
LEWOLEBA – Kabupaten Lembata yang merupakan kabupaten satu pulau rentan terhadap bencana. Bencana erupsi Gunung Ili Lewotolok tahun 2020 silam dan banjir bandang tahun 2021.
Kejadian bencana erupsi gunung Ili Lewotolok ini menjadikan beberapa desa di kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur Kabupaten Lembata ditetapkan sebagai zona merah. Desa Jontona salah satunya.
Saat ini Gunung Api Ili Lewotolok masih terus erupsi dengan mengeluarkan magma dan material vulkanik yang sewaktu waktu bisa membahayakan penduduk setempat.
Untuk itu, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memberi pelatihan evakuasi kedaruratan kepada masyarakat di Lembata khususnya di Desa Jontona Kecamatan Ile Api Timur Lembata, 19 Juni 2025.
Kegiatan mitigasi dan pelatihan evakuasi kedarurtan merupakan kebutuhan bagi masyarakat di zona bencana seperti di Ile Ape dan Ile Ape Timur dan juga Kabupaten Lembata.
“Kegiatan ini bertujuan untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dasar, keterampilan, serta pemahaman tentang prosedur SAR sehingga masyarakat mampu berperan aktif dalam upaya pencarian dan pertolongan (SAR) secara cepat, tepat, dan terorganisir dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan saat situasi darurat terjadi.” ungkap Djefri D.T. Mewo,S.Pd Kepala Pokja Pemberdayaaan Masyarakat Basarnas mewakili Direktur Bina Potensi Basarnas Agus Haryono, S.S., M.B.A.
Djefri Mewo menjelaskan masyarakat sekitar Gunung Api Ili Lewotolok harus mengetahui dampak dan bahaya sebelum, saat terjadi dan setelah letusan gunung api.
“Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar. Ini juga patut diwaspadai”, ungkapnya.
Kalak BPBD Kabupaten Lembata Yohanes Gregorius Solang Demong pun memberi apresiasi kepada Basarnas.
“Kehadiran Basarnas untuk memberi pelatihan evakuasi apabila terjadi kedaruratan erupsi Gunung Api Lewotolok didukung penuh dan apresiasi yang tinggi, karena pelatihan ini memberikan ilmu kepada seluruh peserta untuk dapat menyelamatkan diri sendiri dan sesama”, ungkapnya.
Humas Basarnas Maumere, Yatmainna Qalbi, mengungkapkan kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat desa Jontona tetapi juga dihadiri oleh kurusan seru berbagai desa di Kabupaten Lembata.
Yatmainna menjelaskan, kegiatan pelatihan ini juga melibatkan kaum muda dan orang tua termasuk tokoh adat Desa Jontona.
“Hari pertama kita hanya memberikan materi. Hari kedua ada simulasi pelatihan evakuasi kedaruratan erupsi Gunung Api, 20 Juni 2025 Pukul 08.00 Wita diikuti 100 Peserta bertempat di Lapangan Bola Desa Jontona Kecamatan Ile Ape Timur”, ungkap Yatmainna.
Lebih jauh, Ia menjelaskan simulasi pelatihan manajemen bencana penting dan menjadi suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitas dan rekonstruksi bencana.
“Tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan. Ini yang akan dilakukan dalam simulasi nanti”, ungkapnya.
Tampak hadir dalam kegiatan terebut tokoh adat desa Jontona, Stefanus Lodan Making, Gregorius Geroda Making dan Yakobus Asan Balawangak. Hadir juga kepala Desa Jontona, Nikolaus Ake Dore Watun
Camat Ile Ape Timur, Niko Watun kepada media ini berharap adanya pelatihan ini seluruh peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Bagaimanapun harus siap siaga terhadap bencana disekiling kita semua.” ungkap Niko Watun. +++sandro.wangak








