suluhnusa.com – Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Larantuka, pada Jumat (26/10/18) menggelar Workshop Menulis. Kegiatan yang dipusatkan di salah satu ruang kelas ini menghadirkan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris dengan narasumber tunggal, Maksimus Masan Kian, Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Kabupaten Flores Timur.
Hadir pada kesempatan itu, Kepala SMPN 1 Larantuka, Solirus Soda, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah, Yohanes Susar, dan belasan Guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Tingkat SMPN 1 Larantuka.
Kepala SMPN 1 Larantuka, Solirus Soda, diawal kegiatan menyampaikan pentingnya program sekolah dalam pendampingan kepada guru untuk menulis. Bagi Mantan Kepala SMPN 1 Lewolema ini, menulis bagi guru adalah sebuah keniscayaan. “Agenda pendampingan guru untuk menulis adalah salah satu agenda penting lembaga. Guru yang mengembang tugas profesional wajib hukumnya memiliki keterampilan menulis. Saya teringat beberapa tahun lalu yang sempat viral di media sosial, pada momentum Hari PGRI, seorang anak Sekolah Dasar (SD) menulis sepucuk surat untuk gurunya dengan isi hanya dua kata, “Guruku, menulislah”. Ini satu contoh dari sekian banyak hal lain yang mendorong kita untuk mesti dan terus membangun motivasi untuk melatih diri dalam menulis. Salah satu indikator kecerdasan kaum intelek (baca:guru) adalah kemampuan menulis. Hari ini kita mulai berproses, dan saya tekankan, bukan kita tidak bisa, melainkan motivasi saja yang masih kurang. Momen pendampingan selama hari ini, diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri kita, lembaga, dan yang terpenting untuk anak didik kita,’kata Solirus.
Ia menambahkan, tujuan dari pendampingan untuk guru ini adalah, untuk meningkatkan kapasitas dan semangat Guru Bahasa Indonesia dalam pendampingan kepada siswa dalam menghasilkan karya yang bisa ditempelkan di Majalah Dinding, buletin sekolah atau juga dalam bentuk buku.
Maksimus Masan Kian, dalam paparan materinya mengatakan, menulis itu sesunggunya tidak sulit bagi siapa saja yang mau menulis. Bagi Maksi, Guru yang sudah Sarjana sebenarnya tidak mengalami kesulitan sebab sudah tentu, guru yang bersangkutan, sudah melewati tahapan menulis skripsi. “Hari ini hingga besok, kita tidak lagi bicara tentang teori, tetapi bagaimana membangun motivasi bersama dan mulai menulis. Tidak perlu pikirkan yang berat berat, atau menjadikan aktivitas menulis sebagai sebuah beban, tetapi mari mulai menulis yang sederhana, dari apa yang kita rasakan, yang kita lihat, kita dengar di sekitar kita. Semua penulis pemula pasti mengalami kesulitan pada kalimat pertama.Mau mulai dari mana. Dan posisi sulit ini hanya bisa diatasi dengan mulai menulis. Mencoba untuk menulis,”ajak Maksi.
Hari itu, beberapa guru sudah menghasilkan karya berupa opini, karya sastra dan juga kata -kata motivasi yang memberi semangat untuk menulis. Karya mereka kemudian ditempelkan pada Majalah Dinding (Mading) sekolah. Beberapa karya dikirim ke media online.***
Fransiska Sun Ina Lewotan