Tidak bisa dipungkiri, Bali terkenal pertama kali karena Pantai Sanur. Ini catatan sejarah perkembangan pariwisata Bali yang tidak bisa diutak-atik lagi. Sanur memberi bukti bahwa kemolekan tetap menggoda diantara banyak tempat pariwisata khusus Pantai yang kian menggelinjang meraih kepuasan di panggung pariwisata.
Pulau Bali sering dijuluki dengan berbagai-bagai nama oleh wisatawan, di antaranya disebut “Bali, the island of the thousand temples” artinya Bali adalah pulau dengan ribuan buah pura. Kadangkala disebut pula dengan nama pulau dewata atau “the island of Gods” dari beberapa julukan lain yang menarik. Dalam kenyataan memang terlihat banyak pura di Bali dan tersebar di seluruh daerah Bali. Juga tak dapat dipungkiri bahwa Pantai di bali memiliki andil membesarkan Bali di panggung pariwisata dunia.
Menurut keadaan tahun 1979 tercatat jumlah pura di Bali 5.259 buah yang terdiri dari 9 buah Kahyangan jagat Bali, Dang Kahyangan 714 buah, Kahyangan Tiga 4.368 buah. Jumlah tersebut tidak termasuk tempat suci pemujaan roh suci leluhur yang disebut Pura Kawitan atau Padadyan. Adanya banyak pura di Bali bukanlah berarti umat Hindu di Indonesia menganut kepercayaan politeistik, melainkan tetap monoteistik karena yang di-stanakan di Pura itu adalah prabawa Hyang Widi sesuai dengan fungsinya.
Terlepas dari semua itu, kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah selain nilai kebudayaan, perkembangan Pariwisata Bali berasal dari pantai. Dan Bali memiliki itu semua. Satu pulau dikelilingi lautan. Dan bermahkotakan pasir putih. Kenyataan bahwa Pariwisata Bali maju dan terkenal juga berasal dari pantai.
Salah satunya adalah Pantai Sanur. Dan orang mengenal Bali pertama dari Sanur. Oleh karena itu Sanur perlu menjadi pioner untuk mengembangkan kawasan pariwisata sesuai dengan karakteristik masyarakatnya dan bukan mengikuti keinginan pasar.
Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika mengatakan hal kepada iniberita.com, 26 September 2013.
Ardika berharap Sanur yang solid menjaga seni budaya dan warisan leluhur mampu menyongsong masa depan dan tak perlu gamang di persimpangan jalan. Menurut Ardika desa di pinggir pantai itu telah terbukti mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya yang dijiwai agama Hindu dalam menjalankan aktivitas kemasyarakatan termasuk industri pariwisatanya.
Ketua Yayasan Pembangunan Sanur Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan, saat ini Sanur memang sedang berada di persimpangan jalan, karena di satu sisi pariwisata harus berkembang namun dengantetap mempertahankan jati dirinya sebagai pengempu kebudayaan serta harmoni tatanan kehidupan yang telah diwariskan leluhur.
“Sanur sangat terbuka terhadap investor, namun mereka juga harus memahami upaya yang telah dilakukan warga untuk menjaga kelestarian di desa ini,” kata pria yang akrab disapa Gusde itu.
Gusde berharap semua pihak ikut menjaga lingkungan Sanur agar tetap kondusif sebagai destinasi wisatawan berkualitas. Dia juga meminta pemerintah memberikan proteksi kepada Sanur agar pengembangan properti tetap memperhatikan ramah lingkungan dan tidak mengarah kepada fasilitas pariwisata massal (mass tourism).
Perhelatan tahunan Sanur Village Festival (SVF) akan kembali digelar September 2013. Menelisik sejarah Festival yang pertama kali digelar setelah terjadinya bom Bali 2002 itu bertujuan menguatkan citra Sanur sebagai kawasan wisata yang unik di Bali. Yakni, kawasan yang menggabungkan desa nelayan dan pusat spiritualitas Hindu, namun berkembang pula sebagai daerah hunian para ekspatriat. Bagi warna Sanur, festival ini diharapkan akan meneguhkan komitmen bagi sanur yang asri dengan keramahan adat dan tradisinya.
Selain kesenian dari Bali, pada tahun ini, SVF juga akan dimeriahkan oleh kehadiran rombongan kebudayaan dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Bupati Ponorogo akan hadir langsung dengan membawa tim kesenian reog Ponorogo yang akan tampil dalam SVF. Sementara, dari luar negeri, perwakilan India dan Jepang juga akan ambil bagian.
Gusde merasa bangga atas apresiasi yang diberikan Yayasan Tri Hita Karana (THK), yang menjadikan Sanur sebagai desa ber-THK. Sebelumnya, Sanur juga dipilih oleh Kemenparekraf sebagai daerah penelitian pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional. Sanur terpilih bersama Wakatobi (Sultra), Kepulauan Komodo (Nusa Tenggara Timur), Toraja (Sulawesi Selatan), dan Bromo (Jawa Timur).
Dengan demikian, Sanur masih menjadi rujukan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali. Nama Bali masih terus ditulis diatas pasir putih Pantai Sanur sampai kapanpun. Benar kan.?