suluhnusa.com_Jelang pemilhan Legislatif 9 april 2014, para caleg mulai melakukan kampanye dengan jargon masing-masing. Tak ketinggalan Made Arjaya. Dia mengusung jargon me-udeng-poleng.
Jargon ini pilih Arjaya sebab secara flosofis udeng berarti Mengikat pikiran dan mengikat hawa napsu. Sementara poleng, berarti kebaikan dan keburukan selalu berdampingan.
Komitmen Arjaya yang dibangun sebagai politisi yang memegang teguh aspirasi rakyat dilambangkan melalui udeng itu. Ini artinya, ketika Politisi Sanur ini dpercaya duduk di DPD RI perwakilan Bali, maka Arjaya mampu mengikat pikiran dan hawa napsunya. Hawa napsu untuk memperkaya diri. Hawa napsun untuk korupsi, ini yang diudengkan.
Hal ini disampaikan Made Arjaya, politisi PDIP kepada umat muslim 26 Januari 2014.
Dalam pertemuan itu Arjaya mengungkapkan, janganlah memandang warga pendatang yang berada di Bali sebagai pendatang melainkan anggaplah mereka sebagai warga Bali juga karena mereka sama dengan kita yaitu warga Negara Republik Indonesia (NKRI) juga jadi tidak ada itu istilah pendatang.
Inilah salah satu komitmen yang selalu dipegang oleh Made Arjaya, seorang politisi dari Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDI-P) putra dari alm. Nyoman Lepug.
Pertemuan itu berlangsung di Perumahan Pondok Galeria No.59, Gunung Soputan, Denpasar, politisi asal Sanur Made Arjaya berkesempatan bertatap muka dengan sejumlah jamaah muslim asal Madura tepatnya Sumenep yang telah lama berdomisili di Bali.
Kehadiran Arjaya malam itu didampingi istrinya Nyonya Wawa Arjaya, mereka pun terlihat akrab dengan kaum muslim ini.
Acara yang merupakan Mauludan itu dikemas dalam balutan ceramah santai oleh Arjaya biasa ia disapa. Meski Arjaya beragama Hindu namun rupanya dirinya dekat dengan kaum muslim ini tepatnya sejak tahun 1999.
“Asal saya daerah Blanjong, Sanur sana, hubungan saya dengan Blanjong banyak dengan kaum muslim, jadi jangan heran saya dekat dengan mereka, tepatnya tahun 1999 saya dekat dengan kaum muslim,” ucapnya.
Sejak dirinya maju di Pileg 2014 sebagai calon legislatif (caleg) ke DPD RI dari Dapil Bali, memang Arjaya sangat komit untuk membawa konteks budaya Bali yang sangat tradisonal ke nasional.
Oleh karena itu, tak heran setiap ia menyerap aspirasi ke masyarakat, slogan bersatu dalam perbedaan melalui spirit pluralisme terus ia bawa.
Menurut Ketua Jamaah Muslim Madura, Imam Hanafi, sosok Arjaya merupakan sosok pejuang aspiratif kepada masyarakat.
“Beliau sosok yang aspiratif kepada masyarakat, tidak membedakan agama, orangnya konsisten dan komit pada konteks pluralisme, tidak diskriminatif jadi saya dukung beliau maju ke DPD RI, di TPS nanti kita kawal suara beliau,” kata Hanafi.
Malam semakin larut, acara Maulud pun semakin hangat karena diselingi candaan dan obrolan dari kaum muslim yang ingin lebih dekat lagi dengan sosok yang mengusung jargon “Udeng Poleng” itu.
Arjaya pun tidak menebar janji kepada konstituennya, jika dirinya lolos sebagai anggota dewan di DPD nanti ia akan bawa aspirasi dari pendukungnya itu.
“Saya tidak berjanji muluk-muluk, apabila saya lolos nanti saya akan berusaha membawa aspirasi dari masyarakat ini dan kultur Bali akan saya bawa di nasional itu akan saya perjuangkan,” tandasnya. (kresia)