suluhnusa.com – Setiap simbol atau motif pada sebuah objek memberi makna tersendiri. simbol tersebut hadir sebagai proses inkulturasi dari suatu tradisi dan juga sebagai eksistensi diri dalam satu komunitas.
Simbol-simbol tersebut lahir dari ide-ide besar dengan konsep luhur akan kekuatan hidup, pandangan hidup,ungkapan kebesaran kepada pemilik kehidupan serta menjadi filosofi hidup dalam sebuah komunitas.
Begitu banyak simbol atau motif yang melekat pada objek. seperti halnya “baju adat. Bangsa Indonesia kaya akan budaya dengan memiliki ribuan motif baju adat.
Setiap baju adat yang ada di Indonesia memiliki motif ataupun simbol yang melekat erat dalam setiap guratannya. Keberadaan motif pada baju adat selain memperindah baju,sekaligus memberi petunjuk akan identitas dari suku ataupun komunitas tertentu.
Begitu pula dengan baju adat senuji yang dimiliki komunitas adat Lamaholot terutama yang berdiam diri di wilayah Kecamatan Lewolema, Tanjung Bunga, Ile Mandiri dan sekitarnya.
Baju senuji sering digunakan pada upacara adat ataupun acara resmi lainnya. Untuk ritual adat khususnya di kebun adat “Baju senuji” selalu dibawah untuk dikenakan/towe loge pada dewi padi atau Nogo Gunu, Ema Hingi yang dimanifestasikan kayu berbentuk Kruz yang di pasang di tengah kebun. Oleh masyarakat setempat di sebut dengan nama “Padu Era”.
Pengenaan baju adat “Senuji” pada dewi padi/Nogo Gunu,Ema Hingi sebagai bentuk penghormatan kepada dewi padi/Nogo Gunu,Ema Hingi akan semua pengorbanannya yang diyakini telah menghadirkan padi,jagung dan lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat luas.
Seiring waktu berjalan baju senuji sering dikenakan oleh masyarakat di saat acara resmi kepemerintahan, Festival budaya dan acara resmi lainnya.
Lalu apa bentuk dan makna simbol yang ada pada baju senuji?
Ada dua versi yang diperoleh disaat mendapatkan informasi berkaitan dengan motif/simbol/kenire yang umumnya berbentuk huruf S yang disulam pada baju adat Senuji diantaranya:
Motif “S”yang adalah ular Naga
Dari beberapa sumber menyatakan bahwa motif yang melekat erat pada baju adat senuji adalah ular naga. Ular naga disimbolkan sebagai bentuk kekuatan. dan apabila dirunut berkaitan dengan kepercayaan adat setempat terutama berkaitan dengan dewi padi/Nogo Gunu,Ema Hingi, Ular sebagai penunjuk hasil panen. Masyarakat adat percaya bahwa kehadiran ular di kebun memberi petunjuk akan hasil panen yang melimpah dari pemilik kebun terutama kebun adat suku atau kampung.
Motif “S” yang adalah rasi bintang Pari
Tentu kita semua tahu bahwa rasi bintang pari berbentuk Pari/Layang. rasi bintang pari ini terdiri dari empat buah bintang utama dan satu bintang bantu dengan demikian ada lima buah bintang. lalu menjadi pertanyaan apa hubungan dengan motif yang ada pada baju senuji?
Masyarakat Indonesia umumnya dan Flores Timur khususnya sebelum mengenal kelender atau kompas dalam perjalanan biasanya menggunakan rasi bintang sebagai penunjuk arah.
Berkaitan dengan rasi bintang pari yang terdiri dari lima bintang dihubungkan dalam aktivitas menanam padi bagi masyarakat adat menyebutnya dengan nama “Pari Lema Rere” (Lima pari terlihat) yang artinya bahwa musim tanam sudah dimulai/saatnya tanam padi,jagung dan lainnya) namun sebelumnya ada ritual adat yang dijalankan di kebun adat tersebut. selain ada juga istilah Wuno Pito Gere (Tujuh Bintang). ketika melihat Wuno Pito Gere berarti masyarakat adat menyiapkan benih padi,jagung dan lainnya untuk di tanam di kebun yang telah siapkan.
Jumlah motif ataupun simbol yang ada pada baju senuji sesuai dengan nama Wuno Pito Gere dan Pari Lema Rere pun ditempatkan pada tempatnya di saat menyulam baju senuji tersebut.
Wuno Pito Gere/motif Ular Naga/Rasi bintang pari dengan jumlah tujuh biasanya diletakan/di sulam pada baju pada daerah keliling leher.
Pari Lema Rere dengan jumlah motif lima ular naga/bintang pari biasanya diletakan ataupun disulam pada baju bagian lengan tangan. Istilah “Pito Lema” ini juga sering digunakan untuk menyebut bakul/kara (tempat untuk menyimpan padi) kala di pondok.
Selain motif terdapat pula beberapa warna yang umumnya digunakan untuk membentuk motif tersebut diantaranya warna merah dan kuning yang tentunya memberikan arti tersendiri. Warna merah memberikan tanda keberanian dari Dewi padi/Nogo Gunu, Ema Hingi disaat menyerahkan diri seutuhanya untuk dikorbankan. Warna kuning melambangkan kemakmuran atau hasil panen yang melimpah.
Dengan demikian motif yang ada pada baju adat senuji amat berkaitan erat dengan Dewi Padi/Nogo Gunu, Ema Hingi sekaligus menunjukan kelender/penanggalan bagi masyarakat adat untuk menanam padi serta filosofi hidup masyarakat adat setempat.***
thobias ruron