suluhnusa.com – Malam ini, Dari Timur Nusa Tadon Adonara, Lau Timu Lera Gere Sandosi, Kami Menyapa Lewo Tokan Witihama, Suara Minor Anak Bangsa kembali dikumandangkan untuk menyeruhkan ketidakadilan di Negeri ini, Hai anak bangsa, Ayolah bergandengan tangan, bersama Laskar Kristus, Dari Lewo Tokan Withama Kita Berjuang Untuk Indonesia.
Sepenggal bait puisi ini adalah hasil kreasi pikir anak anak OMK St. Hermanus Lewokemie-Sandosi, Paroki St. Maria Pembantu Abadi, Witihama yang didekalamasikan sebagai pembuka malam kreasi OMK St. Hermanus, 28 Juli 2017, di Aula Yessin Witihama.
Adalah Bone Rianghepat Edhan Wuran, dengan suara berat melakonkan deklamasi puisi gubahan sendiri pada malam itu, berjudul Suara Minor Dari Timur Indonesia.
Bone berlakon dalam deklamasi mempertanyakan tentang nilai Kebhinekaan, nilai Pancasila, tentang menghayati arti nilai nilai dan moralitas kemerdekaan bangsa ini.
“Jangan bicara kerukunan bila kita tidak ada toleransi. Jangan Bicara keadilan kalau kita tidak adil dalam bertindak. Jangan bicara persatuan jika kita masih punya musuh,” ungkap Bone dalam lakon deklamasi puisi yang disaksikan oleh ratusan umat paroki Witihama, Camat Witihama, Lorens Lebu Raya juga Pastor Paroki Witihama, Rm. Amatus Witak, PR.
Diakhir kalimat, Bone menyerukan Dari Lewo Tokan Witihama Kita Berjuang Untuk Indonesia. Apa yang disampaikan Bone dalam larik lakon deklamasi puisinya ini, memantik rasa toleransi semua umat beragama. Bone menyerukan agar hayati nilai dan ideologi Pancasila, yang mengajarkan tentang toleransi dan kerukunan umat beragama.
Ajakan Bone bukan tanpa alasan. Di Honihama, Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama toleransi antar umat beragama adalah warisan leluhur yang secara turun temurun dirawat dan dipupuk.
Saling menghormati dan menghargai antar umat beragama (islam dan katolik) di kampung ini sudah membudaya. Tak heran, jika di tempat lain muncul konflik karena persoalan beda agama, tidak akan berpengaruh sedikitpun, terhadap kesatuan keluarga beda agama di tempat ini.
Tradisi saling menghargai antar umat beragama begitu nyata. Pada hari besar keagamaan umat Katolik (pesta paskah dan natal) Umat Islam memyambangi rumah-rumah umat katolik dan memberi salam.
Acara kebersamaan dalam memperingati pesta paskah dirayakan bersama umat islam yang digelar di tengah kampung dengan acara hiburan kerohanian dari umat islam dan katolik.
Pristiwa yang sama juga terlihat pada hari raya keagamaan Umat Islam (Idul Fitri). Umat katolik akan menyambangi umat islam dan memberikan selamat menyampaikan permohonan maaf, lahir dan batin, dan mengelar acara memperingati pesta idul fitri bersama juga saat Perayaa Natal dan Paskah.
Pastor Paroki Witihama, Rm. Amatus Witak, PR senada setuju dengan ajakan Boni. Amatus sepakat. Bahwa OMK di Patoki Witihama harus bisa menjadi bagian dari perjuangan untuk merujudkan toleransi umat beragama.
“Saya setuju. Saya sepakat, Dari Lewo Tokan Witihama Kita Berjuang Untuk Indonesia. Berjuang bersama mewujudkan Toleransi,” ungkap Witak.
Amatus Wita berharap agar OMK se Paroki Witihama dapat memberikan teladan hidup toleransi dalam kehidupan sehari hari. Oleh sebab, saat ini banyak ideologi yang masuk merasuk pemikiran anak muda bangsa merusak ideologi pancasila.
Malam kreasi yang dimotori oleh Paulus Patty bersama kawan kawan OMK St. Hermanus itu, ditonton oleh ratusan umat Paroki Witihama yang memenuhi ruangan aula Yesin Witihama.
Diawali dengan Mars OMK yang dinyanyikan oleh anggota OMK St. Hermanus Lewokemie-Sandosi dan Deklamasi Puisi Negeri Sunyi, dengan judul Suara Minor dari Timur Indonesia oleh Bone Rianghepat.
Sementara itu, Ketua OMK St. Hermanus Lewokemie, Paulus Patty, dalam sapaan awalnya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan sehingga malam kreasi OMK St. Hermanus Lewokemie ini bisa dipentaskan pada malam, 28 Juli 2017, yang disaksikan oleh ratusan umat dan anak anak muda katolik se paroki Witihama. (sandrowangak)