SULUH NUSA, LEMBATA – BERDOMISILI dan berkarya di Jakarta, pusat Pemerintahan NKRI, tidak kemudian membuat Paulus Doni Ruing jumawa. Tidaklah mengherankan ia memiliki relasi bisnis, politik dan pemerintahan yang mumpuni.
“Bagi saya, membangun Lembata dimulai dari apa yang kita bisa. Ini menjadi kewajiban setiap anak Lembata,”ungkap PDR, Jumat (19/3/2023).
Konflik politik pemerintahan di Kabupaten Lembata 20 tahun terakhir, serta kemunduran ekonomi yang membelenggu warga Lembata belakangan, menjadi titik bidik Paulus Doni Ruing (PDR), jika memimpin Lembata periode 2024-2029 nanti.
Menurut salah satu pejuang otonomi Lembata 1999 itu, perjalanan 25 tahun otonomi, Lembata masih tertinggal dalam berbagai aspek dibandingkan daerah otonomi lain di NTT seangakatan.
Hal tersebut disebabkan konflik sosial yang terus menerus terjadi. Kondisi ini menyebabkan pihak swasta enggan menanamkan modalnya di Lembata.
“Jikq kondisi ini dibiarkan terus menerus terjadi, Lembata akan terus tertinggal dalam berbagai aspek. Kita butuh pemimpin yang bisa memobilisasi seluruh energi untuk memajukan Lembata,” ungkap PDR.
Spirit 7 Maret dan Loncatan Pembangunan Lembata
Paulus Doni Ruing menyitir, kegagalan para pemimpin memaknai dan menerjemahkan makna perjuangan otonomi dalam pemerintahan, baik statement 7 maret 1954 dan 12 oktober 1999, menjadi kendala utama Lembata masih terbelenggu berbagai persoalan.
Menurutnya, persatuan dan kesatuan seyogianya diformulasikan dalam APBD II.
“Statement 7 Maret 1954, harusnya menjadi sumber energi dan kekuatan dan nilai dari jaman ke jaman. Spirit ini yang penting dan harus diterjemahkan dalam program-program pembangunan kita,” ungkap Paulus Doni Ruing di Lewoleba, Selasa, 16 April 2024.
Pemimpin Visoner, Berkarakter Dan Panggilan Sejarah
Pengalaman dijegal pada Pemilukada 2011 silam, menjadi pemicu untuk terus berbenah. Paulus Doni Ruing kini memantapkan langkahnya menjadi Bupati Lembata dengan menjajaki sejumlah partai.
Paulus Doni Ruing memastikan akan mengerahkan seluruh energi untuk membawa Lembata keluar dari ketertinggalan.
Salah satu diantaranya adalah kekuatan investasi, gerakan masive pemanfaatan lahan tidur di laut dan di darat dari hulu ke hilir.
Paulus Doni Ruing tidak hanya bicara gagasan, namun kontribusi nyata pemanfaatan jaringan untuk memajukan Lembata telah ia lakukan.
“Kalau ditanya kontribusi sebetulnya itu tidak etis untuk disampaiakan, tetapi baiklah saya memberi bebrrapa contoh agar publik boleh menilai,” ungkap PDR.
Ia melitani berbagai upaya memasok alat berat milik pemerintah Eks Provinsi Timor Timur, untuk pemda Lembata, kemudian memasok anggaran puluhan miliar rupiah untuk Pemda Lembata pada awal otonomi dan berbagai upaya membangun Lembata dari Jakarta hingga saat ini.
“Prinsipnya, kita kerahkan seluruh energi untuk membuat loncatan pembangunan di Kabupaten Lembata tercinta, jika rakyat Lembata percayakan estafet kepemimpinan ini,” ujar PDR optimistis.
Panggilan Sejarah
Menjadi Bupati Lembata bagi PDR adalah ternyata bukan mimpi di siang bolong. Ini adalah panggilan sejarah.
Ketika para sesepuh orang Lembata di Jakarata, seperti Almahrum Brigjen Polisi, Anton Enga Tifaona, Sulaiman L. Hamzah melihat ketulusan dan kegigihan anak muda, PDR dalam memperjuangkan kepentingan Lembata, mereka sepakat agar PDR harus mengikuti kontestasi menjadi Bupati Lembata.
“Dorongan para sesepuh itu sejak Lembata menjadi daerah Otonomi. Saya didorong mendampingi almahrum Piter Boliona Keraf, akan tetapi belum berjodoh. Kontestasi berikutpun saya ikuti, namun dijegal. Itu semua karena panggilan sejarah,” ungkap PDR.+++ (TIM PDR).