suluhnusa.com – Organisasi kedaerahan Forum Komunikasi Pemuda Pelajar Mahasiswa Boleng Tika Timu (FKPPM -BTT) menyelenggarakan acara seminar Budaya Lamaholot yang bertemakan “Refleksi Peran Pemuda Terhadap Eksitensi Budaya Lokal”.
Kegiatan yang berlangsung meriah ini bertempat di Gedung Badan Diklat Kota Makassar jln, Anggerek Raya no. II. kota makassar sulawesi selatan. Minggu, 27/05/18.
Sederet tokoh masyarakat dari Lamaholot yang bermukim di Makassar pun turut hadir dalam acara kali ini, diantaranya, bapak Benny Beda.SH. bapak Petrus Mangu Malen dan Tomas Ola Padak S.Pd. serta masih banyak lagi orangtua yang ikut berpartisipasi dalam acara kali ini.
Seminar ini pun menghadirkan tiga Narasumber diantaranya, Antonius Hubertus Gege Hadjon sebagai Bupati Flores Timur, Silvester Hurit S.Si. sebagai Budayawan Flores Timur dan Paskalis Kopong S.Pd. sebagai Koordinator Dewan Penasehat FKPPM-BTT. Seminar ini dipandu langsung oleh perempuan cantik yang juga sebagai kader dari FKPPM-BTT itu sendiri, ia adalah Nur Rahima Jalal M.Hum.
Bupati Flores timur, Anton Hadjon, mengatakan jika budaya adalah identitas maka sudah semestinya kita memberikan perlindungan ekstra agar kita tidak kehilangan arah gerak dalam berkehidupan sosial, mempertahankan budaya artinya kita mempertahankan identitas.
Menyadari akan pentingnya budaya maka dalam visi misi kami pun tidak lupa menjadikan budaya sebagai landasan dalam membangun daerah.
Sebab budaya itu adalah warisan dari para leluhur yang sudah sekian puluh tahun dipertahankan. Oleh karna itu, sudah saatnya kaum muda dan birokrat pemerintahan harus duduk bersama membahas apa yang kita akan berikan kepada masyarakat luas.
“Pintu rumah jabatan selau terbuka untuk siapa saja, jadi kelak adik adik mahasiswa pulang, sempatkanlah waktunya untuk berdiskusi dikediaman kami agar kita bisa menyatukan ide dan konsep untuk membangun daera secara bersama.” tutup politisi PDIP ini.
Paskalis kopong, dalam pemaparanya mengatakan bahwa peran pemuda dalam pelestarian budaya lokal sangatlah vital, disaat budaya kita dicengkram oleh globalisasi dan westernisasi maka pemuda harus membangun kepekaan sosialnya sebagai agen control sehingga nilai nilai budaya yang sudah diwariskan oleh leluhur mampu kita sanubarikan di dalam hati dan mampu kita ejawantahkan ke dalam kehidupan kita sehari hari” upaya yang dapat kita lakukan untuk menjaga eksitensi budaya antara lain, melakukan sosialisasi, melakukan festival budaya tahunan dan ikut mengawal peraturan pemerintah yg mengatur terkait dengan kebudayaan “ungkap koordinator DPO ini.
BACA JUGA :
https://suluhnusa.com/pariwisata/20171203/mereka-merawat-air-mata.html
Lanjutnya, namun kontribusi dan peran pemuda ini belumlah cukup dalam pelestarian budaya, jika tidak didukung oleh kebijakan pemerintah kabupaten flores timur maupun pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya agar ada regulasi atau kebijakan yang mampu melindungi Nilai Budaya ini sendiri, makanya kedepan kami harapkan pemerintah kabupaten agar memberi ruang ekstra terhadap pemuda agar mampu mengekspresikan seni budaya itu sendiri. “pungkas Paskalis yang juga sebagai guru dikota daeng ini.
Budayawan flores timur, Silvester Hurit dalam pemaparanya mengatakan bahwa belajar Seni dan Budaya berarti kita belajar tentang jati diri dan kebenaran dari kehidupan sosial itu sendiri. ketika kita mengetahui esensi budaya maka dalam waktu yang bersamaan kita tahu tentang kekuatan daerah kita. budaya dan seni mengajarkan kepada kita norma kesopanan, saling menghargai satu sama lain sehingga dalam berpolitik sekalipun kita harus memegang teguh prinsip budaya itu sendiri.” ungkapnya
Kita tidak boleh buta dengan ciri khas kita sendiri, ketika kita mengenakan pakian adat maka orang sudah tahu asal muasal kita dan itulah identitas setiap daerah. Sebagaimana gerak dalam tarian, kita juga harus memahami filosofi setiap gerakanya agar kita mampu menarik pesan yang disampaikan.”tegas bang silvester sapaan akrabnya.
Kabarnya, follow up dari acara seminar hari ini adalah dengan mengadakan Pentas Seni Budaya Lamaholot di tanah Flores pada Bulan Tujuh nanti, hal ini diungkapkan oleh ketua umum FKPPM BTT Flotim makassar, Yohanes Geriok Sina.
Hal senada juga ditegaskan oleh Muh. Natsir, salah seorang senior dari BTT, ia mengatakan acara ini tidak sampai disini saja tapi akan dilanjutkan nanti di kampung halaman dalam bentuk Pementasan.
TERKAIT :
https://suluhnusa.com/humaniora/20150828/merdeka-dalam-impian-anak-jalanan-sandosi.html
Percuma acara ini hanya habis hari ini tanpa ada pesan dan nilai yang kita ambil, muara kegiatan ini yang paling vital adalah penentuan Hari Budaya untuk Kabupaten Flores Timur sebagai pesta rakyat tahunan dan Perbub dan/atau Perda terkait budaya ini, hal ini untuk mempertahankan eksitensinya agar tidak punah sampai kapan pun.” beber alumnus Sarjana Hukum Universitas 45.
https://suluhnusa.com/humaniora/20170813/tak-ada-deklarasi-pun-literasi-di-flotim-tetap-digerakan.html
Acara yang meria dan menarik ini juga dihadiri oleh Organisasi kedaerahan lain diantaranya, Kerukunan Pelajar Mahasiswa Islam (KEPMI Flotim Makassar), Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Adonara Barat-Adonara Tengah (IKAPPEM-ABAT), Himpunan Pelajar Mahasiswa Kedang (HIPMIK Lembata), Himpunan Mahasiswa Lamaholot (HIMALA), Keluarga Besar Pencinta Alam Lamaholot (KASPALA), Ikatan Keluarga Lama mengi Makassar, (IKLIM), Ikatan Pemuda Mahasiswa Solor (IPMAS Solor), Gerakan mahasiswa Nusa Tenggara Timur (GEMA NTT) dan Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Flores Timur (HIPPMALAFTIM).***
Syaiful Ahmad