Suluh Nusa, Lewoleba – Barangkali ini kisah yang paling ironis. Ironi itu dimulai ketika pegawai BPBD Kabupaten Lembata tanpa surat perintah tanpa berita acara bahkan tanpa perintah lisan melakukan penarikan terhadap aset bantuan untuk penyintas erupsi Ile Lewotolok dan Banjir Seroja.
Pihak BPBD Lembata diduga mencatut nama Sekda Tapobali untuk melegitimasi “perbuatan”nya. Bahkan Sekretaris Dinas BPBD Lembata diduga melakukan penipuan dengan mencatut nama Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata.
Menurut pengakuan Sekretaris BPBD Hans Wadu, bantuan itu ditarik semata untuk pemeriksaan BPK karena biaya pengadaan bantuan itu bersumber dari daerah.
“Kami tarik semua karena bantuan itu dibebankan pada APBD II. Uang daerah,”tegas Hans Wadu, Rabu, 6 Oktober 2021.
Wadu mengatakan aset itu ditarik berdasarkan perintah Sekda dan Kalak BPBD. Ironisnya, penarikan itu tidak disertai berita acara atau perintah penarikan dalam bentuk surat.
Hans Wadu menjelaskan untuk kabupaten Lembata, meskipun bantuan itu berasal dari Presiden atau dinas sosial propinsi tetap pengadaannya oleh Pemda Lembata.
Aset aset itu tersebar di Parekwalang, Waisesa, Lamahora, Kumaresort dan sejumlah tempat lainnya.
Pengakuan Sekretaris Dinas BPBD Lembata, Hans Wadu terkait penarikan asset berdasarkan perintah Sekda Lembata, Paskalis Tapobali, diduga bohong. Sebab, sekda Lembata,mengaku bingung dan tidak pernah mengeluarkan perintah tersebut.
Sekda Lembata Paskalis Tapobali bingung ketika dikonfirmasi, Rabu, 7 Oktober 2021 mengaku tidak pernah mengeluarkan perintah.
“Kapan perintahnya,” ungkap Paskalis Tapobali, Sekda Lembata menjawab pertanyaan konfirmasi dari Suluhnusa.com (weeklyline mdia network).
Dirinya memgaku tidak pernah melakukan perintah tertulis maupun lisan kepada pihak BPBD Lembata, terkait penarikan aset bantuan kepada penyintas.
“Kami sedang telusuri,” ungkap Tapobali.
Kalak BPBD Kabupaten Lembata, Siprianus Meru, ketika dikonfirmasi Suluhnusa.com (weeklyline media network), mengaku tidak tau dan tidak mengikuti perkembangan aktivitas di kantor yang dia pimpin.
“Saya masih di Kupang. Dan masih dalam perjalanan. Saya tidak tau. Tidak ikuti aktivitas di Kantor. Tanya di kantor saja,” ungkap Meru, kepada wartawan Suluhnusa.com sembari langsung memutuskan panggilan telepon.
Sebagai infomasi, kejadian erupsi Ili Lewotolok memantik perhatian banya pihak baik swasta, perorangan, organisasi, kelompok dan pemerintah pusat dan daerah.
Salah satunya datang dari pemerintah pusat membantu Dana sebesar Rp. 1 Miliar untuk penanggulangan bencana erupsi gunung Ile Lewotolok kepada Pemerintah Kabupaten Lembata di Posko Utama Tanggap Darurat Erupsi Gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 02 Desember 2020).
Bantuan ini diserahkan langsung kepada Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, ST., M.T, bersama dengan sejumlah bantuan dari Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, dan Pemerintah Provinsi NTT yang disaksikan oleh anggota Komisi VIII DPR RI Ali Taher, Kapolda NTT, Kepala BIN Daerah NTT, Ketua DPRD Lembata dan sejumlah pimpinan OPD.
Perlu diketahui bersama selain bantuan anggaran 1 Miliar diterima di terima oleh Pemkab Lembata. Donasi anggaran juga datang dari Kementerian Sosial sebesar 500 juta. Kementerian PUPR juga turut memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana kebutuhan air minum dan sanitasi.
Penarikan Aset Bantuan kepada Penyintas Erupsi Ile Lewotolok ini disesalkan oleh berbagai pihak termasuk pemerhati kemanusiaan yang selama ini membantu penyintas erupsi Ili Lewotolok, John Batafor.+++ (sultan/sandrowangak)