Mau diakui atau tidak, pemimpin kita selama ini masih kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Atas kesadaran ini maka saya berkomitmen untuk terjun ikut berperan didalamnya lewat jalur politik di DPRD.
suluhnusa.com – Dalam hubungan apapun, menjaga komitmen adalah sebuah keharusan, meskipun sulit dilakukan. Apalagi dalam sebuah hubungan politik, komitmen sering dijadikan sebagai syarat yang diwajibkan dalam membangun kerja sama. Namun karena dunia politik penuh dengan kepentingan dan intrik – intrik, menjaga komitmen adalah sesuatu yang sangat susah dilakukan. Banyak komitmen yang terlanggar, karena masing – masing orang dan parpol yang terlibat hubungan kerjasama memiliki kepentingan yang mengarah pada kekuasaan dan politik praktis.
Jika kita mengaca pada kondisi perpolitikan ini, sangat jarang menemukan orang dan partai politik yang memegang teguh komitmen dalam konteks kerjasama politik. Sebagai contoh adalah apa yang terjadi pada partai pendukung Pemerintahan daerah Lembata, selalu ada upaya – upaya mencedrai komitmen politik dalam kaitan dengan tugas dan fungsi di parlemen ( legislasi, Budgeting dan Controling ).
Tolok ukurnya adalah beberapa kasus belakangan ini yang selalu meramaikan media online diantaranya, Proyek Air bersih yang gagal di Kedang, Proyek bangunan seperti Rumah Sakit penyangga di Kedang dan Kantor Camat di Kedang, Jembatan Wai Ma di Loang, Proyek Jeti dan Kolam Apung Awololong dan Penyalagunaan dana desa oleh beberapa Kepala Desa.
Berangkat dari realitas yg terjadi pada Kabupaten Lembata ini maka, saya merasa terpanggil untuk membangun komitmen perubahan yang dimulai dari sebuah dialog kesadaran. Kesadaran akan terbentuknya masyarakat yang sejahtra dan merdeka dalam setiap dimensi kehidupan. Kesadaran akan sebuah perubahan tanpa mengabaikan kearifan lokal terkhususnya budaya. Warisan budaya ini harus dijaga, dirawat, dan dikembangkan.
Mau diakui atau tidak, pemimpin kita selama ini masih kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Atas kesadarn ini maka saya berkomitmen untuk terjun ikut berperan didalamnya lewat jalur politik di DPRD.
Melalui wadah ini saya mengajak semua kita untuk menata dan memperbaiki bagaimana kehidupan rakyat itu dubangun melalui konsep program dan kebijakan yang pro terhadap kesejahtraan rakyat, serta dapat mencerdaskan rakyat dalam berbangsa dan bernegara.
Kita tidak bisa tinggal diam dalam keterpurukan jika tidak ingin ditertawakan Kabupaten – Kabupaten lain di NTT. Sabu Raijua sekarang menjadi pusat indutri garam, Sumba Barat Daya terus berbenah infrastruktur jalan demi meningkatkan ekonomi dengan tujuan mensejahtrakan rakyat. Lalu Lembata ? apa kita akan terus menjadi kabupaten popular penyuplai tenaga kerja dalam dan luar negri?
Sungguh bukan suatu kebanggaan jika kita terus hidup dalam kemandekan prestasi dan tak punya nyali. Kita harus bangkit menjadi pemburu ikan paus yang berani dengan mengembalikan ekonomi kita dari system kapitalis menjadi system ekonomi kerakyatan sehingga lebih memungkinkan pada sebuah kesejahtran bersama. Cita – cita ini jangan sampai jadi selogan semata tapi benar – benar terkabul dalam dunia nyata, lewat fungsi dan tugas DPRD, karena sesungguhnya Lembaga ini diberi Hak mutlak untuk melakukan koordinasi dan memutuskan terkait kemana arah daerah ini dibawa. ***
Agustinus Goe Gunit Nuban