yang masuk radius bahaya, termasuk tidak melakukan pendakian ke kawah atau puncak.
Menurut laporan PGA pada Periode pengamatan tanggal 10 Februari 2021, enam jam belakangan pkl 12:00 s/d 18:00 wita teramati cuuaca cerah, berawan, dan hujan. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur dan tenggara. Suhu udara 29.9-33.4 °C dan kelembaban udara 65.5-66.7 %. Volume curah hujan 0.9 mm per hari.
Sementara itu visual gunung jelas, kabut 0-I, hingga kabut 0-III. Asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 300-700 m di atas puncak kawah.
“Tercatat letusan 3 kali, Amplitudo : 5-18 mm, Durasi : 20-25 detik; Tremor Non-Harmonik jumlah : 2, Amplitudo : 9 mm, Durasi : 42-45 detik. Sementara Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-1 mm didominasi 0.5 mm. Letussn tersebut dengan tinggi 300-700 m dan warna asap putih dan kelabu. Dan Gemuruh disertai dentuman lemah, sedang hingga kuat,” tulis laporan Stanis Arakian dalam laporan pengamatannya.
Begini Visual Drone Kampung Jontona yang masuk KRB III Ili Lewotolok :
Sementara itu berdasarkan evaluasi PVMBG sejak terjadi letusan akhir November 2020 membeberkan, sejak akhir November sampai 27 Desember 2020, terjadi letusan yang fluktuatif sebanyak 86 kali. Hasil pantauan juga memperlihatkan adanya penurunan letusan dari 69 kali dalam tiga minggu terakhir menjadi 19 kali letusan pada 4 Februari 2021.
Sedangkan potensi hembusan tetap tinggi sebagai ciri khas Gunung Ili Lewotolok, mencapai 148 kali pada 26 Januari 2021 dan menurun 84 kali hembusan pada 4 Februari 2021.
Agar terhindar dari bahaya PGA Ili Lewotolok merekomendasikan agar masyarakat Desa Jontona selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai oleh awan panas dari bagian tenggara puncak/kawah.
“Potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya maka masyarakat yang berada disekitar G. Ili Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit,” tulis Arakian. *** (sandrowangak/SN/weeklyline media network)