suluhnusa.com_Mendekati pemilihan legislatif (Pileg) Bank Indonesia (BI) Bali-Nusa Tenggara mensosialisasikan kepada masyarakat ciri-ciri uang rupiah yang asli.
Karena biasanya mendekati pemilu marak beredar uang palsu. Berdasarkan data BI Bali dan Nusa Tenggara, ditemukan sepanjang triwulan III 2013 tercatat sebanyak 887 lembar, sementara triwulan II- 2013 mencapai 1.216 lembar.
Asisten Manajer Unit Administrasi Pengolahan Data dan Sistem Pembayaran, Kantor Perwakilan Wilayah III BI Bali dan Nusa Tenggara, Muhammad Yaser mengatakan, jika melihat sejarah pada saat mendekati pemilu banyak ditemukan uang palsu yang beredar. Untuk itu masyarakat perlu diingatkan agar tidak tertipu atau mendapatkan uang palsu.
Uang rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda, yang bertujuan mengamankan uang rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, cirri keaslian uang rupiah dapat dikenali dari unsur pengamanan yang tertanan pada bahan uang dan tehnik cetak. Yang digunakan yaitu tanda air (watermark) dan electrotype serta benang pengaman. Pada uang asli terdapat tanda air berupa gambar yang akan terlihat apabila di terawang ke arah cahaya.
“Saat ini untuk pencetakan uang palsu di Bali belum ada, banyaknya pabrik uang palsu berada di Jawa. Namun peredaran uang menyebar di seluruh Indonesia, termasuk Bali, hingga ke Papua. Apabila masyarakat mendapatkan uang palsu segera laporkan ke Bank Indonesia. Tapi uang tersebut tidak mendapatkan ganti , uang tersebut dijadikan barang bukti,” jelasnya saat sosialisasi uang rupiah asli di Pasar Kreneng, Denpasar, Jumat, 14 Maret 2014.
Tanda keaslian uang rupiah terdapat tulisan yang berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan dengan menggunakan kacamata pembesar. Sementara uang palsu, jika diterawang tidak kelihatan ada gambar di dalamnya. Tinta yang digunakan di dalam uang asli yaitu tinta tidak tampak (invisible Ink), hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendah di bawah sinar ultraviolet.
Tidak hanya itu, apabila masyarakat pendapatkan uang satu pak dari Bank Indonesia, nomor serinya akan urut. Berbeda dengan uang palsu yang nomor serinya tidak urut. “Kalau mafia uang palsu ini mau membikin uang yang bener-bener uang seperti cetakan BI, dia akan membutuhkan dana yang besar sekali,” jelasnya.
Peredaran uang palsu marak ditemukan di pasar tradisonal. Yaser menghimbau apabila penjual mendapatkan uang dari pembeli, penjual berhak melakukan pengecekan dengan menggunakan metode 3D (dilihat, diraba dan diterawang).
“Apabila masyarakat tidak ingin mendapatkan uang palsu, mereka bisa membeli alat untuk mendeteksi uang palsu. Itu bisa dibeli di toko elektronik,” pungkasnya. (kresia)