SULUH NUSA, LEMBATA – MASYARAKAT adat ‘Ahar Tu’ mendiami wilayah calon lokasi Pembangunan Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Atadei, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mengungkap keresahannya.
Mereka pantas resah, sebab pusat peradaban budayanya yang bertumpu di lokasi ‘Ina Kar’ lokus digelarnya ritus ‘Ploe Kwar'(musim tanam-red) setiap tahun, terancam oleh rencana Pembangunan Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Tak hanya itu, dua sumber mata air yakni Watuwawer dan Waikating pun ikut terancam.
Kekhawatiran akan ancaman proyek geothermal pada entitas budaya ‘Ahar Tu’ itu diungkap Petrus Ata Tukan, tokoh budaya desa Atakore, dalam Seminar Budaya Atakore yang di gelar di Desa Atakore, Jumad lalu.
Seminar Budaya Atakore yang diselenggarakan Komunitas Masyarakat Atadei Untuk Lewotanah (Kumauleta) dengan tema “ JAGA ALAM, JAGA BUDAYA”, menampilkan 3 pemateri yakni, Petrus Ata Tukan, dengan materi “Budaya ‘Ahar tu’ dalam komunitas masyarakat adat kampung Watuwawer, Lewogroma, Lewokoba, Benolo dan Waiteba.
Tampil juga sebagai narasumber Yosep Beda Lein, membawakan materi “Tradisi Adat Istiadat Kampung Waiwejak”. Selain dua narasumber tokoh masyarakat itu, tampil pula Diakon Eusabeus Aris Manehat, SVD, dengan materi Pandangan Biblis Teologis Katholik tentang alam, budaya dan Gerja”.
Petrus Ata Tukan, dalam materi “Budaya ‘Ahar tu’ dalam komunitas masyarakat adat kampung Watuwawer, Lewogroma, Lewokoba, Benolo dan Waiteba, menegaskan, masyarakat adat di calon lokasi pembangunan PLTP Atadei memiliki budaya yang disebut ‘Ahar tu’.
Masyarakat adat ini memiliki
sejumlah ritus adat budaya yang rutin digelar yakni, Tule Ahar, pembangunan rumah adat, ritual kelahiran Lodo Hadak Neba, ritul Ekan Katinge, ploe kwar, tun kwar, Kebekal, geleta Kera, likup lewor.
Selain itu, ada sejumlah kegiatan tradisi yang rutin dilaksanakan di lokasi panas bumi, antara lain, Hadok (tinju adat), Tun Kwar (bakar jagung di lubang dapur alam), Likup Lewor (ritual lindung kampung), Tar Anam di Kar (memasak di Karun), Pari Anam di Kar (menjemur Sesuatu di Karun), Pohe dan Gasak.
“Air yang biasanya diambil untuk ritus mati hidup itu, kalau dengan PLTP menyebabkan mata air Waikating ini kering maka, kita mau buat upacara adat bagaimana lagi, atau air di watuwawer ini kering seluruh ritual adat akan rusak dan kehidupan warga adatpun sirna,” ujar Petrus Tukan.
Petrus Ata Tukan, tokoh budaya setempat mengingtkan, Ina Kar (titik ritual adat dilokasi panas bumi-red), jangan sampai tinggal nama saja. Kalau PLTP Jadi dibangun, maka tempat upacara di Ina Kar akan sulit diakses.
Para peserta seminar ini sepakat bahwa Para pemangku kepentingan dalam masyarakat adat ‘Ahar Tu’, dari kampung Watuwawer, Lewogroma, Benolo dan Waiteba harus duduk bersama terlebih dahulu untuk membahas dan merumuskan kesepakatan bersama berkaitan budaya, tradisi dan adat istiadat yang harus dilestarikan.
Sebagaimana diketahui, PT. PLN (persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra), berencana menggunakan lahan seluas 4,5 Ha untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pada 2025 mendatang.
Pihak PLN akan membeli lahan warga setempat dengan harga diatas harga pasar, untuk peroses penyediaan bahan bakar baru terbarukan, geothermal.
Lokasi Ina Kar, mata air Watuwawer dan Waikating bagi warga adat setempat memiliki peran penting dalam ritus adat yang rutin digelar setiap tahun.
Masyarakat adat ‘Ahar Tu’ resah, sebab sejumlah lokasi dan sumber daya alam yang menopang tatanan tradisi budaya setempat, masuk dalam titik pengeboran pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang akan dikerjakan PT. PLN (persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra), pada 2025 mendatang.
PLN bahkan menjanjikan harga tanah warga itu dibeli dengan harga diatas harga pasaran.
Warga di Kabupaten Lembata pada umunya mengenal Ina Kar sebagai dapur alam Atadei. Bahkan pemda setempat kerap menggelar atraksi budaya dengan daya tarik utamanya panas bumi itu.
Sejak dahulu, Ina Kar menjadi pusat penghidupan warga setempat. Warga setempat yang dikenal kekurangan air itu memiliki cara alamiah memasak bahan pangan seperti jagung, Ubi Kayu, hingga daging, hanya dengan memasukan ke dalam lubang panas hingga masak.
Pada 2004 silam, PLN sudah pernah melakukan pengeboran guna meneliti potensi Panas Bumi tak jauh dari lokasi itu. Hasilnya, diketahui potensi geothermal di Lokasi Ina Kar sebesar 10 Mega watt. +++hosea