WEKLYLINE.NET-Taufiq Ismail dan Gerson Poyk memang sudah tak muda lagi. Taufiq tahun ini sudah berusia 81, sedangkan Gerson sudah menginjak usia 85 tahun. Tapi lihatlah semangat mereka.
Demi sebuah acara bedah buku dan pembacaan puisi berjudul “Berpuisi di Rumah Rakyat”, mereka berdua datang pada Kamis siang, 6 Oktober 2016 ke Ruang Presentasi MPR di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Padahal Taufiq tinggal di Jakarta Timur, sedangkan Gerson tinggal di Depok.
Taufiq bahkan datang sendiri tanpa pengawalan, sementara Gerson yang menggunakan tongkat dikawal oleh puterinya, Fanny Jonathans.
Saat diberi kesempatan membacakan puisi-puisinya, Taufiq tampil energik. Beberapa puisi lama yang ditulis tahun 60an tetap bertenaga, pun puisi-puisi religius yang dibacanya mampu menyihir undangan hanyut dalam keheningan.
Sementara Gerson, juga tak kalah energiknya. Diberi kesempatan bercerita tentang perjalanan hidupnya, semangat Gerson menyala-nyala kembali.
Wajahnya yang keras dan ditumbuhi rambut warna perak, menandakan lelaki asal Rote ini kenyang dengan pengalaman hidup. Seperti yang tersurat pada beberapa puisinya yang penuh dengan pengembaraan.
Pada siang itu, buku kumpulan puisi Gerson Poyk “Dari Rote ke Iowa”, memang mendapat giliran untuk dibahas. Kali ini mantan wartawan Femina Heryus Saputro bertindak sebagai pembahas, dan Uki Bayu Sedjati sebagai moderator.
Puisi-puisi dalam buku kumpulan puisi Gerson Poyk yang berjudul “Dari Rote ke Iowa” berisi puisi-puisi yang dibuat sejak tahun 1950-an.
Keseluruhan puisi merupakan akumulasi dari kisah perjalanan kehidupan Gerson selama berkiprah sebagai jurnalis maupun penulis sastra.
Puisi-puisinya yang beragam merupakan penggambaran bahwa ketidakadilan selalu terjadi di mana-mana dan senantiasa berkait-paut dengan kebahagiaan dan kesenjangan yang ada di dalam diri manusia.
Menurut Gerson, di dunia ini ada yang disebut absurd walls, yaitu tebing kontradiksi dan kemustahilan yang di dalamnya ada kerinduan. Bagi Gerson ada tiga cara untuk menghadapinya. Yaitu; bunuh diri, bunuh orang, dan jalan tengah (etis moral).
Acara dibuka oleh Roosiah Yuniarsih selaku Kepala Perpustakaan MPR RI, disusul sambutan oleh Jodhi Yudono selaku Ketua Sana Sini Seni Jakarta, dan sambutan oleh Asri Anas sebagai Pimpinan Badan Anggaran MPR RI; acara yang dihadiri sekira 100 orang itu pun berjalan dengan semarak.
Selain menghadirkan dua maestro sastra Taufiq Ismail dan Gerson Poyk, acara yang digagas oleh Perpustakaan MPR RI dan Sana Sini Seni Jakarta ini pun menampilkan beberapa pengisi acara.(*/f.poyk/sandrowangak)