SULUH NUSA, LEMBATA – Kejadian keji yang menimpa Meiy Chatlin Witak (13) mendapat reaksi keras dari Pemerintah Kabupaten Lembata. Selain mengutuk pelaku kriminal ini, Pemda Lembata menilai kejadian yang memakan korban siswi di Kelas II SMPN I Nubatukan ini adalah tragedi kemanusiaan yang harus mendapat perhatian serius.
Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapobali, kepada SulihNusa,com, 14 Oktober 2024, menghimbau kepada seluruh masyarakat Lembata agar senantiasa waspada dalam setiap aktivitas. Pasalnya, modus kriminal yang biasa terjadi di Kota besar saat ini sudah ada di depan mata.
“Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat Lembata agar senantiasa waspada dalam setiap aktivitas. sekarang kita melihat modus modus kriminalisasi yang biasa terjadi di kota kota besar telah hadir di depan mata kita,” ungkap Ola Tapobali mmelalui pesan WahtsApp kepada SuluhNusa.Com, 14Oktober 2024.
Lebih jauh, Penjabat Ola Tapobali mengutuk kejahatan orang tak dikenal ini sebagai perbuatan yang tidak berperikemanusiaan.
“Ini sesuatu yang tidak berperikemanusiaan. Pelakunya perlu diungkap dan dihukum seberat beratnya sesuai peraturan yang berlaku”, tegas Paskalis.
Menurut Ola Tapobali, kejadian ini bukan sekedar kejahatan luar biasa tetapi juga menjadi tragedi kemanusiaan, sehingga pihaknya membentuk tim khusus membahas persoalan ini lintas sektor sekaligus mengambil langkah membantu rujuk korban Meisya ke rumah sakit yang memiliki peralatan memadai.
“Kami sudah perintahkan Pak Sekda untuk membahas permasalahan ini lintas sektor, untuk diambil langkah segera merujuk korban ke RS yang lebih memadai. Kebetulan saat ini kami berada di Kupang untuk mengikuti Rakor bersama Bapak Gubernur. Ini masalah kemanusiaan. Keluarganya orang susah. kita harus beri perhatian terhadap kasus ini,” tegas Ola Tapobali.
Sebelumnya diberitakan, SuluhNusa.Com yang berkesempatan menjenguk Meisya di ruangan rawat, 14 Oktober 2024 menyaksikan, hanya untuk minum setetes air saja Meisya harus dibantu oleh keluarga dekat yang merawatnya. Itu pun diteteskan melalui sedotan.
Seorang perawat laki laki masuk untuk periksa tekanan darah dan mengambil sampel darah. Ia kemungkinan dirujuk ke Surabaya atau Makasar untuk memastikan kondisi mata dan bagian tubuh lainnya yang terkena siraman air keras oleh orang yang tidak dikenal itu.
KondisiI remaja putri Meiy Chatlin Witak (13) korban kekerasan penyiraman air keras orang tak dikenal belum sepenuhnya pulih. Korban yang sebelumnya dirawat di ruanngan bedah kamar Kelas III dipindahkan ke ruangan ICU RSUD Lewoleba untuk mendapat perawatan yang intensif.
Sesekali Meisya masih memanggil nama kakaknya yang ada di samping sembari memberikan tetesan air melalui sedotan. Mata kirinta benar benar tidak bsa terbuka. Masih tetutup. Dokter belum bisa memastikan kondisi kornea dan selaput matanya, masih menunggu dua atau tiga hari ke depan.
Hal ini disampaikan dr. Syafira, yang merawat kondisi Meisya meminta keluarga terus mendampingi korban sembari menjelaskan dirinya terus berusaha untuk memastikan kondisi mata Korban sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
Kondisi kedua mata Meisya memang belum dapat dibuka. Mata kiri yang paling parah, kondisinya nyaris mengalami kebutaan total setelah diduga disiram menggunakan air keras ke wajahnya pada Senin, 14 Oktober 2024 pagi. Saat ini Meya Chatelin Witak terbaring lemah di ruang ICU RSUD Lewoleba didampingi kakaknya Indah Witak yang terus menangis melihat kondisi adiknya. Mulutnya juga masih berdarah dan pecah pecah. Ia masih terbaring lemas di tempat tidur. Untuk minum saja masih diitetes dengan sedotan.
Sejauh ini pelaku penyiraman air keras masih belum ditemukan, dan polisi masih berupaya melakukan pencarian.
Kapolres Lembata, I Gde Eka Putra Astwa, melalui Kasat Reskrim, Iptu Donni Sare, SH, MH, mengungkapkan penyidik polres Lembata sudah melakukan olah TKP dan menemukan beberapa barang bukti.
“Infonya (Barang Bukti-Red) ada, hanya kita musti pastikan dulu , diambil keterangan para saksi baru sinkronkan dengan barang bukti”, ungkap Doni Sare.
Sampai dengan berita ini ditulis, Unit PPA Polres Lemnata terus melakukan pemeriksaan terhadap puluhan saksi termasuk Guru Wali Kelas Korban.
Jhon Batafor, anggota DPRD Lembata dari Fraksi Partai NasDem yang sempat menjenguk korban di RSUD Lewoleba mengatakan, yang paling utama saat ini adalah berpikir soal keselamatan korban.
Ia berharap, tim dokter dapat menangani korban secara baik dan memulihkan kondisinya dan jika memungkinkan dapat dilakukan donor kornea untuk memulihkan penglihatan korban.
Ia bahkan berjanji akan menggerakkan komunitas dan relasinya untuk mencari donor kornea guna membantu korban.
“Soal biaya kita bisa bantu cari, yang terpenting dia bisa melihat. Apalagi kalau dirujuk ke Bali, saya akan bantu dengan segala upaya saya yang penting adik nona bisa lihat kembali,” kata Jhon Batafor.
Meisya adalah warga Kelurahan Lewoleba Selatan, RT. 23.RW 009 menjadi korban kejahatan orag tak dikenal di bilangan Kota Baru, Kota Lewoleb, Lemnata, Nusa Tenggara Timur. Korban yang adala siswi Kelas II SMPN I Nubatukan ini sejak dua tahun lalutinggal dengan Indah Miranti Witak, kakanya di Kelurahan Lewoleba Selatan RT 21. Ia dikenal pendim. Tidak biasa banyak bicara.
Saat ini polisi masih memburu pelaku kejahatan luas biasa ini sementara Korban masih menjalani perawatan intensif di Ruangan ICU RSUD Lewoleba sembari menunggu keputusan dokter apakah akan dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar untuk mendapat penanganan lebih lanjut.+++sandro.wangak