
suluhnusa.com_Cuaca buruk yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air mulai berpengaruh pada sektor pertanian dan pasokan pangan di dalam negeri. Tidak terkecuali Balipun terkena imbas kenaikan harga pangan. Harga pangan dipastikan melonjak di Bulan Februari.
Curah hujan tinggi, angin puting beliung dan gelombang tinggi menyebabkan pengiriman bahan pangan antar daerah dan pulau terhambat karena akses transportasi terutama laut dan darat terganggu.
Saat ini saja, antrean truk pengangkut berbagai komoditi dari Pulau Jawa menuju Bali masih mengular di Ketapang. Sejak beberapa hari pengelola pelabuhan menghentikan operasional dermaga menyusul tingginya gelombang laut di perairan Gilimanuk Banyuwangi.
Gelombang tinggi juga menyebabkan aktifitas pelayaran disejumlah propinsi lumpuh total. Sementara akses transportasi di darat juga banyak mengalami kendala menyusul banyaknya ruas jalan antara daerah yang terendam banjir atau tertutup longsor.
Di sektor pertanian, cuaca buruk telah menyebabkan banyak sentra-sentra pertanian tanaman pangan seperti padi dan hortikultura seperti buah dan sayur-sayuran terendam banjir.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali dan Nusa Tenggara (Bali & Nusra) Benny Siswanto menyatakan, untuk Februari 2014 diperkirakan harga pangan akan berada di level yang cukup tinggi.
Hal ini disebabkan oleh cuaca ekstrim seperti musim hujan dan angin kencang sehingga mempengaruhi produksi dan distribusi pangan.
Komoditas yang akan mengalami kenaikan tersebut yaitu disub kelompok bahan makanan, seperti produk holtikultutra dan ikan.
“Selain karena anomali cuaca juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gas elpiji 12 kg dan Tarif Dasar Listrik (TDL) industri. Kebijakan pemerintah tersebut akan menyumbang inflasi sekitar 0,3 sampai 0,5 persen. Dampak kenaikan dari TDL itu mempengaruhi inflasi. Bulan-bulan ini merupakan agenda politik, kemungkinnya juga akan ada kenaikan pada barang dan jasa,” jelasnya belum ini.
Selain kelompok makanan, yang akan mengalami kenaikan, kelompok bahan bangunan juga diprediksi akan mengalami kenaikan.
Oleh karena itu, BI Bali menghimbau kepada masyarakat untuk bijak dan menahan diri dalam melakukan kegiatan konsumsi selama tahun 2014. Langkah ini merupakan antisipatif untuk menekan harga di Provinsi Bali.
Untuk mengendalikan inflasi, BI Bali dan Nusra memiliki tim pengendali inflasi. Meski Bali mengalami inflasi namun tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. BI Bali dan Nusra memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2014 sekitar 5,8 persen hingga 6,2 persen. (kresia)