Pelukis Kecewa, Hasil Karyanya Tidak Dihargai Panitia Festival Literasi

suluhnusa.com – Ketua Komunitas Seni Lukis Blackline Art, Bar Tokan mengaku kecewa dengan penyelenggara lomba melukis saat Festival Literasi Saya Baca di Pelabuhan Jeti Lewoleba, Jumat (14/9/2018).

Lomba lukis saat Festival Literasi ini diselenggarakan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata.

Ia mengatakan, koordinasi serta jadwal yang tidak sesuai rencana membuat sebagaian besar pekerja seni yang berada di luar Lewoleba yaitu dari Ile Ape Timur, Buyasuri, dan Lebatukan diterlantarkan.

Bahkan hasil lukisan mereka ditumpuk begitu saja oleh panitia tanpa ada itikad baik untuk dipajang atau ditempatkan di tempat yang layak.

“Kami kebingungan, dari awal jadwal pengumuan tidak jelas, giliran kami tanya panitia marah-marah. Kami merasa tidak dihargai sama sekali padahal pekerja seni lukis ini sangat mendukung gerakan festival literasi dan pariwisata di Lembata,” kata Bar Tokan.

Pelukis asal Ile Ape Timur, Marsel Irak yang mengkritisi kerja panitia yang menumpuk dengan sembarangan hasil karya lukis peserta lomba. Atas kerja panitia ini, Marsel Irak mengaku kecewa.

“Itu dilakukan di depan kami. Mereka tumpuk secara sembarangan, kami sangat sakit hati. Padahal kami sendiri mengangatnya dengan hati-hati karena kami menghargai karya seni itu sendiri,” kata Marsel.

Bar Tokan mengatakan, sebelum orang luar bisa menghargai karya seni putra putri Lembata, orang Lembata sendiri dulu yang harus menghargai karya seninya.

“Bagaimana orang luar mau hargai kita, kita sendiri saja sudah begini. Padahal kalau kita mau hargai karya seni itu nilainya tidak terbatas dan bisa dijadikan medium untuk kampanye literasi dan promosi wisata Lembata,” kata Bar.

Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata, Ansel Bahy ketika dihubungi mengakui masih banyak kekurangan selama penyelengaraan even ini.

Meski demikian, pihaknya tidak menutup kemungkinan menerima masukan dari semua pihak untuk memerbaiki setiap kekurangan dari even ini ke depannya. “Kami juga menyadari, karena ini baru pertama kali digelar,” kata Ansel.

Ia mengaku senang dengan keterlibatan pegiat seni lukis di Kabupaten Lembata dalam event Festival Literasi dengan hastag #SayaBaca ini.

“Kami baru tahu kalau ada komunitas seni lukis sehingga kami umumkan secara terbuka lewat pengeras suara dan media sosial. Ini nanti akan kami evaluasi dan tentu masukan dari teman-teman komunitas akan sangat membantu,” kata Ansel.

Ia juga tidak menutup kemungkinan ke depannya untuk bekerja sama dengan pegiat seni lukis dalam mengkampanyekan gerakan literasi.

“Kita tentu punya rasa memiliki kalau ada masukan mari kita bicarakan sama-sama. Setelah kegiatan ini, untuk memperkuat gerakan literasi kami akan bentuk sanggar termasuk sanggar seni lukis,” kata Ansel.

Ia menerangkan, dalam sanggar ini akan terjadi transfer ilmu dari pelukis senior ke generasi baru. “Jadi yang senior ini akan membina adik-adik kita dari bawah,” terang Ansel.

Kegiatan Festival Literasi ini diikuti ribuan pelajar saat karnaval dari Pertigaan Wangatoa menuju Pelabuhan Jeti Lewoleba.

Turut hadir dalam Festival ini, Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia M Syarif Bando. Ia mengapresiasi langkah Pemda Lembata dalam menggelorakan semangat literasi lewat even Festival Literasi #SayaBaca.

Melihat antusia warga yang begitu tinggi, Syarif juga menghibahkan satu unit mobil perpustakaan keliling untuk Kabupaten Lembata.

Tiga agenda besar dalam even ini yaitu Karnaval Literasi, Pemilihan Duta Baca, dan Pelatihan Fotografi oleh fotografer nasional, Harri Daryanto, serta pelatihan menulis oleh penulis novel Cintaku di Lembata, Sari Narulita.

(a.a.goran)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *